Beranda | Artikel
KEMATIAN
Jumat, 29 April 2016

Khotbah Jum’at, Masjid Nabawi, 22 Rajab 1437 H.
Oleh : Syekh Ali Bin Abdurrahman Al-Hudzaifi

Khotbah Pertama

          Segala puji bagi Allah yang Maha Hidup, Maha Pengatur, yang tidak akan mati, Pemilik kerajaan, kemuliaan dan keperkasaan. Aku memuji Tuhanku, aku bersyukur dan aku bertobat kepadaNya serta memohon ampunan-Nya. Aku bersaksi, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Penguasa mutlak di atas hamba-hambaNya. Dia berbuat apapun yang dikehendaki-Nya dan memberi keputusan sesuai keinginan-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

          Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada hamba-Mu dan Rasul-Mu Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- seorang nabi pilihan, beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya yang setia kepada agama yang suci. Selanjutnya.

          Bertakwalah kepada Allah ta’ala dengan selalu mencari ridha-Nya dan menjauhi kemaksiatan kepadaNya. Sungguh ketakwaan itu merupakan kebaikan untuk segala urusan hidup kalian, sebagai bekal yang perlu kalian persiapan untuk menghadapi kondisi ke depan yang kalian takuti dan kalian kawatirkan.

          Ketakwaan merupakan benteng dari segala perkara yang dapat menghancurkan. Hanya dengan ketakwaan Allah –subhanahu wa ta’ala- menjanjikan surga (kepada para hamba-Nya). Para hamba Allah sekalian, masing-masing orang bekerja dalam hidup ini untuk memenuhi kepentingan dirinya, memperbaiki urusannya dan memenuhi hajat hidupnya.

          Di antara mereka ada yang membangun urusan agamanya sekaligus urusan dunianya. Mereka itulah yang di dunia ini dikaruniai Allah suatu kebaikan dan di akhirat-pun mendapatkan kebaikan, serta dihindarkan dari azab neraka. Namun ada pula di antara mereka orang yang bekerja untuk dunianya saja, sementara jatah akhiratnya disia-siakannya. Orang-orang model inilah yang hidupnya hanya bersenang-senang untuk makan seperti halnya binatang, sementara neraka menjadi tempat tinggal mereka.

Setiap keinginan dan pekerjaan pasti ada jatuh temponya.

Firman Allah :

وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى [ النجم/42]

“dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu)”. Qs An-Najm : 42

          Maha suci Allah yang telah menjadikan pada setiap hati manusia kesibukan hati, dan menempatkan pada setiap hatinya sesuatu yang dia pikirkan/inginkan, menciptakan pula untuk setiap orang kemauan dan tekad bulat, yang ia mau dan berkehendak maka ia kerjakan tekad tersebut, dan jika ia mau ia tinggalkan (tidak jadi melakukan tekad tersebut).

          Sedangkan kehendak Allah dan kemauan-Nya adalah di atas segala kehendak dan kemauan. Firman Allah :

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ [ التكوير/ 29]

“Dan kalian tidak berkehendak (untuk menempuh suatu jalan) kecuali jika dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” Qs At-Takwir : 29

Maka apapun yang telah dikehendaki Allah pastilah terjadi, dan apapun yang tidak dikehendaki oleh-Nya pasti tidak akan terjadi.

          Kematian adalah puncak setiap makhluk di muka bumi. Kematian merupakan penghujung bagi setiap yang bernyawa di dunia ini. Hal itu sudah menjadi ketetapan Allah (untuk semua makhluk) termasuk para malaikat; Jibril, Mikail, Israfil –alaihimussalam- bahkan malaikat pencabut nyawa-pun akan mengalami kematian.

Firman Allah :

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ، وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [ الرحمن/26 – 27]

“Semua yang ada di bumi akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” Qs Ar-Rahman: 26-27

Kematian adalah garis finish perjalanan kehidupan dunia, dan merupakan garis awal kehidupan alam akhirat. Dengan kematian, maka seluruh rangkaian kenikmatan dunia terputus. Begitu memasuki kematian, seseorang merasakan kenikmatan yang agung atau siksaan yang pedih.
 

          Kematian merupakan ayat (lambang kebesaran Allah) yang menunjukkan kemaha-kuasaanNya dan keperkasaan-Nya terhadap semua makhluk-Nya. Firman Allah :

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ [ الأنعام/61]

“Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian telah datang kepada salah seorang di antara kalian, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak lalai melaksanakan tugas.” Qs Al-An’am : 61

          Kematian mencerminkan keadilan Allah –subhanahu wa ta’ala- tidak pandang bulu dalam menimpakan kematian ini. Firman Allah :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ [ العنكبوت/57]

“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian, kemudian hanya kepada Kami kalian dikembalikan.”Qs Al-Ankabut : 57

          Kematian akan memutus segala kelezatan hidup, menghentikan total gerakan badan, menceraikan seseorang dari komunitasnya, menghalanginya dari segala yang (semula menjadi) kebiasaannya, hanya Allah sendiri yang menguasai kematian dan kehidupan.  Firman Allah :

وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ [ المؤمنون/80]

“Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah (yang mengatur) pergantian malam dan siang, tidakkah kalian mengerti?.”Qs Al-Mukminun : 80

Kematian tidak dapat dicegah oleh petugas penjaga pintu, tidak bisa dicegat oleh bodyguard, tidak bisa dihalangi oleh harta benda, anak, dan kawan dan teman. Tidak bisa lolos dari kematian orang kecil dan orang besar, si kaya dan si miskin, orang yang berpangkat atau orang rendahan. Firman Allah :

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ [ النساء / 78]

“Di mana pun kalian berada, kematian akan menjemput kalian, kendatipun kalian di dalam benteng yang kokoh,” Qs An-Nisa’ : 78

Firman Allah :

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [ الجمعة / 8]

“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, benar-benar akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. Qs Al-Jum’ah :8

Kematian datang tiba-tiba dalam waktu yang telah ditentukan. Firman Allah :

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ [ المنافقون/11]

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”Qs Al-Munafiqun : 11

          Kedatangan kematian tanpa meminta izin terlebih dahulu kecuali kepada para nabi –alaihimussalam- mengingat kedudukan mereka yang mulia di sisi Allah –subhanahu wa ta’ala-, karena itulah kematian meminta izin kepada setiap para nabi.

Dalam sebuah hadis disebutkan :

” مَا مِنْ نَبِيّ إلّا خَيّرَه اللهُ بَيْنَ الخَلوْدِ فِى الدُّنْيَا ثمَّ الجَنّةِ أو الْمَوْتِ فيَخْتَارُ المَوْتَ “

“Tidak ada seorang nabi-pun melainkan Allah menyodorkan dua pilahan kepadanya; antara kekal di dunia lalu masuk surga dengan kematian, maka mereka memilih kematian”.

          Sudah menjadi kehendak Allah bahwa anak Adam keluar dari kehidupan dunia ini melalui kematian untuk memutus segala keterikatannya dengan urusan dunia sehingga sehelai rambutpun ia tidak lagi merindukan dunia selama ia benar-benar beriman.

Anas –radhiyallahu anhu- berkata, bahwa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“مَا أَحَدٌ لَهُ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةٌ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ ” رواه البخارى ومسلم

“Tidak seorangpun yang telah mendapatkan kedudukan terhormat di sisi Allah, namun demikian dia menginginkan kembali ke dunia meskipun baginya seluruh isi dunia, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali, karena dia melihat keistimewaan mati syahid.” HR. Bukhari dan Muslim.

        Kematian merupakan musibah yang tidak terelakkan. Sakitnya kematian tidak ada seorangpun yang dapat melukiskannya karena kedahsyatannya. Nyawa manusia tercabut  dari struktur jaringan urat, daging dan saraf. Seluruh rasa sakit yang sangat parah maka masih lebih ringan dari sakitnya kematian.

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- berkata :

“رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِالمَوْتِ، وَعِنْدَهُ قَدَحٌ فِيهِ مَاءٌ، وَهُوَ يُدْخِلُ يَدَهُ فِي القَدَحِ، ثُمَّ يَمْسَحُ وَجْهَهُ بِالمَاءِ، ثُمَّ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى غَمَرَاتِ المَوْتِ أَوْ سَكَرَاتِ المَوْتِ” رواه الترمذى

”Aku melihat Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- ketika maut menjelang, sedangkan di dekatnya ada sebuah mangkuk berisikan air, kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam mangkuk itu, lalu mengusap wajahnya dengan air sambil berdo’a: ”Ya Allah, tolonglah aku saat menghadapi sakaratul maut.” HR. Tirmizi

Dalam sebagian riwayat :

إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ

“Sesungguhnya pada kematian itu ada rasa sakitnya”

          Salah seorang lelaki berkata kepada ayahnya yang sedang sakaratul-maut, “Terangkanlah kepadaku sakitnya sakaratul untuk menjadi pelajaran”. Jawabnya, “Wahai anakku, sakitnya bagaikan duri berbengkok yang digelandang di usus (dalam perut), dan bagaikan aku bernafas di lobang jarum”.

Dikatakan kepada orang lain yang akan meninggal, “Bagaimana engkau mendapati dirimu?”, Ia barkata, “Seakan-akan pisau-pisau digeret kesana kemari di dalam tubuhku”

Seorang lainnya yang sedang menghadapi sakaratul maut ditanya, “Bagaimana dengan sakitnya kematian”. Jawabnya, “Seakan-akan ada api membara di dalam perutku”.

Barangsiapa yang selalu mengingat kematian, akan lembut hatinya, menjadi baik amal dan perilakunya, serta akan terhalangi dan tidak berani melakukan maksiat, tidak melalaikan kewajiban, tidak lagi terpesona oleh gemerlapnya dunia, justru rindu berjumpa Tuhan-nya dan kangen surga yang penuh kenikmatan.

Dan siapa yang lupa akan kematian, keras hatinya, dan condong kepada dunia, dan buruk amalannya, serta panjang angan-angannya, maka mengingat kematian adalah nasehat yang paling mengena untuk menegurnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasaai dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Dan makna hadits penghancur kelezatan yaitu pemutus kelezatan dan yang menjadikannya sirna.

Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu, beliau berkata :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ :ياَ أَيُّهَا النَّاسُ!، اُذْكُرُوا اللهَ، جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيْهِ

“Jika telah lewat sepertiga malam maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berkata, “Wahai manusia sekalian, berdzikirlah kepada Allah, telah datang (yaitu telah dekat) tiupan sangkakala yang pertama, lalu diikuti dengan tiupan sangkakala yang kedua, telah datang kematian dengan apa yang menyertainya” (HR At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits hasan”).

Dan dari Abu Ad-Darda’ ia berkata :

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا وَالدَّهْرِ مُفَرِّقًا، الْيَوْمَ فِي الدُّوْرِ غَدًا فِي الْقُبُوْرِ

“Cukuplah kematian menjadi pemberi nasehat (peringatan), dan masa sebagai pemisah. Hari ini di rumah-rumah, besok di kuburan” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Assakir)

Dan seluruh kebahagian dan seluruh keberuntungan dan seluruh kemenangan adalah pada persiapan menyambut datangnya kematian. Kematian adalah pintu pertama menuju surga atau pintu pertama menuju neraka.

Dan persiapan menyambut datangnya kematian adalah dengan memantapkan tauhid kepada Penguasa alam semesta degngan beribadah kepada Allah dan tidak berbuat kesyirikan sama sekali kepadaNya serta menjauhi seluruh bentuk kesyirikan.

Dari Anas radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Allah berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau mendatangiKu dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau bertemu denganKu dalam kondisi sama sekali tidak berbuat kesyirikan kepadaKu, maka Aku akan akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula” (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata : Hadits hasan)

Persiapan datangnya kematian adalah dengan menjaga batasan-batasan Allah dan kewajiban-kewajiban. Allah berfirman :

وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan mereka yang menjaga batasan-batasan Allah, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman” (QS At-Taubah : 112)

Demikian juga persiapan akan datangnya kematian adalah dengan menjauhi dosa-dosa besar. Allah berfirman :

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang kalian dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga)” (QS An-Nisaa : 31)

Persiapan akan datangnya kematianjuga dengan menunaikan hak-hak orang lain dan tidak melalaikannya atau menunda-nunda penunaiannya. Karena hak Allah bisa jadi Allah memaafkannya selain kesyirikan, adapun hak orang lain maka Allah tidak memaafkannya kecuali dengan mengambilnya dari yang berbuat dzolim lantas diberikan kepada orang yang haknya dizolimi.

Persiapan akan datangnya kematian juga dengan menulis wasiat dan tidak lalai dalam menulisnya.

Persiapan akan datangnya kematian juga dengan bersiap-siap akan kedatangannya kapan saja. Tatkala turun firman Allah ta’aala

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ

“Barangsiapa yang Allah ingin memberi petunjuk kepadanya maka Allah lapangkan dadanya untuk Islam” (QS Al-An’aam : 125)

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

نُوْرٌ يَقْذِفُهُ اللهُ فِي الْقَلْبِ

“Cahaya yang Allah lemparkan ke dalam hati”. Para sahabat bertanya, “Apa hubungannya wahai Rasulullah?” Nabi berkata,

الإِنَابَةُ إِلَى دَارِ الْخُلُوْدِ وَالتَّجَافِي عَنْ دَارِ الْغُرُوْرِ وَالاِسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ قَبْلَ نُزُوْلِهِ

“Bersikap selalu kembali menuju negeri yang abadi dan menjauh dari negeri yang menipu serta persiapan terhadap kematian sebelum datangnya”

Dan kebahagiaan adalah seseorang mati dalam kondisi husul khotimah. Dalam hadits :

الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

“Amalan tergantung akhirnya”

Dari Mu’adz radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang perkataannya terakhir adalah “Laa ilaaha illallahu” maka masuk surga” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim dengan sanad yang shahih”

Diantara perkara yang ditekankan untuk dikerjakan adalah mentalqin seseorang yang dalam sakaratul maut dengan cara yang lembut untuk mengucapkan syahadat. Caranya adalah menyebut-nyebut syahadat agar orang tersebut ingat syahadat, dan tidak memaksakannya karena ia sedang berada dalam kondisi yang berat. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

“Talqinkanlah La ilaha illallah kepada orang-orang yang akan meninggal diantara kalian” (HR Muslim)

          Kecelakaan adalah lalai dan lupa akan kematian, serta meninggalkan persiapan akan datangnya kematian, terlebih lagi berani melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa. Apalagi meninggalkan bertahuid kepada Allah ta’ala. Melakukan kejahatan dan kezoliman dengan menumpahkan darah yang haram (untuk ditumpahkan), mengambil harta yang haram, melalaikan hak-hak orang lain, serta tenggelam dalam syahwat, hawa nafsu, dan kelezatan, hingga datanglah kematian. Maka tatkala itu tiada guna penyesalan, dan datangnya ajal tidak akan tertunda. Allah berfirman :

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS Al-Mukminun : 99-100)

Dan pada hari kiamat semakin besar penyesalan. Allah berfirman ;

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (56) أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (57) أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (58) بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (59)

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya. Supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). Atau supaya jangan ada yang berkata: ´Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa´. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab ´Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik´. (Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir”  (QS Az-Zumar : 55-59)

Semoga Allah memberi keberkahan kepadaku dan kepada kalian dalam al-Qur’an yang agung.

Khotbah Kedua :

Segala puji bagi Allah Penguasa alam semesta, Maha Raja, Maha Benar lagi Maha Menjelaskan. Hanya  milikNya-lah hikmah yang sempurna dan hujjah yang jelas lagi kuat, jika Dia berkehendak tentu Dia akan memberi petunjuk kepada kalian semuanya. Aku memujiNya dan bersyukur kepadaNya, aku bertaubat kepadaNya dan memohon ampunanNya. Dan aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagiNya, Yang Maha Kuat dan Perkasa. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya, yang benar janjinya dan terpercaya. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada hamba dan rasulMu Muahmmad dan kepada keluarganya, para sahabatnya, dan para tabi’in yang mengikuti para sahabat dengan baik, hingga hari kiamat.

Selanjutnya, maka bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, tiada yang beruntung kecuali orang-orang yang bertakwa, dan tidaklah merugi kecuali orang-orang yang lalai dan di atas kebatilan.

Kaum muslimin sekalian, jagalah kalian sebab-sebab yang mendatangkan husul khotimah. Yaitu dengan menegakan kelima rukun Islam dan menjauhi dosa-dosa dan perbuatan zolim. Diantara sebab tersbesar meraih husnul khotimah tatkala meninggal adalah sesantiasa berdoa memohon husnul khotimah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS Ghofir : 60)

Maka doa adalah pengumpul seluruh kebaikan. Dari Nu’man bin Basyiir radhiallahu ‘anhuma ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa merupakan ibadah” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan beliau berkata : Hadits hasan shahih)

Dan dalam hadits : “Siapa yang memperbanyak mengucapkan :

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا , وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَمِنْ عَذَابِ الْآخِرَةِ

“Ya Allah baguskanlah kesudahan kami dalam segara urusan dan lindungilah kami dari kehinaan dunia dan adzab akhirat”

Maka niscaya ia akan meninggal sebelum terkena musibah.

          Dan sebab suul khotimah (mati dalam kondisi buruk) adalah melalaikan hak Allah dan hak-hak orang lain, terus menerus menekuni dosa-dosa besar dan maksiat-maksiat, serta meremehkan keagungan Allah, juga bersandar kepada dunia dan melupakan akhirat.

Hamba-hamba Allah sekalian, sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada Nabi

Penerjemah : Usman Hatim & Firanda Andirja
firanda.com

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1612-kematian.html