Beranda | Artikel
Delapan Kunci Meraih Keselamatan Hati
15 jam lalu

Hati merupakan pusat kehidupan bagi manusia, yang darinya terpancar kebaikan maupun keburukan seluruh amalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Hadis ini menegaskan bahwa inti dari kehidupan seorang muslim terletak pada keselamatan hatinya. Oleh karena itu, seorang hamba wajib menjaga hatinya dari berbagai penyakit batin seperti riya, hasad, dengki, dan buruk sangka. Sebaliknya, hati harus selalu dihiasi dengan amal-amal yang diridai Allah, seperti ikhlas, sabar, rida, husnuzan, dan cinta kepada sesama muslim. Keselamatan hati inilah yang akan menentukan baik-buruknya akhlak dan amal lahir seorang muslim, serta menjadi barometer utama dalam perjalanannya berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

Berikut adalah delapan kunci yang paling utama bagi seorang muslim untuk meraih keselamatan hati dan ketentraman jiwa:

Pertama: Ikhlas karena Allah

Ikhlas merupakan pondasi utama diterimanya amalan seorang hamba. Tanpa ikhlas, amal sebesar apa pun tidak ada artinya di sisi Allah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,

الإخلاص أن لا تطلب على عملك شاهداً غير الله، ولا مجازياً سواه

“Ikhlas adalah engkau tidak mencari saksi atas amalmu kepada selain Allah, dan tidak mengharap balasan selain dari-Nya.” (Madarijus Salikin, 9: 96)

Ikhlas adalah ketika seseorang beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ingin dilihat, dipuji, atau diberi imbalan oleh manusia, melainkan mengharap rida dan pahala hanya dari Allah saja.

Kedua: Rida dengan takdir Allah

Keselamatan hati juga terwujud dengan menerima takdir Allah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun: 11)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

“Merasa puaslah dengan apa yang Allah tetapkan bagimu, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling kaya.” (HR. Tirmidzi no. 2305, hasan shahih)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,

فأمّا الرضا بالقضاء: فهو من علامات المحبّين الصادقين في المحبة، فمتى امتلأت القلوب بمحبّة مولاها رضيت بكل ما يقضيه عليها من مؤلم وملائم

Adapun rida terhadap takdir, maka itu termasuk tanda dari orang-orang yang benar dalam kecintaannya. Apabila hati telah penuh dengan cinta kepada Rabbnya, maka ia akan rida dengan segala yang Allah tetapkan baginya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.(Majmu’ Rasail Ibnu Rajab, 1: 113)

Rida kepada takdir adalah bukti cinta sejati seorang hamba kepada Allah, ia menerima dengan lapang dada apa pun yang Allah tetapkan, baik itu nikmat yang indah ataupun ujian yang berat.

Ketiga: Banyak membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah obat bagi hati yang sakit, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 5027)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

لا شيء أنفع للقلب من قراءة القرآن بالتدبر؛ فإنه جامعٌ لمنازل السائرين وأحوال العاملين ومقامات العارفين وسائر الأحوال التي بها حياة القلب وكماله

“Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dibandingkan membaca Al-Qur’an dengan mentadabburinya. Karena Al-Qur’an mencakup seluruh tingkatan perjalanan para penempuh jalan Allah, keadaan orang-orang yang rajin beramal, kedudukan orang-orang yang benar-benar mengenal Allah, dan seluruh keadaan yang dengannya hati bisa hidup dan mencapai kesempurnaan.” (Madarijus Salikin, 1: 187)

Keempat: Husnuzan kepada sesama Muslim

Berprasangka baik (huznuzan) kepada sesama muslim adalah tanda hati yang selamat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa…” (QS. Al-Hujurat: 12)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إيّاكم والظنّ فإنّ الظنّ أكذب الحديث

“Jauhilah berprasangka buruk, karena prasangka itu adalah sedusta-dustanya perkataan.” (HR. Muslim no. 6701)

Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

لا يحل لامرئ مسلم يسمع من أخيه كلمة يظن بها سوءًا، وهو يجد لها في شيء من الخير مخرجًا

Tidak halal bagi seorang muslim ketika mendengar perkataan dari saudaranya, lalu ia berprasangka buruk kepadanya, padahal ia masih bisa mendapati adanya kebaikan dari ucapannya itu.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah li Ibni Muflih, 1: 47)

Kelima: Memberi nasihat yang terbaik bagi orang lain

Memberi nasihat kepada sesama muslim adalah tanda hati yang selamat dan tidak akan pernah merugi. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: للهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ

“‘Agama itu ialah nasihat.’ Kami bertanya, ‘Untuk siapa?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin’.” (HR. Muslim no. 55)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

من دلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim no. 1893)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,

حقيقة النصيحة إرادة الخير للمنصوح له

“Hakikat nasihat adalah menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasihati.” (Jami’ Al-‘Ulum wal-Hikam, 1: 222)

Keenam: Memperbanyak doa

Doa adalah ibadah hati yang paling mulia, dengan begitu hati akan selamat dan merasa tentram. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu’.” (QS. Ghafir: 60)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa itu adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud no. 1479 dan Tirmidzi no. 2969)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Ta‘ala daripada doa.” (HR. At-Tirmidzi no. 3370, sahih)

Ketujuh: Menebarkan salam

Salam juga menjadi kunci keselamatan hati dan menjaga ukhuwah. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا

“Apabila kamu diberi salam dengan sebuah salam, maka balaslah dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah (dengan salam yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 86)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ، قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ، اللَّهِ قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

“Hak setiap muslim atas muslim yang lain ada enam. Para sahabat pun bertanya, ‘Apa saja itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Apabila engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam. Jika ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya. Jika ia meminta nasihat kepadamu, maka berilah ia nasihat. Jika ia bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka doakanlah ia. Jika ia sakit, maka jenguklah. Dan jika ia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya’.” (HR. Muslim no. 2162)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Menyebarkan salam adalah sebab tumbuhnya cinta dan keselamatan hati.” (Syarh Shahih Muslim, 1: 74)

Kedelapan: Memberikan hadiah

Hadiah akan melunakkan hati, menumbuhkan kecintaan, dan menguatkan persaudaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (Shahih Al-Jami’ no. 3004)

Ibnu Hibban rahimahullah berkata,

الهديّة تورث المحبّة، وتذهب الضغينة

“Hadiah itu akan menumbuhkan rasa cinta dan menghilangkan kebencian.” (Raudhatul ‘Uqala’, hal. 112)

Keselamatan hati adalah kunci kebahagiaan seorang muslim di dunia dan akhirat. Dengan menjaga hati agar tetap bersih dan selamat, seorang muslim akan meraih derajat tinggi di sisi Allah Ta’ala dan kebahagiaan yang sejati. Sebagaimana firman-Nya,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu‘ara: 88-89)

Semoga bermanfaat, wallahu a’lam bisshawab.

***

Penulis: Chrisna Tri Hartadi

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/110026-delapan-kunci-meraih-keselamatan-hati.html