Keagungan Hari Kiamat
KEAGUNGAN HARI KIAMAT
Percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari Kiamat termasuk rukun iman yang terbesar. Di atas keduanya beserta rukun iman lainnya tempat peredaran istiqamah manusia, keberuntungan dan kebahagiannya di dunia dan akhirat. Dan karena begitu pentingnya dua rukun ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak sekali menyertakan di antara keduanya dalam ayat-ayat al-Qur`an:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ [الطلاق/2]
Demikianlah diberi pelajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’aladan hari akhirat.. [Ath-Thalaaq/65: 2]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ [النساء/87]
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. [An-Nisaa/4:87]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ [النساء/59]
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala(al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’aladan hari kemudian.. [An-Nisaa/4:59]
Fitnah Kubur
عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال: خرجنا مع رسول الله- صلى الله عليه وسلم- في جنازة…..-وفيه- قال النبي- صلى الله عليه وسلم- «وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ، فَيَقُولانِ لَهُ: مَا دِيْنُكَ؟ فَيَقُولُ: دِيْنِيَ الإسْلامُ، فَيَقُولانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيْكُمْ؟ قَالَ: فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللهِ- صلى الله عليه وسلم-…». أخرجه أحمد وأبو داود
Dari al-Bara` bin ‘Azib Radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada satu jenazah…’ -dan pada hadits ini-, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Dan datanglah kepadanya dua orang malaikat, lalu keduanya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: ‘Siapa Rabbmu? Ia menjawab, ‘Rabb-ku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.’Keduanya bertanya kepadanya, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Siapa laki-laki yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam‘ HR. Ahmad dan Abu Daud.[1]
عن أنس رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «العَبْدُ إذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقَولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ- صلى الله عليه وسلم-؟ فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. فَيُقَالُ: انْظُرْ إلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَداً مِنَ الجَنَّةِ». قال النبي- صلى الله عليه وسلم-: «فَيَرَاهُمَا جَمِيعاً، وَأَمَّا الكَافِرُ أَوِ المنَافِقُ فَيَقُولُ: لا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ: لا دَرَيْتَ وَلا تَلَيْتَ، ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيْدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ، فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ إلا الثَّقَلَيْنِ». متفق عليه.
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya dan ditinggalkan serta teman-temannya telah pergi, sehingga ia mendengar suara sendal mereka. Datanglah kepadanya dua orang malaikat, lalu keduanya mendudukkannya seraya bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu katakan pada laki-laki ini (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam)?’ Ia menjawab, ‘Saya bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya.’ Dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempatmu di neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggantikan engkau dengannya satu tempat di surga.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Maka ia melihat keduanya secara bersama-sama. Adapun orang kafir atau munafik, ia berkata, ‘Saya tidak tahu, dahulu aku mengatakan apa yang dikatakan manusia.’ Dikatakan: ‘Kamu tidak tahu dan tidak membaca, kemudian ia dipukul dengan palu besar dari besi satu pukulan di antara dua telinganya. Maka ia berteriak yang bisa didengar orang yang berada di sekelilingnya kecuali jin dan manusia.” Muttafaqun ‘alaih.[2]
Siksa kubur terbagi dua
1. Siksa yang terus menerus, tidak pernah berakhir hingga hari kiamat, yaitu siksa kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang para pengikut Fir’aun:
قال الله تعالى: النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ [غافر/46]
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat(Dikatakan kepada malaikat):”Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya kedalam azab yang sangat keras”. [Ghafir/40:46]
2. Siksa yang berlangsung satu kurun waktu, kemudian berakhir. Yaitu siksa kepada orang-orang bertauhid yang berdosa, maka ia mendapat siksa sesuai dosanya. Kemudian siksa tersebut diringankan darinya, atau terputus (secara total) disebabkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau adanya penebus-penebus dosa yaitu berupa sedekah jariyah, atau ilmu yang berguna, atau anak shalih yang berdoa untuknya, atau semisal yang demikian itu.
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ أَحَدَكُمْ إذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالغَدَاةِ وَالعَشِيِّ، إنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَإنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ يُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ إلَيه يَومَ القِيَامَةِ». متفق عليه
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya apabila meninggal salah seorang dari kamu, diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di pagi dan sore hari. Jika ia termasuk (calon) penghuni surga maka dari penghuni surga, dan jika ia adalah (calon) penghuni neraka maka dari penghuni neraka. Dikatakan: inilah tempat dudukmu sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan engkau kepada-Nya di hari kiamat.’Muttafaqun ‘alaih.[3]
Nikmat kubur.
Nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang beriman yang jujur.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ [فصلت/30]
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’alakepadamu” [Fushshilat/41:30]
عن البراء بن عازب رضي الله عنه أن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال في المؤمن إذا أجاب الملكين في قبره: «… فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ، أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَافْرِشُوهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَاباً إلَى الجَنَّةِ، قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيْبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ». أخرجه أحمد وأبو داود
Dari al-Barra` bin ‘Azib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada seorang mukmin, apabila dia telah menjawab pertanyaan dua malaikat di kuburnya: …Maka penyeru dari langit mengatakan: bahwa benarlah hamba-Ku, berilah ia kasur dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukalah untuknya satu pintu ke surga. Beliau bersabda, ‘Maka datanglah dari aroma dan wangi-wangiannya (surga), dan diluaskan untuknya di kuburnya sejauh matanya memandang.’ HR. Ahmad dan Abu Daud.[4]
Ada beberapa perkara yang menyelamatkan seorang mukmin dari huru-hara dalam kubur, fitnahnya, dan siksanya seperti: mati syahid fi sabilillah, ribath (berjaga malam fi sabilillah), orang yang meninggal karena penyakit perut dan semisalnya.
Tempat menetapnya ruh setelah meninggal dunia hingga hari kiamat:
Ruh-ruh di alam barzakh memiliki perbedaan-perbedaan besar: di antaranya ruh-ruh yang berada di a’la Illiyiin (tingkat tertinggi) dalam kelompok tertinggi, yaitu ruh para Nabi ‘alaihimush shalatu was salaam, mereka berbeda-beda dalam kedudukan mereka.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada pada bentuk burung yang bergantung di pohon surga, yaitu ruh orang-orang yang beriman.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada di talih (paruh) burung hijau yang berjalan-jalan di surga, yaitu ruh sebagian orang-orang mati syahid (syuhada).
Di antaranya, ruh-ruh yang ditahan di dalam kubur, seperti orang yang menyembunyikan harta ghanimah. Di antaranya ada yang ditahan di atas pintu surga disebabkan hutang yang ditanggungnya. Di antaranya ada yang ditahan di dalam bumi disebabkan ruhnya yang rendah.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada di dalam tungku api para pezinah.
Di antaranya, ruh-ruh yang berenang di sungai darah dan menelan batu, mereka adalah para pemakan riba… dst.
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Shahih. HR. Ahmad no 18733 dan Abu Daud no 4753 dan ini lafazhnya, Shahih Sunan Abi Daud no 3979.
[2] Muttafaqun ‘alaihi HR. al-Bukhari no 1338 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 2870
[3] Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2866 dan ini adalah lafazhnya.
[4] Shahih. HR. Ahmad no. 18733 dan ini adalah lafazhnya. Dan Abu Daud no 4753, Shahih Sunan Abu Daud no 3979.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/98252-keagungan-hari-kiamat.html