Nikmat-Nikmat yang Dilalaikan oleh Manusia
Nikmat kesehatan dan waktu luang
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
نِعمَتانِ مغبونٌ فيهما كثيرٌ من الناسِ: الصَّحَّةُ والفَّراغُ
“Dua nikmat yang banyak manusia dilalaikan di dalamnya, yaitu: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Nikmat kesehatan dan waktu luang adalah anugerah agung yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Kita baru saja melewati masa-masa sulit ketika Allah Ta’ala memberikan ujian pandemi Covid-19 di mana seluruh umat manusia disibukkan dengan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan dan melindungi diri dari serangan virus ganas tersebut. Ujian itu semestinya menyadarkan kita tentang nikmat kesehatan yang selama ini terkadang kita lupa untuk menyukurinya.
Begitu pula dengan waktu luang. Tatkala kita memiliki waktu luang yang bebas dari segala kesibukan aktivitas harian, kita pun kadangkala luput dari menyukurinya dengan memanfaatkan waktu luang tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Padahal, dengan kesehatan dan waktu luang tersebut, Allah Ta’ala sedang memberikan karunia berupa kesempatan bagi kita untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada-Nya yang akan menjadi bekal kita dalam rangka menggapai jannah-Nya.
BACA JUGA: Nikmat-Nikmat yang Dilalaikan oleh Manusia
Coba kita renungi sejenak. Betapa waktu luang yang kita miliki cukup rentan untuk terisi dengan hal yang sia-sia tanpa manfaat, bahkan menjadi kesempatan bagi setan untuk membisikkan agar kita melakukan kemaksiatan. Sungguh, pada akhirnya pengabaian terhadap pemanfaatan kesehatan dan waktu luang ini akan disesali oleh manusia.
Allah Ta’ala berfirman,
حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ, لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat melakukan amal saleh yang telah aku tinggalkan.’” (QS. Al-Mukminun: 100)
Tatkala manusia berada di penghujung ajal, maka sungguh ia akan menyesali kesia-siaan dan kemaksiatan yang ia lakukan sepanjang hidupnya. Ia pun berangan-angan untuk dikembalikan agar dapat kembali melakukan amalan saleh yang tidak ia pedulikan saat memperoleh kesehatan dan waktu luang.
Allah Ta’ala berfirman,
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِين
“Sebelum kematian mendatangi salah seorang hingga ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’ “ (QS. Al-Munafiqun: 10)
BACA JUGA: Nikmat Tauhid bagi Negeri Ini
Saudaraku, kesehatan dan waktu luang adalah nikmat yang agung yang patut kita syukuri. Di antara tanda syukur atas dua nikmat ini adalah hendaknya diisi dengan amalan-amalan saleh seperti menuntut ilmu, bermuamalah, beribadah, dan berbagai aktivitas lainnya yang dapat mendatangkan keridaan Allah Ta’ala. Karena sesungguhnya, orang-orang yang menyia-nyiakan dua karunia Allah ini tatkala ajal tiba, mereka akan berandai-andai jika saja Allah Ta’ala memberikan kesempatan waktu bagi mereka untuk beramal meskipun sesaat.
Perhatikanlah diri kita, tatkala Allah Ta’ala memberikan ujian berupa pandemi Covid-19, betapa kita merindukan ibadah salat berjemaah dan kajian di masjid, menyambung silaturahmi kepada kerabat, bahkan merindukan kesempatan untuk berumrah dan berhaji ke tanah suci. Namun, saat itu kita terhalang karena Allah sedang mencabut nikmat kesehatan untuk sementara waktu dari muka bumi ini. Bukankah ini pertanda bahwa Allah sedang memberikan kepada kita pelajaran untuk menghargai nikmat kesehatan?
Oleh karenanya, sebagai hamba Allah yang berakal, semestinya kita benar-benar memanfaatkan nikmat kesehatan dan waktu luang ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala semaksimal mungkin yang kita bisa.
Jika memiliki kemampuan dalam qira’ah, hendaklah kita memperbanyak bacaan Al-Qur’an. Apabila belum mampu, hendaklah kita memperbanyak berzikir kepada Allah Ta’ala. Jika hal itu pun belum memungkinkan, setidaknya kita berupaya melakukan amar makruf dan nahi munkar, atau pun berbuat kebaikan dan membantu sesama. Sungguh, apabila dua kenikmatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik, kebaikan-kebaikan itu akan berlalu dengan sia-sia.
Nikmat Islam, akal, dan keamanan
Saudaraku, selain dua nikmat agung tersebut, ada tiga nikmat besar yang seharusnya kita sadari dan syukuri yang saat ini kita peroleh, yaitu: nikmat Islam, akal, dan keamanan.
Pertama, nikmat Islam.
Ini adalah nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Lihatlah diri kita, sebagai muslim yang hidup di tengah-tengah milyaran manusia yang memeluk kepercayaan selain Islam. Kita mengenal agama mulia ini, Al-Qur’an, dan as-sunnah. Memiliki Islam dan iman adalah karunia Allah Ta’ala yang tak ternilai.
Allah Ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Kedua, nikmat akal.
Bahwa manusia apabila akalnya terganggu, maka akan mempengaruhi perilakunya. Kadangkala kita melupakan nikmat yang satu ini. Pastinya, orang-orang yang telah Allah cabut anugerah akal dari dirinya tidak lagi mengetahui mana yang benar dan yang salah, apalagi mengetahui bagaimana melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Orang yang tidak berakal tentu akan sangat memengaruhi perilaku dan berdampak besar pada diri dan keluarganya. Bukankah orang-orang seperti ini banyak kita temui? Maka, bersyukurlah atas nikmat akal yang diberikan Allah Ta’ala di mana dengannya engkau bukanlah menjadi bagian dari orang-orang tersebut.
Ketiga, nikmat keamanan di tanah air.
Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita anugerah keamanan hidup di tanah air Indonesia ini. Tidak ada yang melarang kita untuk salat berjemaah dan menyelenggarakan kajian di masjid. Tidak ada pula yang menghambat kita dalam perjalanan ke luar negeri untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah di tanah suci.
Lihatlah cobaan peperangan dan islamophobia yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina, Yaman, Uyghur, Somalia, Afghanistan, Syria, dan berbagai belahan bumi yang belum dapat menikmati keamanan hidup dan beribadah sebagaimana nikmat yang kita rasakan saat ini.
Saudaraku, inilah berkah dan karunia agung dari Allah Ta’ala untuk kita. Kita seharusnya istikamah bersyukur atas nikmat yang besar ini, dan suatu keharusan dan kewajiban atas kita untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala. Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa senantiasa melimpahkan dan melipatgandakan berkah dan karunia-Nya kepada kita. Allahumma amin. Wallahu a’lam.
BACA JUGA:
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel asli: https://muslim.or.id/82317-nikmat-nikmat-yang-dilalaikan-oleh-manusia.html