Beranda | Artikel
Sabar
Selasa, 17 September 2024

Bersama Pemateri :
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr

Sabar adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 12 Rabiul Awal 1446 H / 16 September 2024 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Sabar

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh istimewa perkara orang yang beriman, seluruh urusannya baik. Dan hal ini tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu pun baik baginya” (HR. Muslim).

Dari sahabat Abu Malik Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، وَالحَمْدُ للهِ تَمْلأُ المِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ والحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَو تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاةُ نُورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَو مُوْبِقُهَا

“Bersuci adalah separuh dari iman. Ucapan Alhamdulillah memenuhi timbangan kebaikan. Ucapan Subhanallah dan Alhamdulillah memenuhi—atau hampir memenuhi—ruang antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, kesabaran adalah sinar yang terang, dan Al-Qur’an adalah hujjah (penolong) bagimu atau pemberatmu. Setiap manusia berusaha, ada yang membebaskan dirinya atau membinasakannya.” (HR. Muslim)

Juga dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasannya sekelompok manusia dari kalangan Anshar meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan mereka, namun mereka terus meminta hingga habis apa yang beliau miliki. Setelah itu, beliau bersabda:

 مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

“Apa yang aku miliki dari kebaikan, tidak akan aku sembunyikan dari kalian. Siapa yang menjaga dirinya, Allah akan menjaganya. Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupkannya. Siapa yang bersabar, Allah akan memudahkan kesabaran untuknya. Tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sesungguhnya kesabaran dalam segala bentuknya merupakan salah satu tingkatan dan kedudukan yang tinggi dalam agama. Dengan kesabaran, agama dapat tegak, sebagaimana perkataan sahabat Ali Radhiyallahu ‘Anhu: “Sabar dalam keimanan seperti kedudukan kepala terhadap anggota tubuh. Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki kesabaran.”

Banyak ayat-ayat serta bukti-bukti dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjelaskan kedudukan sabar yang sangat tinggi, juga dampak dan pengaruh baiknya, serta manfaat luas yang akan dirasakan oleh orang yang bersabar, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, Imam Ahmad Rahimahullah berkata: “Sungguh, kesabaran disebutkan lebih dari 90 kali di dalam Al-Qur’an.”

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memotivasi dan menganjurkan untuk bersabar, serta menjelaskan kedudukan kesabaran yang sangat tinggi dalam agama Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagian ayat memerintahkan untuk bersabar, sebagian lagi menyebutkan ancaman bagi yang tidak bersabar, sebagian lagi menjelaskan dampak dan manfaat baik serta buah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang bersabar, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla juga mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang bersabar. Allah Ta’ala berfirman:

…وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 146)

Dan bahwasannya Allah bersama dengan mereka, sebagaimana firman Allah:

…إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 153)

Selain itu, Allah juga memberi kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar:

 وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ‎﴿١٥٥﴾‏ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ‎﴿١٥٦﴾‏ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ‎﴿١٥٧﴾‏ 

“Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepadaNya.)’ Mereka itulah yang mendapatkan shalawat dari Tuhan mereka, juga rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)

Allah juga mengabarkan bahwa orang-orang yang bersabar akan sukses di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, serta bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 200)

Kesabaran juga merupakan hal yang baik bagi mereka yang bersabar. Allah Ta’ala berfirman:

… وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

“Jika kalian bersabar, sesungguhnya itu baik bagi orang-orang yang bersabar.” (QS. An-Nahl [16]: 126)

Juga ayat-ayat lain yang menjelaskan kedudukan sabar yang sangat tinggi. Kesabaran adalah sebaik-baik pemberian yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-Nya. Dalam hadits diatas disebutkan, “Tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”

Kesabaran adalah cahaya yang menerangi orang yang bersabar. Dengan kesabaran, kehidupannya akan menjadi lebih mudah dalam menghadapi kesulitan, dan jalan hidupnya akan menjadi bahagia. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: “Dan kesabaran adalah cahaya.”

Orang yang bersabar senantiasa diterangi jalannya, mendapatkan petunjuk, dan selalu berada diatas kebenaran, serta kokoh di atas jalan yang lurus.

Kehidupan dunia adalah kehidupan yang penuh ujian dan tantangan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak diuji oleh Allah Azza wa Jalla, dan pada akhirnya, semua akan kembali kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

“Agar Allah membalas orang-orang yang berbuat keburukan dengan apa yang mereka lakukan dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan.” (QS. An-Najm [53]: 31)

Allah Ta’ala juga berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Dan Kami uji kalian dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan, dan kepada Kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya [21]: 35)

Ujian di kehidupan dunia ini terkadang datang dalam bentuk kenikmatan dan kelapangan, terkadang berupa musibah dan kesempitan. Ujian juga bisa datang dalam bentuk kesehatan atau penyakit, kekayaan atau kefakiran. Seorang yang beriman akan selalu diuji dengan dua kondisi tersebut, baik dalam kondisi sempit maupun lapang. Namun, orang yang beriman selalu berada dalam kebaikan di setiap ujian, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عجباً للمؤمن! لايقضي الله له شيئاً إلا كان خيراً له

“Sungguh istimewa orang beriman, Allah tidak mentakdirkan untuknya sesuatu kecuali baik baginya.” (HR. Ahmad)

Adapun orang yang tidak bersabar atas musibah dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak selalu mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut. Perhatikan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengatakan bahwa “sesuatu kecuali baik baginya.” Perkataan “sesuatu” di sini mencakup semua ujian, baik kesempitan maupun kelapangan.

Seorang mukmin dalam setiap ujiannya selalu berada dalam kebaikan, karena ia dibimbing oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jika ia dihadapkan pada kesulitan seperti penyakit atau kefakiran, ia bersabar dan mendapatkan pahala orang-orang yang bersabar. Jika dihadapkan pada ujian seperti kelapangan, kemudahan, kesehatan, keselamatan, kekayaan, dan keluasan harta, ia bersyukur dan mendapatkan pahala orang-orang yang bersyukur. Dengan demikian, seorang mukmin selalu berada antara kesabaran dan kesyukuran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam empat ayat di Al-Qur’an:

…إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang bersabar dan bersyukur.” (QS. Luqman[31]: 31)

Allah Ta’ala menegaskan dua kedudukan ini: bersabar ketika tertimpa musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat. Ini adalah tanda orang yang benar-benar mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan orang yang bisa mengambil manfaat dari ayat Allah hanyalah orang yang selalu bersabar dan bersyukur.

Sesungguhnya, kebutuhan seorang Muslim kepada kesabaran dalam semua keadaan dan setiap amalan yang dikerjakannya sangatlah besar. Seorang hamba tidak memiliki kemampuan untuk melakukan suatu amalan atau ketaatan kecuali dengan kesabaran. Tidak ada kemampuan bagi seorang hamba untuk meninggalkan yang diharamkan, berhenti dari yang dilarang, dan menjauh dari perkara-perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan sifat sabar ini. Tidak ada kemampuan bagi seorang hamba untuk bersabar atas penyakit, kesulitan, dan musibah kecuali dengan sifat sabar.

Oleh karena itu, para ulama Rahimahumullah mengatakan bahwa kesabaran terbagi menjadi tiga jenis: kesabaran di atas ketaatan kepada Allah, kesabaran dalam meninggalkan maksiat kepada Allah, dan kesabaran atas takdir Allah yang berat. Barang siapa yang tidak memiliki kesabaran, bagaimana ia bisa menjaga shalatnya, disiplin dalam menjalankan puasanya, atau melakukan ketaatan dengan sempurna? Siapa yang tidak memiliki kesabaran, bagaimana ia bisa menjauh dari hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan dosa-dosa? Dan bagaimana ia bisa bersabar atas musibah-musibah yang menimpanya? Maka kebutuhan seseorang terhadap kesabaran sangatlah besar.

Sesungguhnya, kesabaran ini adalah sifat mulia dan kekuatan yang memungkinkan seseorang melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dengan izin Allah, kesabaran menahan jiwa ketika seseorang ditimpa penyakit atau musibah, sehingga ia tidak mengucapkan dan melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, sabar adalah menahan diri dari berkeluh kesah, menahan lisan dari mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, serta menahan tangan dari tindakan seperti menampar pipi dan merobek baju. Dengan kesabaran, seseorang tetap mampu menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjaga kewajiban-kewajiban, serta melaksanakan perkara-perkara yang disunnahkan dan dianjurkan. Dengan kesabaran pula, seseorang bisa menahan dirinya dari berbuat maksiat, menjauh dari yang haram, dan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang dan dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka, kesabaran adalah menahan diri dari apa yang diharamkan Allah, serta konsisten dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya, melaksanakan kewajiban-kewajiban, dan menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak pantas. Sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, “Kesabaran adalah separuh keimanan,” karena hakikat iman terdiri dari kesabaran dan kesyukuran. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

…إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang banyak bersabar dan bersyukur.” (QS. Ibrahim [14]: 5)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Sabar


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54480-sabar/