Beranda | Artikel
Karakteristik Fundamental Al-Quran
Minggu, 12 November 2023

Bagi orang yang beriman, Al-Qur’an merupakan sebuah pedoman fundamental yang menjadi rujukan dan landasan prinsip dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an merupakan kalamullah yang dengan keagungannya dikhususkan untuk disampaikan kepada umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang alam tidak sanggup memikulnya.

Allah Ta’ala berfirman,

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلࣲ لَّرَأَیۡتَهُۥ خَـٰشِعࣰا مُّتَصَدِّعࣰا مِّنۡ خَشۡیَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَـٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ یَتَفَكَّرُونَ

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)

Namun, di antara jutaan umat manusia yang meyakini kemuliaan dan keutamaan kitab suci ini, tetap saja ada yang berperilaku menyimpang terhadapnya. Mulai dari bersikap enggan untuk membaca dan mentadaburinya, tidak beriman kepadanya, bahkan ada yang dengan sengaja mengubah isi dan maknanya, serta ada pula yang tega membakarnya. Wal’iyadzu billah.

Mungkin, saat ini, kita khususnya yang membaca artikel ini, tidak termasuk dalam golongan orang-orang menyimpang tersebut, insyaAllah. Akan tetapi, adakah yang menjamin bahwa orang-orang di sekitar kita khususnya mereka orang-orang yang kita sayangi (orang tua, keluarga, anak/keturunan, dan kerabat) terbebas dari perilaku menyimpang ini?

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk terlebih dahulu menanamkan keimanan dan pemahaman yang kokoh pada diri kita tentang Al-Qur’an. Mudah-mudahan, dengan keimanan dan pemahaman tersebut, dapat menjadikan kita mampu untuk memberikan kebenaran tentang Al-Qur’an kepada orang banyak khususnya orang-orang terdekat kita.

Saudaraku, banyak dalil yang menyebutkan keutamaan dan keagungan Al-Qur’an baik secara aqli maupun naqli. Namun, dalam kesempatan kali ini, kami ingin menguraikan satu dalil naqli tentang Al-Qur’an yang sangat fundamental untuk dapat diimani, dipahami, dan diaplikasikan dalam kehidupan kita.

Dalil yang sering kita lantunkan tatkala memulai membaca dan mentadaburi lembar demi lembar permulaan ayat Al-Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman,

الٓمٓ ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 1 – 2)

Saudaraku, melalui ayat di atas, Allah Ta’ala menegaskan 2 karakteristik Al-Qur’an yang sangat penting untuk kita pahami, yaitu: tidak ada keraguan dan petunjuk bagi orang-orang bertakwa.

Tidak ada keraguan di dalamnya

Di antara tanda keimanan seseorang adalah ia meyakini adanya kitab kalamullah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul shalawatullah ‘alaihim. Dalam hal ini, Al-Qur’an sebagai kita suci umat Islam yang menjadi pelengkap kitab suci sebelumnya.

Iman terhadap Al-Qur’an merupakan perkara yang wajib bagi seorang muslim. Seseorang dikatakan beriman, hanya apabila ia meyakini 6 (enam) rukun iman yang menjadi syarat wajib dari amalan hati yang harus dipenuhi.

Sebuah potongan hadis Jibril yang merupakan lanjutan dari hadis Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menjawab pertanyaan malaikat Jibril ‘alaihissalam tentang Iman.

قَالَ : صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Orang itu (Jibril) berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8)

Tidak mengimani Al-Qur’an, artinya tidak percaya terhadap isi kandungannya. Padahal, Al-Qur’an dan semua kandungannya selalu berada dalam penjagaan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr :9)

Akhirnya, seseorang yang tidak mengimani isi kandungan Al-Qur’an akan dianggap sebagai orang yang tidak beriman karena telah gugur daripadanya salah satu rukun iman yang enam. Iman adalah kemantapan hati dalam meyakini sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Meskipun telah banyak bukti nyata tentang kebenaran Al-Qur’an khususnya yang berkaitan dengan saintifik seperti ilmu tentang astronomi, biologi, fisika, dan berbagai disiplin ilmu.

Namun, masih ada manusia yang masih mempertanyakan keautentikan Al-Qur’an. Mereka masih beralasan bahwa dalil-dalil naqli belum cukup untuk memantapkan hati mereka terhadap Al-Qur’an. Padahal, tidak sulit bagi Allah Ta’ala untuk membuktikan semuanya hingga mereka beriman. Sebagaimana permohonan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada Rabbnya,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي

Dan ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang mati.’ Allah berfirman, ‘Apakah kamu belum percaya?’ Ibrahim menjawab, ’Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah teguh hati saya.’ “ (QS. Al-Baqarah : 260)

Tetapi, kenapa mereka beranggapan bahwa mereka masih butuh bukti dari Allah agar memantapkan hati mereka? Saudaraku, inilah amalan hati yang dinamakan iman terhadap hal yang gaib. Mengimani sesuatu yang tidak dapat terjangkau oleh pancaindra bukan berarti hal yang diimani tersebut tidak ada. Tetapi justru karena keterbatasan yang ada pada fisik manusia untuk mencapai pembuktian tersebut secara materil.

Oleh karenanya, firman Allah Ta’ala (yang menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya) ini adalah perkara pokok yang wajib kita imani dengan cara melaksanakan seluruh perintah dan larangan Allah yang terkandung di dalamnya, serta mengambil ibrah dari setiap kisah yang tertera di dalamnya dengan haqqul yaqin.

Baca juga: Bagaimanakah Al-Quran Turun kepada Nabi Muhammad?

Petunjuk bagi orang-orang bertakwa

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa di antara cara beriman terhadap Al-Qur’an adalah dengan cara melaksanakan seluruh perintah dan larangan Allah yang terkandung di dalamnya. Maka, orang yang benar-benar komitmen dengan keimanan terhadap Al-Qur’an inilah yang disebut sebagai orang-orang yang bertakwa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Al-Qur’an itu bisa menjadi pembelamu atau musuh bagimu.” (HR. Muslim no. 223)

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarh Arba’in An-Nawawiyyah berkata, ”Al-Qur’an itu bisa menjadi pembelamu, jika engkau melaksanakan nasihat terhadap Al-Qur’an.”

Saudaraku, sadarilah bahwa Al-Qur’an tidak hanya sekadar panduan, tetapi juga merupakan sumber petunjuk spiritual dan moral bagi individu yang memiliki takwa. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِیَتۡ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِیمَـٰنࣰا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ یَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hatinya. Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya. Dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal: 2)

Marilah kita renungkan sejenak. Pernahkah hati kita tergugah tatkala mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an karena memahami makna ayat yang sedang kita dengarkan? Atau lebih sederhana lagi, berapa kali dalam sehari kita mengkhususkan waktu untuk ber-taqarrub dengan Allah melalui Al-Qur’an (membaca dan mentadaburinya)?

Padahal, Al-Qur’an merupakan bagian dari sebab seseorang mendapatkan ketinggian derajat di surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُهَا

“Dikatakan kepada shahibul Qur’an (di akhirat), “Bacalah Al-Qur’an dan naiklah ke surga serta tartilkanlah (bacaanmu) sebagaimana engkau tartilkan sewaktu di dunia. Sesungguhnya kedudukan dan tempat tinggalmu (di surga) berdasarkan akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Imam Tirmidzi, Abu Dawud, dari Abdillah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma)

Menyadari betapa agungnya kitab suci Al-Qur’an ini, orang-orang yang memiliki ketakwaan pada dirinya pasti akan menjadikannya petunjuk untuk menggapai keridaan Allah Ta’ala berupa surga dan perjumpaan dengan-Nya. Karena, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’alapetunjuk bagi orang yang bertakwa.“, Al-Quran hanya akan menjadi wasilah bagi orang yang konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Semoga kita senantiasa mendapatkan karunia jalan keridaan Allah Ta’ala berupa keimanan dan ketakwaan sehingga memperoleh keistikamahan untuk selalu menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat. Allahumma amin.

Baca juga: Tangisan Ulama Tersentuh oleh Al-Quran

***

Penulis: Fauzan Hidayat


Artikel asli: https://muslim.or.id/89701-karakteristik-fundamental-al-quran.html