Beranda | Artikel
Besarnya Kasih Sayang Allah (Bag. 6): Ujian dan Musibah adalah Tanda Kasih Sayang Allah
1 hari lalu

Pernahkah kita merasa dunia begitu berat, seolah-olah ujian dan musibah datang silih berganti tanpa henti? Saat kehilangan orang tercinta, mengalami kegagalan, atau menghadapi kesulitan hidup, hati kita bertanya, “Mengapa ini terjadi padaku?”

Namun, tahukah kita bahwa di balik setiap air mata, ada kasih sayang Allah yang begitu besar? Ujian bukanlah tanda kebencian-Nya, melainkan cara-Nya mendekatkan kita kepada-Nya. Seperti seorang ayah yang ingin anaknya tumbuh kuat, Allah menguji hamba-Nya agar semakin sabar, semakin bersyukur, dan semakin dekat dengan-Nya.

Di dalam setiap kesedihan, ada hikmah. Dalam setiap luka, ada pahala. Dan dalam setiap kesulitan, ada pertolongan Allah yang selalu lebih dekat dari yang kita kira. Allah Azza wa Jalla berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم  مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَاءُ وَٱلضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ  أَلَا إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. ” [1]

Setiap manusia pasti mengalami ujian dan musibah dalam hidupnya. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap manusia akan diuji. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَحَسِبَ النَّاسُ اَن يُّترَكُوۤا اَن يَّقُولُوۤا اٰمَنَّا وَهُم لَا يُفتَـنُونَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?” [2]

Namun, manusia cenderung melihat kesulitan sebagai sesuatu yang negatif. Padahal, ujian bukanlah hukuman, melainkan bentuk kasih sayang Allah yang bertujuan untuk mendidik dan mengangkat derajat hamba-Nya.

Dua macam ujian

Ujian dalam bentuk kesulitan

Ujian dalam bentuk kesulitan meliputi sakit, kehilangan, bencana alam, dan berbagai penderitaan lainnya. Allah berfirman,

وَلَـنَبلُوَنَّكُم بِشَىءٍ مِّنَ الخَـوفِ وَالجُـوعِ وَنَقصٍ مِّنَ الاَموَالِ وَالاَنفُسِ وَالثَّمَرٰتِ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ

“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” [3]

Ujian dalam bentuk kenikmatan

Tidak semua ujian berupa penderitaan. Kenikmatan seperti kekayaan, kesehatan, dan jabatan juga merupakan ujian dari Allah. Dalam surah Al-Anfal ayat 28, Allah mengingatkan bahwa harta dan anak-anak adalah fitnah (ujian). Allah berfirman,

وَاعلَمُوۤا اَنَّمَاۤ اَموَالُكُم وَاَولَادُكُم فِتنَةٌوَّاَنَّ اللّٰهَ عِندَهۤ اَجرٌ عَظِيمٌ‏

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” [4]

Ujian dalam bentuk ini sering kali lebih sulit karena dapat membuat seseorang lalai dan jauh dari Allah.

Hikmah di balik ujian dan musibah

Ujian dan musibah yang menimpa manusia bukanlah tanda kebencian Allah, tetapi justru merupakan bentuk kasih sayang-Nya. Berikut beberapa hikmah di balik ujian dan musibah beserta dalil dari Al-Qur’an dan hadis:

Menghapus dosa dan kesalahan

Ujian menjadi sarana penghapusan dosa, sehingga seorang hamba kembali dalam keadaan lebih suci. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” [5]

Menguji dan meningkatkan keimanan

Allah menguji manusia untuk melihat siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang hanya mengaku beriman tanpa kesabaran dan keteguhan. Allah berfirman,

اَحَسِبَ النَّاسُ اَن يُّتۡرَكُوۤا اَن يَّقُولُوۤا اٰمَنَّا وَهُم لَا يُفتَـنُونَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?” [6]

Mengangkat derajat di sisi Allah

Semakin berat ujian seseorang, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah jika ia bersabar. Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling keras ujiannya?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئة

“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka seorang hamba senantiasa diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” [7]

Melatih kesabaran dan ketakwaan

Kesabaran dalam menghadapi musibah akan mendatangkan pahala besar di sisi Allah. Allah berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [8]

Tanda cinta Allah kepada seorang hamba

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

إن عِظَمَ الجزاءِ مع عِظَمِ البلاءِ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رَضِيَ فله الرِضا، ومن سَخِطَ فله السُّخْطُ

“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka. Siapa yang rida, maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka, maka baginya kemurkaan (Allah).” [9]

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki (mendapat) kebaikan, maka Dia akan memberinya musibah.” [10]

Yang kita benci, bisa jadi adalah kebaikan

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَعَسٰۤى أَن تَكْرَهُوا شَيْـًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسٰۤى أَن تُحِبُّوا شَيْـًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ  وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [11]

Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa yang kita anggap sebagai musibah bisa jadi adalah cara Allah mendidik dan membersihkan kita dari dosa. Ujian adalah bentuk kasih sayang Allah agar kita semakin dekat kepada-Nya. Ketika kita bersabar dan bertawakal, kita akan mendapatkan pahala besar serta kebaikan yang mungkin belum kita pahami saat ini. Oleh karena itu, dalam menghadapi kesulitan, janganlah berputus asa. Yakinlah bahwa setiap ujian memiliki hikmah dan kebaikan yang Allah telah siapkan bagi kita.

[Bersambung]

Kembali ke bagian 5

***

Ditulis di Jember, 2 Ramadan 1446/2 Maret 2025

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] QS. Al Baqarah: 214

[2] QS. Al-‘Ankabut: 2

[3] QS. Al-Baqarah: 155

[4] QS. Al-Anfal: 28

[5] Muttafaqun ‘alaihi

[6] QS. Al-‘Ankabut: 2

[7] HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syekh Al-Albani berkata, “Hasan shahih.”

[8] QS. Az-Zumar: 10

[9] HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah

[10] HR. Bukhari

[11] QS. Al Baqarah: 216


Artikel asli: https://muslim.or.id/104377-besarnya-kasih-sayang-allah-bag-6-ujian-dan-musibah-tanda-kasih-sayang-allah.html