Hidup Itu Saling Memandang
Pernahkah Anda mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup Anda? Itulah kehidupan di dunia. Semua orang pernah dan akan mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan di muka bumi, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang yang muslim ataupun yang kafir.
Allah Ta’ala berfirman,
ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Demikian itulah, karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu kenikmatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 53)
Seseorang tidak akan berubah dari bahagia menjadi sedih, dari rezeki yang lancar menjadi sukar, kalau bukan dirinya sendiri yang mengubahnya, disebabkan dosa dan maksiat yang diperbuat. Selain itu, kebahagiaan dan kenikmatan yang ia miliki, baik berupa jasmani (fisik dan akal yang sempurna, tidak cacat, kesehatan, pasangan, keturunan, kecukupan harta, kendaraan, tempat tinggal, maupun makanan) atau rohani (ketenangan jiwa) bisa berganti menjadi kesedihan dan kekurangan tatkala ia tergoda untuk membanding-bandingkan apa yang ia miliki dengan orang lain.
Ketika dirinya mulai tertarik melihat media sosial atau film yang di sana ditampilkan wanita cantik dan membuka aurat, mulailah ia membandingkan pasangannya dengan para artis. Kala bisnisnya mulai lancar atau gajinya sudah naik, mulailah ia membandingkan dengan orang lain yang gajinya lebih besar dan jabatannya lebih tinggi. Saat ia melihat temannya sudah memiliki mobil, ia mulai membandingkan kendaraan roda dua yang dimilikinya. Tatkala seseorang mulai membanding-bandingkan apa yang ia miliki dengan orang lain, maka saat itu juga secara bertahap kebahagiaan dan ketenangan yang ia miliki menjadi semakin kecil dan berkurang, bahkan berganti menjadi keresahan dan kesempitan.
Allah Ta’ala telah mengingatkan,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Dan janganlah kalian terpesona (silau) kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia (rezeki) Tuhan kamu adalah lebih baik untukmu dan (pahala yang disediakan di akhirat) lebih kekal.” (QS. Thaha: 131)
Hidup itu bagaimana cara kita memandang
Hidup itu hanya masalah pandang dan memandang, jangan hanya memandang dari apa yang dipandang. Hidup itu adalah melihat dan dilihat, jangan hanya melihat dari apa yang terlihat. Ketika kita melihat orang lain seakan-akan bahagia, padahal kenyataannya belum tentu demikian. Bahkan, bisa jadi, ia malah melihat kita lebih bahagia. Saat kita melihat orang lain memiliki rumah dan mobil mewah, bisa jadi ia sedang diuji dari sisi lain, seperti belum dikaruniai keturunan atau sakit parah yang mana ia memandang kita lebih bahagia karena memiliki anak dan diberikan kesehatan. Orang yang sering terpukau dengan kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain akan timbul perasaan iri, dengki, syukur yang semakin berkurang, bahkan protes terhadap pemberian dari Allah kepada dirinya.
Allah Ta’ala menegaskan,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang berhak membagi-bagi rahmat Tuhan kalian? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. Dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat saling memberi manfaat sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan kami jadikan sebahagian kamu ujian bagi sebahagian yang lain. Maukah kalian bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat.” (QS. Al-Furqan: 20)
Baca juga: Hikmah Manusia Diciptakan Bertingkat-Tingkat
Memandang ke bawah agar lebih bersyukur
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu (dalam masalah dunia). Karena dengan begitu, kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tiada seorang pun yang tertimpa musibah di dunia ini, kecuali ia akan menemukan orang yang lebih besar lagi musibahnya. Jika ia sedang ditimpa kesusahan, masih banyak orang yang lebih susah dari dirinya. Dengan memandang orang yang berada di bawah, maka kesusahan dan rasa sedih yang ia rasakan akan berkurang dan membuat hatinya terhibur, sehingga membantunya untuk bersabar dan bersyukur karena ternyata masih ada orang yang berada di bawahnya.
Baca juga: Mengingat Nikmat dan Memperbanyak Syukur
***
Penulis: Arif Muhammad
Artikel asli: https://muslim.or.id/90747-hidup-itu-saling-memandang.html