Jazirah Arab dalam Sejarah (Bag. 8): Masuknya Yahudi, Kristen, Majusi, dan Shabiah ke Jazirah Arab
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah menyinggung tentang agama mayoritas penduduk Jazirah Arab. Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai agama yang masuk dan berkembang di Jazirah Arab sebelum datangnya risalah Nabi Muhammad ﷺ.
Meskipun ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalām pernah menjadi kepercayaan utama, seiring berjalannya waktu, banyak penyimpangan yang dibuat. Dalam kondisi itu, berbagai agama lain mulai masuk ke Jazirah Arab. Di antaranya adalah Yahudi, Kristen, Majusi, dan Shābi’ah.
Masuknya agama Yahudi ke jazirah Arab
Agama Yahudi tercatat minimalnya ada dua gelombang migrasi ke Jazirah Arab. Migrasi gelombang pertama terjadi pada masa penaklukan Babilonia dan Asyur terhadap Palestina oleh Nebukadnezar pada tahun 587 SM. Penaklukan tersebut menghancurkan kuil dan negeri mereka. Sebagian besar penduduk Yahudi ditawan, lalu dibawa ke Babilonia, sedangkan sebagian lainnya meninggalkan tanah Palestina dan menetap di wilayah Hijaz bagian utara.
Migrasi gelombang kedua dimulai sejak pendudukan Romawi terhadap Palestina di bawah pimpinan Jenderal Titus pada tahun 70 M. Tekanan yang diberikan Romawi kepada penduduk Yahudi dan penghancuran kuil menyebabkan banyak kabilah Yahudi bermigrasi ke Hijaz dan menetap di Yatsrib, Khaibar, dan Taima’. Di sana, mereka membangun perkampungan dan benteng-benteng. Agama Yahudi menyebar di sebagian orang Arab melalui para pendatang tersebut. Para pendatang Yahudi ini juga menjadi kekuatan yang memiliki pengaruh dalam berbagai peristiwa politik sebelum munculnya Rasul terakhir.
Ketika agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad datang, kabilah-kabilah Yahudi yang terkenal di sana adalah Khaibar, Bani Nadhir, Bani Mushthaliq, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’. As-Samhudi menyebutkan dalam Wafā’ al-Wafā’ bahwa jumlah kabilah Yahudi di Jazirah Arab mencapai lebih dari dua puluh kabilah.
Agama Yahudi masuk ke wilayah Yaman melalui Tabbān As’ad Abu Karb. Ia pergi dan hendak menyerang Yatsrib, tetapi setelah itu ia memeluk agama Yahudi di sana. Akhirnya, ia kemudian membawa dua orang pendeta Yahudi dari Bani Quraizhah ke Yaman. Maka, agama Yahudi pun mulai berkembang dan menyebar luas di sana. Tatkala kekuasaan di Yaman beralih ke tangan Yusuf Dzū Nuwās, ia melakukan penyerangan kepada penduduk Kristen di Najran dan mengajak mereka untuk memeluk agama Yahudi. Akan tetapi, penduduk Najran tersebut menolak. Akhirnya, Dzū Nuwās memerintahkan agar dibuat parit besar untuk penduduk tersebut dan memenuhinya dengan api lalu melemparkan mereka ke dalam parit berapi tersebut. Semua penduduk dibunuh tanpa membedakan antara laki-laki, perempuan, anak-anak, maupun orang tua. Ada yang mengatakan bahwa jumlah korban pembantaian tersebut berkisar antara 20.000–40.000 jiwa. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Oktober tahun 523 M. Al-Qur’an menceritakan sebagian kisah ini dalam Surah Al-Burūj.
Masuknya agama Kristen ke jazirah Arab
Agama Kristen memasuki Jazirah Arab melalui jalur penjajahan Habasyah dan Romawi. Penjajahan pertama bangsa Habasyah terhadap Yaman terjadi pada tahun 340 M. Penjajahan tersebut berlangsung sampai tahun 378 M. Pada masa inilah, misi penginjilan mulai masuk ke wilayah Yaman.
Di waktu yang berdekatan, datanglah Fimyun, seorang lelaki zuhud yang doanya mustajab dan memiliki karamah ke Najran. Ia menyeru penduduk Najran agar memeluk agama Kristen. Masyarakat melihat tanda-tanda kebenaran dan ketulusan agamanya, sehingga mereka pun menyambut ajakannya dan memeluk agama Kristen.
Tatkala bangsa Habasyah menduduki Yaman untuk kedua kalinya sebagai balasan atas tindakan Dzū Nuwās, dan kekuasaan berhasil diambil alih oleh Abrahah, agama Kristen semakin tersebar dalam cakupan yang luas. Bahkan, ia sampai membangun Ka’bah tiruan di Yaman dan berupaya mengalihkan haji orang-orang Arab ke sana serta berencana menghancurkan Baitullah yang terletak di Makkah. Allah pun membinasakannya sebagai pelajaran bagi umat di masa lalu dan masa mendatang.
Di sisi lain wilayah Arab, tepatnya dekat dengan Syam, beberapa kabilah seperti Ghassān, Taghlib, dan Thayyi’ memeluk agama Kristen karena mereka tinggal dekat dengan wilayah kekuasaan Romawi. Bahkan beberapa raja al-Hirah juga memeluk agama Kristen.
Posisi agama Majusi dan Shābi’ah di jazirah Arab
Adapun agama Majusi, ia dianut oleh kebanyakan orang Arab yang tinggal di sekitar wilayah Persia. Agama ini tersebar di Irak bagian Arab, serta di wilayah Bahrain, Ahsa’, Hajar, dan wilayah pesisir Teluk Arab. Sebagian penduduk Yaman pun memeluk agama ini pada masa pendudukan Persia terhadap wilayah tersebut.
Sedangkan agama Shābi’ah, berdasarkan hasil penggalian dan penemuan arkeologi di wilayah Irak dan sekitarnya, menunjukkan bahwa ia adalah agama kaum Ibrahim dari suku Kaldea. Agama ini dahulu banyak dianut oleh penduduk di wilayah Syam dan Yaman pada masa silam. Namun, seiring dengan datangnya agama-agama baru seperti Yahudi dan Kristen, keberadaan agama Shābi’ah lambat laun melemah dan kehilangan pengaruhnya. Meskipun demikian, sebagian penganut agama ini masih tetap ada bercampur dengan kaum Majusi atau hidup berdampingan dengan mereka, khususnya di Irak bagian Arab dan pesisir Teluk Arab di masanya.
Kesimpulan kondisi agama-agama jazirah Arab
Demikianlah peta keagamaan menjelang diutusnya Nabi Muhammad ﷺ. Agama-agama tersebut telah mengalami kemerosotan dan kerusakan. Kaum musyrik yang mengaku berada di atas ajaran Nabi Ibrahim, sejatinya telah sangat jauh dari perintah-perintah dan larangan-larangan syariat Nabi Ibrahim. Mereka mengabaikan nilai-nilai luhur yang dibawa oleh beliau. Dan seiring berjalannya waktu, mereka mengembangkan tradisi dan kebiasaan seperti kaum penyembah berhala. Akhirnya, hal tersebut mempengaruhi kehidupan sosial, politik, dan keagamaan mereka secara sangat mendalam.
Kaum Yahudi telah berubah menjadi kelompok yang penuh riya dan kesombongan. Para pendetanya diposisikan sebagai tuhan-tuhan selain Allah yang mengatur hidup masyarakat secara absolut, bahkan menghakimi lintasan pikiran dan bisikan hati. Tujuan utama mereka adalah kekayaan dan kekuasaan, meskipun agama rusak, kekufuran menyebar, dan ajaran yang Allah perintahkan diabaikan.
Kaum Kristen telah menjelma menjadi agama yang penuh kesyirikan dan konsep ketuhanan yang rumit. Mereka mencampuradukkan antara Allah dan manusia dalam keyakinan mereka. Ajarannya pun tidak memiliki daya tarik di hati bangsa Arab yang menganut agama ini, karena nilai-nilainya terlalu jauh dari gaya hidup dan adat istiadat yang telah mereka biasakan, sehingga mereka sulit mempraktikkannya.
Dengan demikian, usai sudah pembahasan seputar keagamaan yang ada di Jazirah Arab sebelum masa kenabian. Ada beragam agama yang tersebar di Jazirah Arab. Mayoritasnya mengikuti ajaran nenek moyang yang telah menyimpang jauh dari ajaran tauhid Nabi Ibrahim ‘alaihissalām. Kemerosotan dan kerusakan keyakinan yang merata inilah yang kemudian menjadi latar belakang turunnya wahyu terakhir melalui Nabi Muhammad ﷺ sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan memperkaya pemahaman para pembaca. Bārakallāhu fīkum.
[Selesai]
Kembali ke bagian 7 Mulai dari bagian 1
***
Penulis: Fajar Rianto
Artikel Muslim.or.id
Referensi:
Disarikan dari Kitab ar-Rahīq al-Makhtūm, karya Syekh Shafiyurrahmān Al-Mubārakfūri dengan sedikit perubahan.
Artikel asli: https://muslim.or.id/109494-jazirah-arab-dalam-sejarah-bag-8.html