Berapa jumlah rakaat shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan? Benarkah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengerjakan shalat malam lebih dari 11 rakaat?
Hal ini akan terjawab dalam bahasan Bulughul Maram berikut ini.
Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani
Kitab Shalat
بَابُ صَلاَةُ التَّطَّوُّع
Bab Shalat Tathawwu’ (Shalat Sunnah)
Shalat Malam Tidak Lebih dari Sebelas Rakaat
Hadits 27/376
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي أَرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً، قَالَتْ عَائِشَةُ: فقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: «يَا عَائِشَةُ، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah dalam shalat malam Ramadhan atau lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum shalat witir.’” Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738]
Faedah hadits
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan empat rakaat salam. Secara tekstual makna hadits adalah empat rakaat secara langsung. Namun, kalau dipahami dengan hadits shalat malam itu dua rakaat salam, dua rakaat salam, maka lebih bagus dilakukan secara terpisah yaitu setiap dua rakaat salam.
- Shalat malam nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bagus dan lama.
- Para nabi itu matanya tidur, tetapi hatinya tidaklah tidur.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam dengan sembilan, sebelas, atau tiga belas rakaat. Jika dihitung dengan shalat sunnah fajar, maka shalat tersebut menjadi lima belas rakaat.
- Menurut madzhab Syafii dan lainnya, berdiri yang lama itu lebih afdal daripada rukuk dan sujud yang lama.
Baca juga:
Shalat Malam Sepuluh Rakaat Lalu Witir Satu Rakaat
Hadits 28/377
وَفِي رِوَايَةٍ لَهُمَا عَنْهَا: كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ عَشْرَ رَكَعَاتٍ، وَيُوتِرُ بِسَجْدَةٍ، وَيَرْكَعُ رَكْعَتَي الْفَجْرِ، فَتِلْكَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan, “Beliau shalat malam sepuluh rakaat, shalat witir satu rakaat, dan shalat Fajar dua rakaat. Jadi, semuanya tiga belas rakaat.” [HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738]
Faedah hadits
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat malam sepuluh rakaat, lalu berwitir dengan satu rakaat. Kemudian beliau melakukan shalat sunnah fajar dua rakaat. Totalnya ada tiga belas rakaat.
- Ada berbagai riwayat yang menyebutkan jumlah rakaat shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada riwayat yang menyebut: tujuh rakaat, sembilan rakaat, sebelas rakaat, tiga belas rakaat (caranya adalah shalat malam sepuluh rakaat, lalu witir satu rakaat, kemudian shalat sunnah fajar dua rakaat), lima belas rakaat (caranya adalah shalat malam tiga belas rakaat, lalu shalat sunnah fajar dua rakaat).
- Semakin banyak jumlah rakaat untuk shalat malam, semakin besar pahala.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan witir dengan satu rakaat. Hal ini berarti shalat witir dengan satu rakaat itu sah. Inilah pendapat dalam madzhab Syafii dan jumhur ulama. Pendapat Imam Abu Hanifah berbeda dalam hal ini.
Baca juga: Shalat Malam Bersama Keluarga
Shalat Malam Tiga Belas Rakaat
Hadits 29/378
وَعَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُوتِرُ مِنْ ذلِكَ بِخَمْسٍ، لاَ يَجْلِسُ فِي شَيْءٍ إلاَّ فِي آخِرِهَا.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat malam tiga belas rakaat. Lima di antaranya adalah shalat witir. Beliau tidak duduk kecuali pada rakaat terakhir.” [HR. Muslim, no. 737]
Faedah hadits
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam tiga belas rakaat, lima rakaatnya adalah shalat witir.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam tergantung kelonggaran waktu dan lama bacaan, tergantung waktu tidur, uzur sakit, atau keadaan beliau yang makin berumur. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menginjak usia lanjut, beliau shalat malam dengan tujuh rakaat. Di awal shalat malam, beliau memulai dengan dua rakaat ringan.
- Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata: Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama, shalat malam itu tidak ada batasan maksimal maupun minimalnya. Shalat malam itu adalah bagian dari tathawwu’ (perkara sunnah). Semakin banyak jumlah rakaat, semakin banyak pahalanya.
Baca juga: Shalat Tarawih 11 ataukah 23 Rakaat?
Shalat Witir Berakhir Hingga Waktu Sahur
Hadits 30/379
وَعَنْهَا قَالتْ: مِنْ كُلِّ اللّيْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَانْتَهى وِتْرُهُ إلَى السَّحَر. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِمَا.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Pada setiap malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melaksanakan witir yang berakhir hingga waktu sahur.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 996 dan Muslim, no. 745]
Faedah hadits
- Waktu shalat witir adalah malam seluruhnya, mulai dari bakda shalat Isyak hingga terbit fajar Shubuh.
- Shalat witir bisa dengan satu, tiga, lima, dan seterusnya. Shalat witir dengan satu rakaat itu tetap sah.
- Shalat witir disunnahkan dilakukan pada akhir malam, itu lebih afdal.
- Shalat witir disunnahkan pada akhir malam, baik didahului tidur ataukah tidak.
Baca juga: Nabi Tidak Pernah Shalat Tarawih Lebih dari 11 Rakaat
Referensi:
- Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:314-319.
- Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 1:616-623.
—
Diselesaikan pada Malam Kamis, 26 Jumadal Akhirah 1444 H, 18 Januari 2023
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
Artikel Rumaysho.Com