Beranda | Artikel
Tawadhu
Rabu, 17 Desember 2014

HKONK

Oleh : Syaikh Shalih bin Sa’ad as-Suhaimi

   من هذه الأُسُسِ من أُسُسِ منهج السّلَف الذي هو أَسْلَمُ وأَعْلَمُ وأحكم: التَّوَاضُعُ؛ وأعني: بالتواضعَ؛ لِينِ الجانب للعلم والتعلُّم وللعلماءِ، فإنه من تواضع لله رَفَعَه، وإنَّ الشيطان لَيَنْفُخُ في رأس البعض أنه قد بلغ درجةً لم يَبلغها أحد، فإذا وَصَل إلى هذه الحال؛ فَلْيَعْلَمْ أنه أَجْهَلُ الناس؛ فلا يزال الرجل عالمًا مادام يطلب العلم، فإذا ظنَّ أنه قد علِم؛ فقد جهِل.

Salah satu diantara asas ini, yaitu asas-asas manhaj salaf yang merupakan jalan yang paling selamat, paling berilmu, dan paling bijaksana ialah; memiliki sifat tawadhu’. Dan yang saya maksudkan dengan tawadhu’ di sini adalah mudah/tidak sombong untuk menerima ilmu dan belajar kepada para ulama/ahli ilmu.

Karena sesungguhnya barangsiapa yang tawadhu’ karena Allah maka Allah pasti akan memuliakan derajatnya. Dan sesungguhnya setan terkadang meniupkan ke dalam kepala sebagian orang bahwa dirinya telah mencapai suatu tingkatan yang tidak digapai oleh siapa pun. Apabila dia telah mencapai keadaan semacam ini, maka hendaklah dia ketahui bahwa dirinya adalah orang yang paling bodoh.

Karena seorang itu senantiasa menjadi ahli ilmu selama dia terus menimba ilmu, sehingga apabila dia telah mengira bahwa dirinya sudah berilmu/menguasai ilmu, itu artinya dia telah bodoh.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/tawadhu/