Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 64
Sudah berlalu pembahasan tentang makna kalimat takbir. Bahwa maknanya adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu dzat yang paling besar, tidak ada satupun yang lebih besar dari-Nya. Segala sesuatu yang besar, di sisi Allah akan terasa kecil.
Keyakinan di atas seharusnya berkonsekwensi untuk melahirkan perilaku-perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari kita. Inilah sebenarnya dzikir yang berkualitas. Yakni yang membuahkan perangai baik dalam keseharian.
Di antara buah merenungi kalimat takbir:
- Mendorong untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Yang Maha Besar
Seorang hamba dalam menyembah dan beribadah, seharusnya hanya memilih tuhan yang maha besar. Sebab hanya yang maha besar, yang layak untuk disembah. Anehnya tidak sedikit para manusia yang memilih untuk menyembah makhluk yang kecil, bahkan teramat kecil. Allah ta’ala mengingatkan,
“ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ”
Artinya: “Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah Dialah (Tuhan) Yang benar. Dan apa saja yang mereka sembah selain Dia, itulah yang batil. Sungguh Allah, Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar”. QS. Al-Hajj (22): 62.
- Mengagungkan perintah dan larangan Allah
Bila kita meyakini bahwa Allah Maha Besar, maka konsekwensinya kita pun harus menghadirkan perasaan akan kebesaran dan keagungan syariat-Nya. Sehingga kita terus berusaha untuk mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah ta’ala berfirman,
“ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ”
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”. QS. AL-Hajj (22): 32.
- Tidak besar kepala dan sombong
Saat seorang hamba merasakan kebesaran Allah, maka seharusnya dia merasa bahwa dirinya kecil dan tidak layak untuk menyombongkan diri. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِى وَالْعَظَمَةُ إِزَارِى؛ فَمَنْ نَازَعَنِى وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِى النَّارِ”.
Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Sifat sombong itu selendang-Ku, dan keagungan itu pakaian-Ku. Barangsiapa yang menyaingiku dalam salah satu dari dua sifat tersebut, maka Aku akan campakkan dia ke dalam neraka”. HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Albany.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 25 Dzulhijjah 1435 / 2o Oktober 2014
Disusun oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari berbagai sumber, di antaranya http://alsalafway.com/cms/news.php?action=news&id=1633.
DOWNLOAD ARTIKEL “KONSEKUENSI KALIMAT TARKBIR”