Sebab-Sebab Terbukanya Rezeki dan Terhindar dari Musibah (Bag. 2)
BACA PEMBAHASAN SEBELUMNYA Sebab-Sebab Terbukanya Rezeki dan Terhindar dari Musibah (Bag. 1)
Namun ingat, kita tetap diperintahkan ikhlas beribadah untuk Allah semata
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Bayyinah ayat 5,
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Larangan beribadah kepada Allah dengan niat hanya dunia
Allah berfirman dalam surah Hud ayat 15 dan 16,
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS. Hud: 16)
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat, kecuali neraka. Dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 16)
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al-Isra’: 18)
BACA JUGA: Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (1)
Allah ingatkan kita agar tidak melupakan perkara yang bermanfaat untuk kehidupan dunia kita
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan kita untuk berusaha dan bekerja untuk mendapatkan perkara yang bermanfaat bagi kita, tentunya termasuk dalam hal ini adalah berupaya untuk mendapatkan rezeki halal.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim)
BACA JUGA: Jangan Khawatirkan Rezekimu
Maksiat adalah penghalang rezeki yang halal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وإن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
“Dan sesungguhnya seseorang benar-benar dihalangi mendapatkan rezeki karena dosa yang dilakukan olehnya.” (HR. Ibnu Majah, hasan)
Kesimpulan
Berdasarkan gabungan dalil-dalil di atas dapat disimpulkan:
Pertama: Tobat, ibadah, dzikrullah, doa, istigfar, dan dakwah adalah sebab didapatkannya rezeki dan terhindar dari musibah dan azab.
Oleh karena itu, keberadaan para da’i, ahli ibadah, dan orang-orang saleh dalam sebuah masyarakat, hakikatnya mereka ikut andil dalam berusaha terhindarnya dari musibah dan azab. Maka, hal ini menuntut kita untuk mencontoh teladan mereka dan memberi perhatian, bantuan, dan dukungan kepada mereka, menjaga dan memuliakan mereka serta berterimakasih kepada mereka.
Bukan justru menelantarkan mereka, memandang sebelah mata, apalagi menghalang-halangi dakwah mereka dan menzalimi mereka.
Kedua: Ikhlaslah dalam beribadah dan beribadahlah sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan niatkan dalam beribadah, kecuali untuk mendapatkan rida dan pahala Allah semata. Namun, tetap iringilah dengan bekerja yang halal, niscaya dunia akan mengikuti anda.
Ketiga: Jangan sampai meninggalkan ibadah atau malas beribadah, malas dzikrullah serta malas berdakwah, dengan alasan sibuk cari rezeki atau sibuk bersenang-senang menikmati dunia.
Karena beralasan sibuk mencari rezeki sehingga sampai meninggalkan atau malas beribadah, dzikrullah, serta berdakwah itu justru bisa berdampak buruk pada perolehan rezeki atau berdampak pada perolehan keberkahan kalau pun mendapatkan rezeki.
Setiap muslim dan muslimah bisa ikut andil dalam berdakwah, baik dengan ilmu syar’i, harta, kedudukan, teladan amal salehnya, atau pun segala sesuatu yang bisa digunakan untuk mengajak manusia ke jalan Allah, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Keempat: Tidak benar seseorang hanya beribadah, berzikir, dan berdoa saja, tanpa mau bekerja mencari rezeki yang halal.
Kelima: Beribadah kepada Allah dengan niat murni mencari dunia atau niat dunianya lebih besar daripada niat mencari rida dan pahala Allah atau sama kadar niat keduanya, maka pada semua kondisi ini pelakunya tidak mendapatkan pahala, sedangkan dunia yang ia niatkan hanya akan didapatkan jika Allah takdirkan untuknya. Adapun kadar dunia yang akan didapatkannya, tidak akan melebihi apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuknya.
Jadi, seandainya seseorang meniatkan ibadahnya hanya untuk dunia semata, (misal: salat hanya agar sehat badannya, berpuasa Ramadan hanya untuk menurunkan berat badan, sedekah hanya untuk sembuh sakitnya), maka jika Allah tidak takdirkan dunia untuknya, ia tidak akan mendapatkan tujuan dunia yang diharapkannya. Dan seandainya Allah takdirkan dunia untuknya pun, maka ia tidak akan mendapatkan dunia melebihi apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuknya. Padahal ia sudah terjatuh dalam kesyirikan karena beribadah untuk dunia semata dan sudah terluput darinya pahala dan rida Allah.
Keenam: Beribadah kepada Allah, apabila niat penggerak awalnya adalah mencari rida dan pahala Allah (lillah), dan niat lillah itu lebih besar daripada niat mencari dunia, maka ini tidak mengapa dan tidak berdosa, namun tidak afdal. Hanya saja, pelakunya tetap dikatakan ikhlas karena dalil menunjukkan bolehnya hal itu, sedangkan hukum itu berdasarkan yang paling terbanyak (mayoritas).
Ketujuh: Yang afdal (paling utama) adalah beribadah kepada Allah dengan niat hanya mencari rida Allah dan pahala-Nya. Dalam kondisi ini, pelakunya akan mendapatkan dua keistimewaan sekaligus: 1) mendapatkan rida dan pahala-Nya; dan 2) sekaligus juga mendapatkan dunia, meski pelakunya tidak meniatkan mencari dunia, karena ini jaminan bagi setiap orang yang bertakwa, terlepas meniatkan cari dunia atau tidak. Allah berfirman,
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Dari ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya, disimpulkan bahwa secara umum seluruh ibadah dan amal saleh itu sebab untuk didapatkannya rezeki dan keberkahan padanya. Oleh karena itu, barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan niat hanya mencari rida Allah dan pahala-Nya, tidak ada niat dunia sedikit pun, maka ia mendapatkan kebaikan diniyyah ukhrawiyyah (rida dan pahala-Nya) dan kebaikan dunyawiyyah.
Jadi, betapa ruginya seseorang yang meniatkan dunia dalam beribadah, meskipun niat dunianya itu minoritas. Karena jika seorang hamba, ibadahnya hanya lillah, tanpa diniatkan mencari dunia sedikit pun, pasti dunia akan didapatkan jika memang sudah menjadi takdir untuknya, ditambah lagi ia mendapatkan keuntungan rida Allah dan pahala yang sempurna, tidak terkurangi dengan niat dunia.
Kedelapan: Maksiat adalah penghalang rezeki yang halal dan diberkahi dan dapat menyebabkan terkena musibah. Wallahu Ta’ala a’lam.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
[Selesai]
BACA JUGA:
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel asli: https://muslim.or.id/81414-sebab-sebab-terbukanya-rezeki-dan-terhindar-dari-musibah-bag-2.html