Penanya juga bertanya tentang manisnya iman yang disebutkan dalam hadis: “Barang siapa yang melakukan itu, akan merasakan manisnya iman.” Dia bertanya, “Apa pengaruh dari rasa manis ini? Dan bagaimana cara mendapatkannya?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara yang jika ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman:
[PERTAMA]
Jika Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.
[KEDUA]
Jika dia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.
[KETIGA]
Dia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”
Barang siapa yang merasakan tiga perkara ini, maka dia akan merasakan manisnya iman. Selanjutnya, itu akan menjadi salah satu sebab datangnya keridaan Allah baginya, dan salah satu sebab untuk melakukan amal ketaatan.
[KEEMPAT]
Demikian juga dengan menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mengalihkan pandangannya dari hal yang tidak halal untuk dia lihat, maka Allah akan menggantinya dengan rasa manis dalam hatinya yang dia rasakan dalam hatinya hingga hari kiamat.”
Ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Hakim. Manisnya iman menjadikan manusia merasakan nilai ibadah yang dia persembahkan bagi Tuhannya; baik itu dalam salatnya, puasanya, bacaan al-Qurannya, doanya, zikirnya, dan jenis-jenis ibadah lainnya.
====
سَأَلَ أَيَضًا عَمَّا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ مِنْ حَلَاوَةِ الْإِيْمَانِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ ذَاقَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ يَقُولُ مَا الْأثَارُ الْمُتَرَتِّبَةُ عَلَى هَذِهِ الْحَلَاوَةِ؟ وَكَيْفَ يَجِدُهَا الإِنْسَانُ؟
يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا مَعَنَا الشَّيْخُ سَعْدٌ
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
فَهَذِهِ أُمُورٌ مَنْ اسْتَشْعَرَهَا وَجَدَ بِهَا حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ وَبِالتَّالِي يَكُونُ ذَلِكَ سَبَبًا مِنْ أَسْبَابِ رِضَا اللَّهِ عَنْهُ وَمِنْ أَسْبَابِ الإِقْدَامِ عَلَى فِعْلِ الطَّاعَاتِ
وَمِثْلُ هَذَا فِي صَدِّ النَّظَرِ عَنِ الْمُحَرَّمَاتِ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَرَفَ نَظَرَهُ عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُ أَبْدَلَهُ اللَّهُ حَلَاوَةً يَجِدُهَا فِي قَلْبِهِ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ
وَكَمَا رَوَاهُ الْحَاكِمُ فَحَلَاوَةُ الْإِيمَانِ تَجْعَلُ الْإِنْسَانَ يَسْتَشْعِرُ قِيمَةَ الْعِبَادَاتِ الَّتِي يَعْبُدُ بِهَا رَبَّهُ فِي صَلَاتِهِ فِي صِيَامِهِ وَفِي تِلَاوَتِهِ لِلْقُرْآنِ فِي دُعَائِهِ فِي ذِكْرِهِ فِي غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَاتِ