Keutamaan Ikhlas Dalam Beramal
KEUTAMAAN IKHLAS DALAM BERAMAL(1/5)
1. Ikhlas dalam bertauhid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا قَالَ عَبْدٌ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ قَطُّ مُخْلِصًا إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْـوَابُ السَّمَاءِ حَتَّى تُفْضِيَ إِلَى الْعَرْشِ مَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ.
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan Laa ilaaha illallaah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) dengan ikhlas kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu langit sampai menuju kepada ‘Arsy (singgasana Allah) selama dia tidak melakukan dosa besar.”1
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوتُ وَهِيَ تَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ يَرْجِعُ ذَلِكَ إِلَى قَلْبِ مُؤْمِنٍ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidaklah satu jiwa yang mati dengan bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang timbul dari hati seorang mukmin, kecuali Allah akan mengampuninya.”2
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka kepada orang yang mengucapkan Laa ilaaha illal-laah dengan ikhlas karena mengharapkan wajah Allah.”3
2. Ikhlas dalam niat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan pahala berdasarkan niatnya.”4
3. Ikhlas dalam shalat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ، فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُومُ فَيَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ يُقْبِلُ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ، إِلاَّ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ, وَغُفِرَ لَهُ.
“Tidaklah seorang di antara kalian berwudhu dengan baik, kemudian berdiri (melakukan shalat), lalu dia melakukan dua kali ruku’, khusyu’ dengan hatinya dan wajahnya (dengan yang zhahir dan yang bathin-pent.) melainkan telah tetap baginya Surga dan ampunan.”5
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ، فَيَتَمَضْمَضُ، وَيَمُجُّ، وَيَسْتَنْشِقُ، فَيَنْتَثِرُ إِلاَّ جُرَّتْ خَطاَيَا وَجْهِهِ وَفِيْهِ وَخَيَاشِيْمِهِ، ثُمَّ إِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ كَمَا أَمَرَ اللهُ إِلاَّ جُرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ مِنْ أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مَعَ اْلمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إِلَى اْلِمْرفَقَيْنِ، إِلاَّ جُرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ مِنْ أَطْرَافِ أَنَامِلِهِ مَعَ اْلمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ إِلاَّ جُرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ مِنْ أَطْرَافِ شَعْرِهِ مَعَ اْلمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إِلَى اْلكَعْبَيْنِ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ، إِلاَّ جُرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ مِنْ أَطْرَافِ أَنَامِلِهِ مَعَ اْلمَاءِ، فَإِنْ هُوَ قَامَ فَصَلَّى، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَمَجَّدَ باِلَّذِي هُوَ أَهْلُهُ، وَفَرَّغَ قَلْبَهُ ِللهِ، إِلاَّ انْصَرَفَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Tidaklah seorang di antara kalian mendekati air wudhunya, lalu dia berkumur, dan membuangnya, lalu dia memasukkan air ke dalam hidung dan membuangnya, kecuali dosa-dosa wajahnya, mulutnya dan rongga hidungnya akan dihilangkan. Kemudian jika dia membasuh mukanya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, maka berjatuhanlah dosa wajahnya dari ujung jenggotnya beserta air, kemudian ketika dia membasuh kedua tangannya sampai ke siku, maka berjatuhanlah dosa kedua tangannya dari ujung jarinya beserta air. Kemudian ketika dia mengusap kepalanya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, maka berjatuhanlah dosa kepalanya dari ujung rambutnya beserta air. Kemudian jika dia mencuci kedua kakinya sampai kedua mata kaki sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, maka berjatuhanlah dosa kedua kaki dari ujung jarinya beserta air. Jika dia berdiri untuk melakukan shalat, lalu memuji-Nya dan mengagungkan-Nya sesuai dengan kemuliaan-Nya yang memang Allah adalah Dzat yang berhak dipuji, dan mengosongkan hatinya hanya untuk Allah, maka dia akan keluar dari semua kesalahannya seperti ke-adaannya saat baru dilahirkan oleh ibunya.”6
4. Ikhlas dalam sujud
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ ِللهِ سَجْدَةً، إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةًَ وَرَفَعَ لَهُ بِـهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوْا مِنَ السُّجُودِ.
“Tidaklah seorang hamba bersujud kepada Allah dengan satu kali sujud kecuali Allah akan menetapkan satu kebaikan baginya, menghapuskan satu kesalahan baginya dan mengangkat satu derajat baginya, maka perbanyaklah sujud oleh kalian.”7
5. Ikhlas dalam melakukan qiyaam Ramadhaan (shalat malam pada bulan Ramadhan)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa yang melakukan qiyaam Ramadhan dengan iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diam-puni.”8
6. Ikhlas dalam shalat pada Lailatul Qadar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَـامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa yang melakukan shalat pada Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”9
7. Ikhlas dalam mencintai masjid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
“Ada tujuh kelompok manusia yang akan Allah naungi dengan naungan-Nya, pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, (mereka itu adalah): (1) Imam (pemimpin) yang adil, (2) Seorang pemuda yang tumbuh di dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (3) Seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya. (5) Seorang lelaki yang di-ajak (mesum) oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ (6) Seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. (7) Dan seseorang yang berdzikir kepada Allah secara menyendiri, lalu air matanya berlinang.”10
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَوَطَّنَ رَجُلٌ مُسْلِمٌ الْمَسَاجِدَ لِلصَّلاَةِ وَالذِّكْرِ إِلاَّ تَبَشْبَشَ اللهُ لَهُ مِنْ حِيْنَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ كَمَا يَتَبَشْبَشُ أَهْلُ الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِمْ.
“Tidak ada seorang pun yang menetap di dalam masjid dengan melakukan shalat dan dzikir kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan merasa gembira seperti orang-orang yang bergembira semenjak hamba-Nya keluar dari rumah menuju masjid ketika orang yang telah lama tidak berjumpa datang kepada mereka.”11
[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
______
Footnote
1 Shahiihul Jaami’ (no. 5524).
2 Shahiihul Jaami’ (no. 56069).
3 Bagian dari Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Itban bin Malik.
4 Telah diungkapkan di muka takhrijnya.
5 Hadits ini dishahihkan oleh guru kami al-Albani di dalam kitab Shahiihul Jaami’ (no. 5678).
6 HR. Muslim dan yang lainnya.
7 Hadits ini dishahihkan oleh guru kami al-Albani di dalam kitab Shahiihul Jaami’ (no. 5618).
8 HR. Al-Bukhari.
9 Ibid.
10 Muttafaq ‘alaihi.
11 HR. Ibnu Majah dan al-Hakim sebagaimana yang diungkapkan oleh guru kami al-Albani di dalam kitab Shahiihul Jaami’ (no. 5470).
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/18440-keutamaan-ikhlas-dalam-beramal.html