Kapan Terjadinya Hari Kiamat?
Pertanyaan tentang kapan terjadinya hari kiamat adalah pertanyaan yang sering muncul dalam benak banyak orang. Sebagai manusia beriman, kita meyakini bahwa hari kiamat adalah suatu kepastian. Namun, Islam tidak mengajarkan kita untuk sibuk menebak tanggal dan waktunya, melainkan agar kita mempersiapkan diri menghadapinya. Lantas, bagaimana Islam memandang dekatnya hari kiamat dan apa saja tanda-tandanya?
Dekatnya hari kiamat
Allah ‘Azza wa Jalla telah mengisyaratkan tentang begitu dekatnya waktu kiamat di Al-Qur’an. Begitu pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan secara rinci tentang hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman,
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka dalam kelalaian dan berpaling (darinya).” [1]
Allah Ta’ala juga berfirman,
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
”Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kiamat. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu (wahai Muhammad), boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat waktunya.” [2]
Allah Ta’ala juga berfirman,
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat (datangnya) hari kiamat, dan telah terbelah bulan.” [3]
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan tentang dekatnya hari akhir ini dan kemudian berpindah ke negeri yang lain, yang dimana setiap orang akan menerima apa yang telah ia perbuat. Apabila baik, maka akan mendapat balasan kebaikan. Dan apabila buruk, maka akan mendapatkan balasan keburukan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُعِثْتُ أنا والساعةَ هكذا((، ويُشير بإصبعيه فيَمُدُّ بهما.
“Aku diutus (sebagai nabi) bersama datangnya kiamat seperti ini”, lalu beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya dan merenggangkannya (sedikit). [4]
Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّما أَجَلُكُم فيما خَلَا مِنَ الأُمَمِ، كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ
“Sesungguhnya umur (waktu) kalian dibandingkan dengan umat-umat sebelum kalian adalah seperti waktu antara salat Ashar sampai terbenamnya matahari.” [5]
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan, “Kami sedang duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat matahari berada di atas bukit Qa’iqi’an setelah ashar, lalu beliau bersabda,
ما أعماركم في أعمار من مضى، إلّا كما بقي من النهار فيما مضى منه
“Umur kalian dibandingkan dengan umur orang-orang sebelum kalian, tidaklah lain kecuali seperti sisa waktu siang dibandingkan dengan waktu siang yang telah berlalu darinya.” [6]
Ibnu Katsir menjelaskan, “Ini menunjukkan bahwa apa yang tersisa (dari waktu dunia) dibandingkan dengan apa yang telah berlalu hanyalah sedikit. Namun, tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa yang telah berlalu kecuali Allah Ta‘ala. Dan tidak ada penetapan yang sahih sanadnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ma‘shum mengenai hal itu sehingga bisa dijadikan pegangan untuk mengetahui perbandingan sisa waktu dengan waktu yang telah berlalu. Namun, yang pasti, sisa waktu itu sangat sedikit dibandingkan dengan yang telah berlalu.” [7]
Tidak ada ungkapan yang lebih kuat daripada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menggambarkan dekatnya hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ جَمِيعًا، إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُنِي
“Aku diutus bersama dengan (datangnya) kiamat. Hampir-hampir saja kiamat mendahuluiku.” [8]
Ini merupakan isyarat tentang betapa sangat dekatnya kiamat dengan masa diutusnya beliau, sampai-sampai beliau khawatir kiamat mendahuluinya karena saking dekatnya.
Mempersiapkan diri untuk hari akhir
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan dan berkata,
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرِحْنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ.
Seorang arab badui bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Dia berkata, “Kapan hari kiamat akan terjadi?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang telah engkau siapkan untuk hari kiamat?”
Orang itu menjawab, “Tidak ada. Hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau bersabda, “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.”
Anas berkata, “Belum pernah kami bahagia dengan sesuatu seperti bahagianya kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai.`”
Anas melanjutkan, “Sungguh aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar. Aku berharap akan bersama mereka dengan sebab kecintaanku pada mereka sekalipun aku belum beramal semisal amal mereka.” [9]
Dalam hadis ini terdapat isyarat agar seorang muslim menyibukkan diri dengan perkara yang lebih bermaslahat dan bermanfaat serta tidak mempertanyakan sesuatu yang tidak berguna. Yaitu dengan menyibukkan diri dengan beramal daripada sibuk dengan menanyakan kapan terjadinya hari kiamat. Karena hari kiamat pasti terjadi.
Jika kita tidak tahu kapan kiamat akan datang, apa yang seharusnya kita lakukan?
Jawabannya adalah mempersiapkan bekal sebaik-baiknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الكَيِّسُ مَن دان نفسَه وعمِل لما بعدَ الموتِ والعاجِزُ مَن أتبَع نفسَه هَواها وتمنَّى على اللهِ الأمانِيَّ
“Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab (mengoreksi) dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah (mengharap tanpa usaha).” [10]
Sebuah renungan
Kita mungkin tidak tahu kapan kiamat akan datang. Namun, yang pasti, kematian bisa datang kapan saja, dan itu adalah kiamat kecil bagi setiap individu. Maka marilah kita renungkan: sudah siapkah kita?
Semoga kita termasuk hamba yang senantiasa mempersiapkan bekal terbaik, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” [11]
Mari kita hidup bukan dengan ketakutan, tetapi dengan kesadaran dan harapan. Kesadaran bahwa hidup ini sementara, dan harapan bahwa dengan amal baik, Allah akan menerima kita dalam keadaan husnul khatimah dan memberikan kepada kita kesuksesan yang hakiki yaitu surga. Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” [12]
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari kiamat.
Wallahu a’lam bishawab.
Baca juga: Mengenal Hari Kiamat dan Tanda-Tanda Kiamat
***
Penulis: Gazzetta Raka Putra Setyawan
Artikel Muslim.or.id
Referensi:
Asyratu As-Sa’ah, karya Yusuf bin Abdillah bin Yusuf Al-Wabil, cetakan ketujuh, penerbit Daar Ibnul Jauzi KSA, tahun 1438 H, hal. 56-58. Disunting ulang oleh penulis.
Catatan kaki:
[1] QS. Al-Anbiya’: 1
[2] QS. Al-Ahzab: 63
[3] QS. Al-Qomar: 1
[4] Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari sahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu. Dalam riwayat lain.
وقَرَنَ بَيْنَ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“dan beliau menyandingkan jari telunjuk dan jari tengah.”
[5] HR. Bukhari
[6] HR. Ahmad, berkata Ibnu Katsir rahimahullah (An-Nihayah, 1: 194), ”Sanadnya sahih”, dan Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hasan.” (Fathul Bari, 11: 350)
[7] An-Nihayah, 1: 195.
[8] HR. Ahmad, dan Ibnu Hajar rahimahullah berkata (Fathul Bari, 11: 348), “Diriwayatkan Ahmad dan Ath-Thabrani dan sanadnya hasan.”
[9] Muttafaq ‘alaihi
[10] HR. Tirmidzi
[11] QS. Al-Baqarah: 197
[12] QS. Ali Imran: 185
Artikel asli: https://muslim.or.id/108521-kapan-terjadinya-hari-kiamat.html