Beranda | Artikel
Kedudukan Mulia Abu Hurairah dan Bantahan Terhadap Para Pencelanya
11 jam lalu

Abu Hurairah adalah sahabat yang meriwayatkan hadis paling banyak. Ada lebih dari 5000 hadis yang tersebar di Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan banyak kitab-kitab hadis lainnya. Posisi Abu Hurairah sebagai perawi hadis memiliki kedudukan yang penting. Beliau adalah sahabat yang sudah diakui keagungan budi pekertinya oleh para ulama sejak dahulu hingga sekarang. Berbagai celaan dan tuduhan dilontarkan kepada beliau untuk merendahkan kredibilitas beliau dalam ilmu hadis. Namun demikian, berbagai celaan dan tuduhan tersebut tidak berdasar dan sudah dijelaskan oleh para ulama mengenai bantahan terhadap syubhat-syubhat terkait pribadi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Profil ringkas Abu Hurairah

Para ulama ahli sejarah berbeda  pendapat tentang nama asli Abu Hurairah. Ada yang mengatakan namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr. Pendapat lain menyatakan, namanya adalah Abdusy Syams. Ada lagi yang menyebut namanya adalah Abdu ‘Amr. Sementara ulama yang lain merincinya, di masa jahiliyah namanya Abdusy Syams; dan di masa Islam menjadi ‘Abdullah. Terdapat pula beberapa pendapat yang lain. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa pendapat yang paling masyhur menyebutkan namanya adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausy. Nama pada masa jahiliyah adalah Abdusy Syams bin Shakhr, kemudian Rasulullah mengubah namanya menjadi ‘Abdurrahman. (Al-‘Asqalani, 1415 H)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki pengaruh besar pada kepribadian Abu Hurairah. Sejak datang ke Madinah hingga Nabi wafat, Abu Hurairah selalu mengiringi Nabi. Wajar beliau menjadi salah seorang penghafal hadis yang paling banyak di tengah para sahabat. Dalam kondisi apapun, Abu Hurairah selalu bersama Nabi, baik saat kelaparan atau saat kenyang. Di mana ada Rasulullah, di situ ada Abu Hurairah. Jadi, walaupun kebersamaannya singkat dengan Rasulullah, Abu Hurairah mampu mencapai tingkatakan yang tidak dicapai oleh sahabat lainnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada beliau,

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ، تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

“Wahai Abu Hurairah, jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau akan jadi seorang yang paling taat. Jadilah seorang yang qanaah (merasa cukup), niscaya engkau akan jadi seorang yang paling bersyukur. Apa yang engkau suka mendapatkannya, sukai juga untuk orang lain, niscaya engkau menjadi seorang beriman yang sejati. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau jadi muslim sejati. Sedikitlah tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah no. 4217, shahih)

Rasulullah pernah memuji Abu Hurairah yang gemar bertanya. Suatu hari, Abu Hurairah bertanya tentang syafaat, kemudian Rasulullah memujinya, karena ia adalah orang yang pertama kali bertanya tentang syafaat. Hal ini disebutkan dalam hadis,

وعنه -أيضًا- أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ”.

“Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini. Karena kulihat betapa perhatian dirimu terhadap hadis. Orang yang berbahagia dengan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukhari no. 6201)

Setidaknya, ada empat faktor yang menjadikan Abu Hurairah menjadi orang yang memiliki hafalan kuat:

  1. Beliau aktif dalam majelis Rasul sampai akhir hayat beliau, dan selalu meluangkan waktu untuk Rasul.
  2. Beliau giat dalam mencari ilmu, sampai Rasulullah berdoa untuknya agar tidak mudah lupa.
  3. Beliau belajar kepada sahabat senior dalam segala bidang, khususnya hadis, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, ‘Aisyah, dan para sahabat lainnya.
  4. Abu Hurairah hidup sampai 47 tahun setelah Nabi wafat, hal ini yang menjadikannya banyak hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh generasi sahabat. (Ahmad Khoirur Rozikin, 2018)

Setelah Rasulullah wafat, Abu Hurairah menjadi rujukan bagi para sahabat lainnya yang ingin bertanya tentang hadis. Tentu saja ini karena semasa hidup Rasulullah, Abu Hurairah bergairah ingin mendalami hadis Nabi dengan bertanya kepada sumber aslinya, yaitu Rasulullah sendiri. Abu Hurairah wafat di usia 78 tahun, pada tahun 57 H. (Al-‘Asqalani, 1415 H)

Kedudukan dan keistimewaan Abu Hurairah menurut para ulama

Al-Hakim meriwayatkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Zaid bin Tsabit dan menanyakan sesuatu kepadanya, dan dia berkata, “Abu Hurairah ada di dekatmu.”

Suatu hari, ketika saya sedang duduk bersama Abu Hurairah dan si fulan di masjid, kami berdoa kepada Allah dan berzikir mengingat Rabb kami. Rasulullah keluar kepada kami sampai beliau duduk bersama kami, namun kami tetap diam, lalu beliau berkata, “Kembalilah ke tempatmu tadi.”

Zaid berkata, “Maka aku dan sahabatku berdoa di belakang Abu Hurairah, dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabulkan doa-doa kami.” Kemudian Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu seperti yang diminta kedua sahabatku ini, dan aku memohon kepada-Mu ilmu yang tidak akan terlupakan.”

Rasulullah bersabda, “Amin.” Maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, dan kami juga memohon Tuhan atas ilmu yang tidak akan terlupakan.“ Nabi pun menjawab, “Permintaanmu telah didahului oleh Abu Hurairah Ad-Dausy.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 3: 508)

Di antara pujian kepada beliau adalah pujian dari kalangan para sahabat Nabi sendiri. Thalhah bin ‘Ubaidilah berkata, “Aku tidak meragukan bahwa Abu Hurairah mendengar dari Rasulullah apa yang tidak aku dengar dari beliau.“ Ibnu ‘Umar berkata, “Abu Hurairah lebih baik dariku dan lebih berilmu dengan hadis yang beliau sampaikan.” (As-Siba’i)

Ibnu Hajar menyebutkan banyak para ulama, baik sejak masa sahabat maupun sesudahnya, yang memberikan pujian kepada Abu Hurariah, di antaranya adalah:

Al-Amsha berkata dari hadis Abu Shalih bahwa dia berkata, “Abu Hurairah adalah salah satu sahabat yang paling banyak hafalannya.“

Asy-Syafi’i berkata, “Abu Hurairah mempunyai ingatan yang paling baik terhadap siapapun yang meriwayatkan hadis pada masanya.“

Al-Bukhari berkata, “Sekitar delapan ratus ulama meriwayatkan darinya, dan dia memiliki ingatan terbaik dari orang-orang yang meriwayatkan hadis pada masanya.“

Abu Nua’im berkata, “Beliau adalah sahabat yang paling mengetahui berita Rasulullah, dan Rasulullah mendoakan Abu Hurairah agar dia disayangi oleh orang-orang yang beriman.“ (Al-‘Asqalani, 1415 H)

As-Suyuthi rahimahullah menjelaskan bahwa terdapat 6 sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, yaitu: Abu Hurairah, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Jabir bin ‘Abdillah, Anas bin Malik, dan ‘Aisyah. Adapun sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis di antara mereka adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan hadis sebanyak 5374 hadis, yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim sebanyak 325 hadis, diriwayatkan oleh Bukhari saja sebanyak 93 hadis, dan diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 hadis. Terdapat lebih dari 800 orang yang meriwayatkan hadis dari beliau dan beliau adalah sahabat yang paling banyak menghafal hadis. (As-Suyuthi, 1431 H)

Di antara seluruh para sahabat, Abu Hurairah adalah yang paling banyak meriwayatkan hadis. Hal ini dilatarbelakangi hal-hal sebagai berikut:

  1. Abu Hurairah tidak malu untuk bertanya dan mengemukakan persoalan yang dihadapinya kepada Nabi.
  2. Abu Hurairah terus menerus berada dekat dengan Nabi, bahkan selama Nabi mengunjungi istri-istri dan sahabat-sahabatnya.
  3. Abu Hurairah termasuk orang yang memiliki daya ingat yang baik, seperti sering terdapat pada orang-orang Badui yang buta huruf.
  4. Nabi telah melindungi Abu Hurairah dari lupa, yaitu berkat doa Nabi kepada beliau.
  5. Abu Hurairah pernah berdoa untuk mendapatkan ilmu yang tidak akan dilupakannya, dan Nabi mengamininya.
  6. Abu Hurairah mengoleksi hadis untuk disebarkan, sementara sahabat lain hanya untuk memperbincangkannya ketika ada keperluan saja.
  7. Abu Hurairah juga meriwayatkan hadiṡ Nabi dari sahabat-sahabat yang lain. (Solikhudin & Khamim, 2021)

Bantahan terhadap para pencela Abu Hurairah

Menurut para ahli sejarah muslim, tidak ada sahabat yang meriwayatkan hadis Nabi lebih banyak dari Abu Hurairah. Hal demikian menimbulkan pertanyaan tentang seberapa hebat Abu Hurairah sehingga dapat melakukan pekerjaan demikian dahsyatnya. Maka menjadi wajar apabila serangan-serangan terhadapnya pun dilancarkan oleh musuh musuh Islam sejak zaman dahulu hingga zaman ini.

Di antara mereka mempertanyakan tentang keabsahan hadis dari Abu Hurairah karena beliau hanya sebentar membersamai Rasulullah shallallahu ‘alai wa sallam. Padahal banyak sahabat lain yang lebih lama bersama Nabi, namun tidak meriwayatkan hadis sebanyak Abu Hurairah. Hal ini bisa kita jawab sebagai berikut:

  1. Meskipun singkat, beliau senantiasa membersamai Rasulullah, tidak sibuk dengan hal lain sebagaimana orang-orang pada umumnya.
  2. Tidak adanya banyak riwayat dari para sahabat lain yang lebih lama mendampingi Rasulullah, di antara penyebabnya adalah karena sebagian dari mereka meninggal dunia lebih dulu; sebagian dari mereka meninggal dunia pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; sebagian lagi meninggal tak lama setelahnya; sebagian dari mereka sedikit yang meriwayatkan dan tidak berbicara kecuali diminta; dan ada di antara mereka menjadi khalifah seperti Ubayy bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id Al-Khudri, dan lain-lain radhiyallahu ‘anhum.
  3. Beliau tidak membatasai hadisnya dari apa yang didengar dari Nabi, namun beliau juga menyampaikan apa yang didengar dari selain Nabi.
  4. Doa Nabi kepada beliau sehingga beliau memliki hafalan yang kuat. (Sulaiman, 2007)

Di antara syubhat lainnya, mereka mengatakan Abu Hurairah tidak pernah menulis hadis, bahkan dia menyandarkan riwayatnya dari ingatannya saja. Bantahannya, bahwa hal seperti ini bukan hanya dilakukan oleh Abu Hurairah sendiri, karena ini merupakan perbuatan setiap perawi hadis dari kalangan sahabat, kecuali ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Hanya beliau sendiri yang mempunyai lembaran yang yang dia gunakan untuk menulis hadis. Oleh karena itu, merupakan hal yang sudah dimaklumi dan diketahui bagi para peneliti hadis bahwa mayoritas sahabat pada saat itu meriwayatkan hadis dari hafalan mereka.

Ada pula yang meragukan kredibilitas Abu Hurairah karena menganggap bahwa nama dan silsilah beliau tidak jelas. Mereka mengatakan bahwa Abu Hurairah tidak diketahui silsilahnya, sehingga orang berbeda pendapat mengenai namanya dan nama ayahnya, yang menunjukkan tidak jelasnya nasab beliau. Bantahan terhadap syubhat ini:

  1. Sejak kapan perbedaan nama seseorang akan mempermalukan atau meniadakan keadilannya? Cukuplah kita mengenal beliau dari nama panggilannya, sebagaimana kita mengenal Abu Bakar, Abu Ubaidah, Abu Dujana al-Ansari, dan Abu Darda yang terkenal dengan nama panggilannya, sedangkan nama aslinya tidak diketahui oleh banyak orang.
  2. Kita belum pernah mendengar bahwa silsilah dan nasab mengunggulkan atau melemahkan pemiliknya dalam perbandingan ilmiah.
  3. Abu Hurairah terkenal dengan nama panggilannya sejak kecil, dan semua orang mengenalnya dengan nama itu, lalu apa masalahnya jika dia dikenal dengan nama panggilannya dan namanya berbeda?!
  4. Perbedaan nama merupakan hal yang wajar, tidak hanya pada diri Abu Hurairah saja, melainkan pada setiap orang yang sejak kecil sudah mengenal nama panggilannya.
  5. Para ahli ilmu lebih banyak berbeda pendapat mengenai nama dan silsilah pada orang lain selain Abu Hurairah, dan mereka tidak melihat ada cacat atau kecacatan pada diri mereka karenanya. (Al-Khatib)

Kesimpulan

Abu Hurairah merupakan salah satu sahabat mulia yang paling banyak meriwayatkan hadis. Nabi pernah memuji dan mendoakannya secara khusus. Para sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama sesudahnya banyak memberikan pujian kepada beliau yang menunjukkan keutamaan dan kredibilitas beliau dalam ilmu hadis. Berbagai syubhat dilontarkan untuk merendahkan kredibilitas Abu Hurairah oleh kaum orientalis dan musuh-musuh Islam. Namun para ulama sudah membantah berbagai celaan dan tuduhan yang keliru kepada Abu Hurairah tersebut.

Baca juga: Biografi Imam Asy-Syaukani

***

Penyusun: Adika Mianoki

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi:

  • Ahmad Khoirur Rozikin. (2018). Analisis Kritis terhadap Isu Negatif Abu Hurarirah dan Ibnu Abbas dalam Israiliyyat. Al Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Hadits, 1: 27-47.
  • Al-‘Asqalani, A. (1415 H). Al-Ishaabah fii Tamyiizi ash-Shahabah. Beirut: Daarul Kutub ‘Ilmiyyah.
  • Al-Khatiib, M. ‘. (n.d.). Abu Hurairah Raawiyatul Islam. Maktabah Wahbah 1982.
  • As-Siba’i, M. (n.d.). As-Sunnatu wa Makanatuhaa fii at Tasyrii’ al-Islamy. Maktabah al-Islamy.
  • As-Suyuuthi, J. (1431 H). Tadriibur Raawy fii Syarhi Taqrribu An Nawawy. Beirut: Daar Ibnul Jauzy.
  • Solikhudin, M., & Khamim, K. (2021). Kontroversi dan Kritik Terhadap Hadis Riwayat Abu Hurairah. Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, 9(1): 1-16.
  • Sulaiman, H. (2007). Abu Hurairah Shaahibu Rasulillah. Kuwait: Maktabah Al-Kuwait Al-Wathaniyyah.

Artikel asli: https://muslim.or.id/110275-kedudukan-mulia-abu-hurairah.html