Beranda | Artikel
Boleh Menerima Donor Dari Dari Orang Kafir dan Sebaliknya
Rabu, 19 Juni 2013

“Boleh ga’ ya, menerima donor darah dari orang kafir? Mereka kan makanannya ga terjaga? Siapa tahu pernah makan babi? Kemudian menjadi darah daging?”

“Saya ga’ mau donor darah ke dia, diakan kafir biar sekarat juga ga akan mau”

 

Muncul pertanyaan dari sebagian muslim mengenai hal ini. Apakah hal ini akan berpengaruh terhadap dirinya? Berpengaruh terhadap agama dan ketaatannya?

Berikut fatwa dari Al-Lajnah Ad-Daimah:

س: هل يجوز نقل الدم من إنسان إلى آخر وإن اختلف دينهما؟

Bolehkan mentransfusikan darah dari orang yang berbeda agama (muslim ke kafir atau sebaliknya)?

ج: إذا مرض إنسان أو اشتد ضعفه ولا سبيل لتقويته أو علاجه إلا بنقل دم من غيره إليه، وتعين ذلك طريقا لإنقاذه، وغلب على ظن أهل المعرفة انتفاعه بذلك- فلا بأس بعلاجه بنقل دم غيره إليه، ولو اختلف دينهما، فينقل الدم من كافر ولو حربيا لمسلم، وينقل من مسلم لكافر غير حربي، أما الحربي فنفسه غير معصومة، فلا تجوز إعانته، بل ينبغي القضاء عليه، إلا إذا أسر،

 

Jika seseorang sakit dan sangat lemah, kemudian tidak ada cara untuk menyembuhkannya kecuali menerima donor darah dari yang lain dan sudah pasti cara tersebut bisa menyelamatkannya kemudian ada sangkaan kuat dari para ahli bahwa hal tersebut bermanfaat (transfusi darah ini sudah terbukti kuat secara medis, bukan sangkaan kuat lagi, pent). Maka hukumnya tidak mengapa (mubah) walaupun agama mereka berbeda.

Maka boleh transfusi darah dari orang kafir walaupun kafir harbi (yaitu orang kafir yang memerangi/sedang perang orang muslim) kepada orang muslim. Dan boleh transfusi darah dari orang muslim ke orang kafir yang non-harbi. Karena kafir harbi darahnya (nyawanya) tidak terjaga/terjamin, maka tidak boleh membantunya, bahkan harus memerangi mereka. Kecuali jika mereka menjadi tawanan (jadi orang kafir di Indonesia bukan kafir harbi, boleh transfusi darah kepada mereka, pent).[1]

Begitu juga fatwa dari syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, beliau berkata,

لا حرج في نقل الدم إذا دعت الحاجة إليه إذا قرر الأطباء الحاجة إليه وأن ناسب دم هذا دم هذا فلا بأس سواء كان من زوجة إلى زوجها، أو من زوج إلى زوجته، أو من كافر إلى مسلم أومن مسلم إلى كافر، لا بأس بهذا إلا أن يكون الكافر حربياً تدعوا الشريعة إلى قتله فلا ينقل له شيء، أما إذا كان الكافر ذمياً أو معاهداً أو مستعملاً فلا حرج فالحاصل أن نقل الدم لا يؤثر ما هو مثل الرضاع، الرضاع إذا تمت شروطه أثر وحصل به التحريم.

“Tidak masalah melakukan donor darah jika memang dibutuhkan, setelah dokter memutuskan pasien butuh donor darah. Sementara asal darah, ini darah si Fulan, ini darah si Fulan, tidak ada masalah. Baik darah istri untuk suaminya atau darah suami untuk istrinya, atau darah orang kafir untuk orang muslim atau darah muslim untuk orang kafir, tidak ada masalah.

Kecuali jika orang kafirnya adalah kafir harbi  yang diperintahkan oleh syariat untuk membunuhnya. Untuk kafir semacam ini tidak boleh diberi donor darah. Adapun kafir dzimmi atau mu’ahad (keduanya adalah orang kafir yang mendapat jaminan dan ada perjanjian damai dengan kaum muslimin) atau kafir yang bekerja di tempat kita, tidak masalah saling donor. Ringkasnya, donor darah tidak menyebabkan mahram sebagaimana hukum persusuan.”[2]

Bahkan pendapat terkuat bolehnya tranplantasi jantung dari orang kafir ke muslim. Silahkan baca:

Ulama yang membolehkan ada yang berdalil bahwa jantung sekedar organ pada orang kafir tersebut dan semua yang ada di alam semesta ini selalu bertasbih memuji Allah termasuk jantung orang kafir tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ مِّنْ شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لاَّ تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْ

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al Isra’: 44).

 

Islam tidak dzalim dengan orang kafir sekalipun

Perhatikan Islam membolehkan membantu dan bermuamalah dengan orang kafir bahkan melarang berbuat dzalim dengan orang kafir sekalipun.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahah: 8

Syaikh Abdurrahman bin Nashir  As-Sa’diy rahimahullah berkata,

لا ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة

“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik,  baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.”[3]

 

@Gedung Radioputro, FK UGM, 10 Sya’ban 1434 H

Penyusun:  dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter

 

 


[1] Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 1325

[2] Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/17465

[3]  Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. Ke-1, 1424 H


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/boleh-menerima-donor-dari-dari-orang-kafir-dan-sebaliknya.html