Napak Tilas Peninggalan Orang Shalih
Di antara alasan napak tilas peninggalan atau jejak orang shalih tidak dibolehkan adalah karena hal itu wasilah (perantara) menuju kesyirikan dan amalan tersebut mengada-ada, tidak pernah dicontohkan dalam Islam.
Menurut –guru kami- Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan –semoga Allah senantiasa menjaganya dan memberkahi umurnya-, napak tilas terhadap peninggalan orang shalih punya dampak jelek sebagai berikut:
1- Ini adalah wasilah atau jalan menuju kesyirikan dengan tabarruk (ngalap berkah) dengan peninggalan-peninggalan tersebut. Kaedah yang kita pahami, suatu wasilah menuju yang haram, maka dihukumi haram.
2- Napak tilas seperti itu bukanlah amalan salafush shalih di mana para salaf itu begitu semangat dalam melakukan kebaikan daripada kita. Seandainya amalan tersebut baik, maka mereka telah lebih dahulu melakukannya daripada kita-kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي
“Berpegang teguhlah dengan ajaranku dan ajaran para penggantiku yang telah mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal (Khulafaur Rasyidin).”[1] Ketika ‘Umar radhiyallahu ‘anhu melihat ada suatu kaum yang pergi ke suatu pohon yang di situ pernah dilaksanakan Baitur Ridhwan, maka Umar pun memerintah supaya pohon tersebut ditebang.
3- Napak tilas seperti itu termasuk amalan bid’ah dan setiap bid’ah adalah suatu kesesatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganjurkan hal itu kepada umatnya untuk melakukan napak tilas. Generasi awal dari umat ini pun tidak pernah melakukannya. Imam Malik pernah berkata,
لا يصلح آخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها
“Umat ini barulah jadi baik jika mengikuti baiknya generasi awal.”[2]
4- Bersemangat untuk melakukan napak tilas seperti itu hanya akan menjauhkan kita dari menghidupkan syiar-syiar Allah yang Allah perintahkan untuk menghidupkannya. Karena konsekuensi amalan yang tidak ada tuntunan adalah mengantarkan kepada kurang semangat dalam melakukan amalan yang dituntunkan.
5- Napak tilas seperti itu jika dianjurkan maka hanya akan memberatkan umat. Untuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, tempat yang ia singgahi itu banyak, tempat ia shalat saat safar pun banyak.
6- Untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, napak tilas terhadap peninggalan beliau termasuk bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap hak beliau. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan,
لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم
“Janganlah kalian melebih-lebihkanku sebagaimana sikap orang Nashrani terhadap Isa bin Maryam.”[3]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,
وإياكم والغلو فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو
“Hati-hatilah dengan sikap ghuluw (berlebih-lebihan) karena sikap tersebut telah membinasakan umat sebelum kalian.”[4]
7- Yang wajib dihidupkan adalah menghidupkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengamalkannya dan mengajak lainnya untuk mengamalkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Berpegang teguhlah dengan ajaranku dan ajaran Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal. Berpegang teguhlah dengan ajaran tersebut, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah dengan perkara baru (dalam agama). Karena setiap perkara baru seperti itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”[5]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إني تارك فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا كتاب الله وسنتي
“Aku tinggalkan bagi kalian (ajaranku) yang jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan sesat.”[6]
Semoga Allah memberikan kita taufik pada amalan yang shalih. Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada Nabi kita Muhammad, pada keluarga dan sahabatnya.
* Tulisan sederhana dari –guru kami- Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan di website resmi beliau: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/15334
Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
—
[1] Diriwayatkan oleh Ath Thohawi dalam Muskilul Atsar. Lafazh yang semisal diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 2676 dan Ibnu Majah no. 42, shahih menurut Abu Isa At Tirmidzi.
[2] At Tamhid, 23: 10, dari Wahb bin Kisan yang meriwayatkan dari Imam Malik.
[3] HR. Bukhari no. 3445.
[4] HR. Al Baihaqi, 5: 127.
[5] HR. Tirmidzi no. 2676 dan Ibnu Majah no. 42, shahih menurut Abu Isa At Tirmidzi.
[6] HR. Tirmidzi no. 3788, shahih menurut Syaikh Al Albani.
🔍 Doa Memohon Perlindungan, Amalan Yang Paling Dicintai Allah Dan Rasul, Rukun Umroh Dan Bacaannya, Doa Minum Air Zam Zam Beserta Artinya
Artikel asli: https://muslim.or.id/23398-napak-tilas-peninggalan-orang-shalih.html