Beranda | Artikel
Tujuh Faidah Tarbawiyah dari Ushul Tsalatsah
18 jam lalu

Bismillah.

Bagi para dai penyeru akidah, nama kitab Ushul Tsalatsah tentu sudah tidak asing. Walaupun judul aslinya yang dimaksud adalah Tsalatsatul Ushul; tiga landasan pokok dalam agama. Kitab atau risalah ini ditulis oleh seorang pembaharu besar Islam di abad ke-12 H; Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi rahimahullah.

Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang gigih mendakwahkan tauhid. Seperti tercermin dalam banyak karyanya seperti; Kitab Tauhid alladzi huwa haqqullahi ‘alal ‘abiid, Kasyfu Syubuhaat, Qawa’id Arba’, Masa’il Jahiliyah, Nawaqidhul Islam, dan sebagainya. Di antara sekian banyak karya beliau kitab Ushul Tsalatsah merupakan panduan untuk mengenal dasar-dasar dalam ilmu tauhid dan akidah Islam.

Di antara keistimewaan kitab ini adalah ia sarat dengan dalil dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, wlaupun secara umum penulis lebih banyak mencantumkan dalil dari ayat al-Qur’an daripada hadis. Meskipun demikian, hal itu tidak mengurangi bobot ilmiah yang ada di dalamnya. Uniknya, kitab ini disusun dengan cukup ringkas, sehingga hal itu akan lebih memudahkan bagi para penimba ilmu maupun masyarakat awam dalam memetik manfaat dan menyerap ilmu yang terkandung di dalamnya.

Pada kesempatan ini, kami mencoba merangkum beberapa faidah dan pelajaran terkait tarbiyah (pendidikan dan pembinaan umat) yang terkandung dalam risalah yang agung ini. Yang pada hakikatnya, ini semua sudah ada di dalam kitab atau penjelasan para ulama. Adapun di sini, kami sekedar menyusun dan menata ulang apa yang mereka jelaskan.

Faidah pertama: Pentingnya pondasi ilmu agama

Hal ini dapat kita petik secara langsung dari bagian awal-awal risalah Ushul Tsalatsah; yang di sana penulis mencantumkan ucapan Imam Bukhari rahimahullah dalam kitab Shahih-nya; bahwa ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Penulis membawakan keterangan ini setelah menyampaikan empat kewajiban mendasar bagi setiap manusia; yaitu berilmu, beramal. Berdakwah, dan bersabar.

Faidah kedua: Mendoakan kebaikan bagi murid

Di dalam risalah Ushul Tsalatsah, penulis sering mendoakan kebaikan bagi para pembaca. Misalnya, beliau berkata, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu…” atau, “Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya…” Hal ini menunjukkan kepada kita bahwasanya penyampaian ilmu itu dilandasi oleh sifat dan perasaan kasih sayang; kasih sayang antara pengajar dengan orang yang diajari.

Ibnu Qudamah rahimahullah membawakan hadis dari Abdullah bin Amr bin al-’Ash radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang yang penyayang niscaya akan dirahmati oleh ar-Rahman. Rahmatilah para penduduk bumi, niscaya Dzat yang berada di atas langit akan merahmati kalian.” (Itsbat Shifatil ‘Uluww, no. 15)

Faidah ketiga: Mengenal pokok dari ilmu agama

Penulis kitab Ushul Tsalatsah telah menjelaskan bahwa ilmu yang paling pokok adalah mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan berdasarkan dalil-dalil. Inilah tiga ilmu utama yang wajib untuk dimengerti oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, di alam kubur seorang akan ditanya tentang tiga hal; ‘Siapa Rabbmu, siapa nabimu, dan apa agamamu’. Tidak ada yang bisa menjawabnya kecuali orang beriman yang Allah beri keteguhan dengan ilmu dan pemahaman di dalam hatinya.

Apabila kita ringkas, ketiga materi ilmu ini telah terwakili dalam istilah ilmu akidah, atau lebih khusus lagi akidah tauhid. Akidah yang mengajarkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, dan tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan mengikuti syariat dan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah poros utama agama Islam yang terkandung di dalam dua kalimat syahadat.

Faidah keempat: Ketundukan kepada Rasul

Di antara pelajaran yang sangat berharga di dalam risalah Ushul Tsalatsah adalah pentingnya mengimani rububiyah Allah dan wajibnya menaati Rasul. Syekh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini. Yang pertama; bahwa Allah menciptakan kita dan memberikan rezeki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita dalam keadaan sia-sia. Akan tetapi, Allah mengutus kepada kita seorang rasul; barangsiapa yang taat kepadanya, niscaya masuk surga dan barangsiapa yang durhaka, niscaya dia masuk neraka.”

Saudaraku yang dirahmati Allah, yang dimaksud dengan tauhid rububiyah adalah meyakini Allah sebagai satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta. Termasuk dalam rububiyah Allah adalah memberikan petunjuk kepada manusia dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, Allah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul untuk menerangkan kepada manusia cara yang benar dalam beribadah kepada Allah.

Faidah kelima: Jalan mengenal Allah

Di antara pelajaran penting dalam risalah Ushul Tsalatsah adalah mengenali jalan untuk mengenal Allah. Syekh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Apabila dikatakan kepadamu; dengan apa kamu bisa mengenali Rabbmu? Katakanlah; aku mengenalnya dengan ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya. Di antara ayat-ayat Alllah adalah malam dan siang, matahari dan bulan. Adapun di antara makhluk ciptaan-Nya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh beserta semua yang ada di dalamnya dan diantara keduanya.”

Di dalamnya, Syekh ingin menunjukkan kepada kita bahwa cara untuk mengenal Allah mencakup ayat-ayat Allah dan juga makhluk ciptaaan-Nya. Ayat Allah ini mencakup ayat syar’iyah dan ayat kauniyah. Ayat syar’iyah berupa wahyu yang diturunkan Allah kepada para rasul. Adapun ayat kauniyah adalah segala sesuatu yang terjadi di alam semesta dan menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah. Termasuk ayat kauniyah adalah malam dan siang, matahari, dan bulan. Begitu juga langit dan bumi adalah bagian dari ayat kauniyah berupa makhluk ciptaan Allah.

Faidah keenam: Seruan bagi semua orang

Di antara faidah penting yang terkandung di dalam risalah Ushul Tsalatsah adalah seruan yang Allah tujukan kepada segenap manusia untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik.

Syekh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Rabb itulah yang berhak untuk disembah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa. Dialah Yang menjadikan untuk kalian bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap serta menurunkan air hujan dari langit sehingga Allah mengeluarkan dengan sebab air itu berbagai buah-buahan (hasil panen) sebagai rezeki untuk kalian, maka janganlah kalian menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan dalam keadaan kalian mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 21-22). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang menciptakan segala sesuatu inilah yang berhak untuk disembah.”

Seruan ini ditujukan kepada semua orang dari anak keturunan Adam; yaitu Allah perintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya semata dan tidak boleh menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu (sesembahan tandingan), dan Allah menjelaskan bahwasanya Allah yang berhak disembah disebabkan hanya Allah yang menciptakan alam semesta ini.” (Lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul oleh Syekh al-Utsaimin, hal. 51 cet. Dar Tsurayya, 1426 H)

Faidah ketujuh: Ibadah adalah hak Allah semata

Di antara faidah indah yang terkandung di dalam risalah Ushul Tsalatsah adalah wajibnya memurnikan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik; karena hal itu adalah konsekuensi dari pengakuan terhadap rububiyah Allah.

Syekh Muhammad at-Tamimi rahimahullah membawakan firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 37,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kalian sujud kepada matahari dan bulan, bersujudlah kepada Allah yang menciptakan itu semuanya, jika kalian hanya kepada-Nya beribadah.”

Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah menjelaskan,

وقوله: ( إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ) يقول: إن كنتم تعبدون الله, وتذلون له بالطاعة; وإن من طاعته أن تخلصوا له العبادة, ولا تشركوا في طاعتكم إياه وعبادتكموه شيئا سواه, فإن العبادة لا تصلح لغيره ولا تنبغي لشيء سواه

“Firman-Nya (yang artinya), ‘Jika kalian hanya kepada-Nya beribadah’, maksudnya: Jika kalian benar-benar beribadah kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya dengan penuh ketaatan. Karena sesungguhnya termasuk bagian ketaatan kepada Allah adalah dengan memurnikan ibadah untuk-Nya dan jangan kalian mempersekutukan dalam ketaatan kalian kepada-Nya dengan siapa pun selain-Nya. Karena ibadah tidak boleh dipersembahkan kepada selain-Nya dan tidak pantas ditujukan kepada siapa pun selain Allah.” (Lihat Tafsir ath-Thabari)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

أي : ولا تشركوا به فما تنفعكم عبادتكم له مع عبادتكم لغيره ، فإنه لا يغفر أن يشرك به

“Artinya, janganlah kalian mempersekutukan apa pun dengan-Nya; tidak akan berguna bagi kalian ibadah kalian kepada Allah jika disertai dengan ibadah kepada selain-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

ومن فوائد الآية الكريمة النَّهْي عن السجود للشمس والقمر، لقوله: (( لا تسجدوا للشمس ولا للقمر )) مع أنهما مِن آيات الله لكنَّها مخلوقة، والسجود إنما يكون للخالق

“D iantara faidah dari ayat yang mulia ini adalah larangan bersujud kepada matahari dan bulan. Karena Allah berfirman (yang artinya), ‘Janganlah kalian sujud kepada matahari dan bulan.’ Walaupun keduanya termasuk bagian dari ayat-ayat Allah tetapi ia merupakan makhluk, sedangkan sujud hanya boleh ditujukan kepada al-Khaliq (yang menciptakan makhluk)…” (Lihat Tafsir al-Qur’an al-Karim)

Wallahu a’lam.

Baca juga: Pokok-Pokok Akidah Ahlussunnah dalam Ushulus Sunnah Imam Ahmad

***

Penulis: Ari Wahyudi

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi:

  • Tafsir ath-Thabari, oleh Ibnu Jari ath-Thabari rahimahullah.
  • Tafsir Ibnu Katsir, oleh Ibnu Katsir rahimahullah.
  • Tafsir al-Qur’an, oleh Syekh al-Utsaimin rahimahullah.
  • Syarh Tsalatsah al-Ushul, oleh Syekh al-Utsaimin rahimahullah.

Artikel asli: https://muslim.or.id/109868-tujuh-faidah-tarbawiyah-dari-ushul-tsalatsah.html