Beranda | Artikel
Teks Khotbah Jumat: Meneladani Amanah Nabi dalam Kehidupan Sehari-Hari
21 jam lalu

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat sekalian,

Pertama-tama, khatib mengajak diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian. Marilah senantiasa kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah serta meninggalkan dosa dan kemaksiatan kepada-Nya. Dengan ketakwaan inilah, wahai jemaah sekalian, Allah akan memberikan jalan keluar atas setiap permasalahan yang kita hadapi dan memberikan rezeki dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At-Thalaq: 2-3)

Tema khotbah kita hari ini adalah mengenai amanah, sebuah akhlak agung yang menjadi ciri utama seorang muslim. Allah mengulang pembahasan amanah dalam banyak ayat, dan Rasulullah ﷺ menjadikannya sebagai salah satu tanda keimanan. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa: 58)

Ayat ini mencakup semua bentuk amanah, baik itu dalam hal harta, jabatan, janji, pekerjaan, keluarga, hingga waktu yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah harta yang kita miliki bersumber dari sesuatu yang halal? Apakah harta tersebut telah kita pergunakan sebagaimana mestinya? Dalam hal pekerjaan, apakah kita sudah amanah dengan kontrak kerja yang ada? Apakah kita tidak terlambat di dalam menunaikannya? Apakah umur dan waktu yang telah Allah berikan kepada kita benar-benar telah kita manfaatkan sebaik-baiknya? Ataukah justru lebih banyak diisi dengan hal-hal sia-sia?

Sungguh di hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban kita akan semua amanah tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

لا تَزولُ قَدَمَا عَبْدٍ يومَ القيامةِ، حتَّى يُسأَلَ عن عُمُرِه؛ فيمَ أفناه؟ وعن عِلْمِه؛ فيم فعَلَ فيه؟ وعن مالِه؛ من أين اكتسَبَه؟ وفيم أنفَقَه؟ وعن جِسمِه؛ فيمَ أبلاه؟

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya, kemana dia habiskan; tentang ilmunya, bagaimana dia mengamalkannya; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan; serta tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. Tirmidzi no. 2417)

Sungguh, menjadi pribadi yang bertanggungjawab penuh atas setiap amanah yang berada di pundaknya merupakan sebuah keharusan bagi setiap muslim. Karena amanah merupakan salah satu ciri keimanan dalam diri seseorang. Allah menyebutkan ciri-ciri orang beriman dalam surah Al-Mu’minun,

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ

“Dan orang-orang yang memelihara amanah dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun: 8)

Allah Ta’ala juga memperingatkan kita semua agar jangan sampai mengkhianati amanah yang telah Allah dan Nabi-Nya berikan kepada kita serta mengkhianati amanah yang telah diberikan orang lain kepada kita. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul serta mengkhianati amanah-amanah kalian.” (QS. Al-Anfal: 27)

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala, sungguh kita semua pastilah memikul amanah, dan kita semua harus bertanggungjawab atas amanah yang kita pikul. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كلُّكم راعٍ وكلُّكم مسؤولٌ عن رعيتِهِ فالأميرُ الذي على الناسِ راعٍ عليهم وهو مسؤولٌ عنهم والرجلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ وهو مسؤولٌ عنهم والمرأةُ راعيةٌ على بيتِ بعلها وولدِهِ وهي مسؤولةٌ عنهم وعبدُ الرجلِ راعٍ على بيتِ سيدِهِ وهو مسؤولٌ عنهُ ألا فكلُّكم راعٍ وكلُّكم مسؤولٌ عن رعيتِهِ

“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang menangani urusan umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang budak adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan ia bertanggung jawab atasnya. Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

Mereka yang tidak mau menjalankan amanah yang telah diberikan kepadanya dan mengkhianatinya, dikhawatirkan mereka akan terjatuh ke dalam salah satu ciri orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَان

“Tanda orang munafik itu ada tiga: bila bicara, ia dusta; bila berjanji, ia menyelisihi; dan bila diberikan kepercayaan, ia berkhianat.” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59)

Sungguh ini harus menjadi perhatian setiap muslim. Bahwa tindakan khianat terhadap amanah yang ada dapat mengantarkannya kepada perbuatan kemunafikan. Yang telah jelas bagi kita semua bahwa orang-orang munafik akan menempati neraka paling dalam, waliyyadzu billah.

Semoga Allah Ta’ala menanamkan kepada kita akhlak amanah, menguatkan kita untuk istikamah di dalam melaksanakannya dan menghindarkan kita dari akhlak tidak terpuji.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Sungguh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah puncak keteladanan dalam amanah. Orang Quraisy memanggil beliau dengan gelar Al-Amîn jauh sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Bahkan ketika semua orang memusuhi beliau, mereka tetap menitipkan barang mereka kepada beliau.

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah, beliau meminta Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu untuk tinggal terlebih dahulu di Makkah beberapa hari hanya untuk mengembalikan barang-barang orang Quraisy yang masih beliau simpan. Padahal mereka adalah musuh yang hendak membunuh beliau. Sungguh, ini adalah bentuk keteladanan nyata yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jemaah yang dimuliakan Allah, sungguh amanah adalah akhlak yang berat yang harus diperjuangkan dan tidak boleh disepelekan. Bahkan langit dan bumi, dua makhluk Allah yang sangat besar sekalipun, mereka tidak sanggup untuk memikulnya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)

Ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat ini, beliau mengatakan,

الْأَمَانَةُ أَدَاءُ الصلاة وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصِدْقُ الْحَدِيثِ وَقَضَاءُ الدَّيْنِ وَالْعَدْلُ فِي الْمِكْيَالِ وَالْمِيزَانِ، وَأَشَدُّ مِنْ هَذَا كُلِّهِ الْوَدَائِعُ

Amanah (di sini) maksudnya adalah melaksanakan salat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadan, menunaikan haji ke Baitullah, berkata jujur, membayar utang, berlaku adil dalam takaran dan timbangan, dan yang paling berat dari semua itu adalah menjaga titipan.(Tafsir Al-Baghawi, 6: 380)

Begitu beratnya amanah ini, sampai-sampai Ibnu Mas’ud juga mengatakan bahwa yang pertama kali Allah cabut dari umat Islam adalah sifat amanah,

أوَّلُ ما تَفْقِدُونَ مِنْ دينِكُمُ الأمَانَةُ وآخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دِينِكُمُ الصَّلَاةُ

“Yang pertama hilang dari urusan agama kalian adalah amanah, dan yang terakhirnya adalah salat.” (Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dalam kitabnya, At-Tafsiir Al-Wasiith no. 556)

Tidak mengherankan jika kita dapati di zaman sekarang, seorang muslim yang dengan mudahnya menyepelekan amanah yang dipikulnya. Baik itu amanah yang menyangkut hak Allah Ta’ala berupa kewajiban salat dan hal-hal lainnya, ataupun amanah yang menyangkut hak manusia.

Betapa banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan salat, tidak jujur dalam bermuamalah, tidak membayar utang, tidak amanah dalam pekerjaan, bahkan tidak amanah dalam keluarganya, waliyaadzu billah.

Jemaah yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan karunia dari Allah.

Sudah sepatutnya bagi kita semua untuk mengoreksi kembali, apakah kita sudah menjadi hamba Allah yang amanah? Mengerjakan seluruh kewajiban yang telah Allah bebankan kepada kita. Sebagai kepala keluarga apakah kita sudah menjadi kepala keluarga yang menunaikan hak-hak anggota keluarga kita? Apakah kita sudah amanah dalam pekerjaan kita? Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga martabat kaum muslimin dengan menjaga kualitas amanah kita.

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، َللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ 

اللَّهُمَّ انصر إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Baca juga: Menjalani Kehidupan dengan Tawaduk

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/110537-teks-khotbah-jumat-meneladani-amanah-nabi-dalam-kehidupan-sehari-hari.html