Beranda | Artikel
Biografi Ringkas Ibnu Hajar Al-Asqalani (Bag. 1)
17 jam lalu

Nama dan nasabnya

Amirul Mukminin dalam ilmu hadis dan Syekhul Islam; Imam Al-Hafidz Syihabuddin Abu al-Fadl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud al-Kinani al-Asqalani al-Mishri. Beliau berasal dari Kairo dan bermazhab Syafi’i. Dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar, yang dinisbahkan kepada salah satu kakeknya, dan disebut “al-Asqalani” karena berasal dari wilayah Asqalan. Asqalan merupakan sebuah kota di pesisir Syam.

Kelahiran

Ibnu Hajar lahir di tepi sungai Nil, Mesir, pada tahun 773 Hijriah, tepatnya pada tanggal 22 Sya’ban. Rumah tempat ia dilahirkan tetap dimilikinya hingga dijual setelah wafatnya. Ia kemudian pindah ke Kairo, di dekat wilayah Bahauddin, dan meninggal di sana. Ayahnya sebelumnya memiliki seorang putra yang cerdas dan ahli fikih, tetapi putra itu meninggal, yang membuat ayahnya sangat berduka. Kemudian, Syekh ash-Shinafiri memberikan kabar gembira bahwa Allah akan mengaruniakan kepadanya seorang putra yang akan menjadi ulama yang memenuhi bumi dengan ilmu dan termasuk dalam golongan wali Allah. Maka, Allah pun menganugerahkan kepadanya Ibnu Hajar, yang dibukakan Allah berbagai ilmu baginya.

Istri dan anak-anaknya

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menikahi empat orang istri dan dikaruniai lima anak; empat putri dan satu putra. Istri-istrinya adalah:

1) Uns Khatun, yang merupakan seorang ahli hadis dan qira’ah. Ibnu Hajar sangat menghormatinya dan dari pernikahan ini, ia dikaruniai empat putri: Fatimah, Rabi’ah, Farhah, dan ‘Aliyah.

2) Khos Turk, dari pernikahan ini, ia dikaruniai satu-satunya putra: Badruddin Muhammad, yang juga dikenal sebagai Abu al-Ma’ali.

3) Az-Zain al-Amshati (seorang janda), tetapi dari pernikahan ini tidak memiliki keturunan.

4) Laila al-Halabiyah, namun dari pernikahan ini juga tidak dikaruniai anak.

Perjalanan menuntut ilmu dan guru-gurunya

Ibnu Hajar mulai belajar di kuttab pada usia lima tahun. Ia memiliki kecerdasan, ketajaman, dan daya ingat yang kuat. Dalam satu hari, ia berhasil menghafal surah Maryam, dan setiap hari ia menghafal satu hizb dari Al-Qur’an. Semasa kecilnya, ia telah menghafal banyak matan ilmu (kitab dasar dan ringkas) dari berbagai bidang ilmu. Allah menanamkan dalam hatinya kecintaan yang mendalam terhadap ilmu hadis Nabi ﷺ, baik dari segi riwayat maupun pemahaman.

Pada usia dua belas tahun, ia berguru kepada Qadhi Abu Hamid al-Makki di Makkah dan mempelajari kitabnya, ‘Umdatu al-Ahkam, bersama beliau. Allah memberikan taufik kepadanya dalam ilmu hadis karena tekad, ketekunan, dan kecintaannya yang besar dalam menuntut ilmu. Ia bertemu dengan para hafidz besar di zamannya dan menguasai ilmu hadis dalam aspek matan, sanad, kritik sanad (‘ilal), terminologi, hingga fikih, sehingga ia layak digelari “Amirul Mukminin dalam hadis.”

Ibnu Hajar melakukan perjalanan ke berbagai negeri dalam upayanya menuntut ilmu, seperti ke Syam, Yaman, Haramain (Makkah dan Madinah), dan lainnya. Ia berguru kepada banyak ulama besar pada masanya, di antaranya:

Pertama: At-Tanukhi; Ibnu Hajar belajar bersamanya selama tiga tahun. At-Tanukhi memberi izin kepada Ibnu Hajar untuk mengajar selama satu tahun. Bersama At-Tanukhi, Ibnu Hajar mempelajari beberapa kitab terkenal, termasuk Shahih al-Bukhari, Sunan at-Tirmidzi, dan Muwaththa’ Malik. At-Tanukhi dikenal karena kepakarannya dalam ilmu qira’at dan sanad yang tinggi.

Kedua: Al-‘Iraqi; Ibnu Hajar mendampinginya selama sepuluh tahun. Al-‘Iraqi adalah guru pertama yang memberikan izin kepada Ibnu Hajar untuk mengajar hadis dan yang pertama kali memberinya gelar “Al-Hafidz.” Al-‘Iraqi dikenal karena kepakarannya dalam ilmu hadis dan berbagai cabang ilmunya.

Ketiga: Al-Haitsami; Ibnu Hajar mempelajari banyak kitab bersamanya, bersama-sama dengan Al-‘Iraqi. Ia juga mempelajari secara khusus setengah dari Majma’ al-Zawaid dan seperempat Za’id Musnad Ahmad darinya. Al-Haitsami dikenal karena kekuatan hafalan dan kemampuannya dalam mengingat matan hadis.

Keempat: Al-Balqini; Ibnu Hajar belajar darinya selama beberapa waktu, menghadiri pelajaran fikih dan menghafal banyak kitab, termasuk Ar-Raudhah, Dala’il an-Nubuwwah karya Al-Baihaqi, dan Musalsal bil-Awaliyah. Al-Balqini terkenal dengan luasnya hafalan dan wawasan keilmuannya.

Kelima: Ibnu al-Mulaqqin; Ibnu Hajar belajar sebagian besar dari kitab Syarh al-Minhaj darinya. Ibnu al-Mulaqqin dikenal karena banyaknya karya tulis yang dihasilkannya.

Keenam: Ibnu Jama’ah; Ibnu Hajar berguru kepadanya selama sekitar dua puluh satu tahun dan mempelajari hampir semua ilmu yang diajarkannya, termasuk Syarh al-Minhaj karya Al-Baidhawi dan Mukhtasar Ibnu al-Hajib. Ibnu Jama’ah dikenal dengan kepakarannya dalam berbagai cabang ilmu.

Ketujuh: Al-Majd as-Shirazi; Al-Ghamari, dan Ibnu Hisham; dari mereka, Ibnu Hajar belajar bahasa Arab dan kefasihan dalam bahasa tersebut.

Murid-muridnya

Ibnu Hajar memiliki keistimewaan ilmu, terutama dalam bidang hadis dan kritik sanad, sehingga murid-murid berdatangan dari berbagai wilayah seperti Syam, Mesir, Makkah, Granada, dan Baghdad. Para muridnya datang dari berbagai mazhab, termasuk yang berbeda mazhab darinya, seperti Hanafi, Maliki, dan Hanbali. Muridnya yang terkenal, As-Sakhawi, mencatat dalam kitabnya, Al-Jawahir wa ad-Durar, sebanyak 626 murid yang belajar kepada Ibnu Hajar, baik dalam pemahaman maupun riwayat hadis. Di antara murid-muridnya yang paling terkenal adalah:

1) Ibnu Qadhi Syuhbah: penulis kitab Thabaqat asy-Syafi’iyyah.

2) Ibnu Fahd al-Makki: penulis kitab Lahzh al-Alhazh bi-Dzail Thabaqat al-Huffaz.

3) Ibnu Taghri Bardi: menulis sejumlah kitab, di antaranya An-Nujum az-Zahirah fi Muluk Misr wa al-Qahirah, Al-Manhal as-Shafi, dan Al-Mustawfa ba’d al-Wafi.

4) Muhammad al-Kafiji al-Hanafi: menulis beberapa kitab, termasuk Al-Mukhtasar fi ‘Ilm at-Tarikh dan At-Taysir fi Qawa’id ‘Ilm at-Tafsir.

Kesibukan dan karya tulis

Imam Ibnu Hajar memegang beberapa jabatan penting dalam pemerintahan, termasuk mengajar ilmu hadis dan fikih di berbagai wilayah. Ia juga pernah menjabat sebagai “Syaikhul Syuyukh” (pemimpin para ulama) di beberapa tempat, dan akhirnya diangkat sebagai Qadhi al-Qudhat (hakim agung) di Mesir. Ia menulis banyak kitab penting, di antaranya:

1) Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, yang diawali dengan pendahuluan berjudul Hady as-Sari.

2) Al-Ishabah fi Tamyiz as-Sahabah, tentang biografi para sahabat Nabi.

3) Ta’liq at-Ta’liq, dan dua ringkasannya, yaitu At-Taswiq dan At-Tawfiq.

4) Taqrib al-Gharib fi Gharib Sahih al-Bukhari, tentang penjelasan istilah asing dalam Shahih al-Bukhari.

5) It-haf al-Maharah bi Athraf al-‘Asyarah, tentang hadis-hadis pilihan.

6) Al-Kaf asy-Syaf fi Takhrij Ahadits al-Kasyaf dan Al-Waf bi Atsar al-Kasyaf, yang memeriksa sanad hadis dalam tafsir Al-Kasyaf.

7) Dan masih banyak lagi

[Bersambung]

Baca juga: Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

***

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/107172-biografi-ringkas-ibnu-hajar-al-asqalani-bag-1.html