Tegar di Atas Jalan Kebahagiaan (Bag. 1)
Sebuah prolog
Saya ingin merasakan kebahagiaan di dalam hidup saya. Ya, itulah hal yang didambakan setiap manusia, tidak terkecuali Anda. Dan jika Anda cermati, kebahagiaan ini pada dasarnya adalah buah dari kehendak atau cita-cita yang berhasil diraih oleh seseorang. Hasil panen yang melimpah akan sangat menggembirakan seorang petani. Lulus ujian dengan predikat terbaik akan menyukacitakan dan mendatangkan senyuman lebar pada seorang pelajar. Menang tender akan membuat seorang pengusaha atau kontraktor tertawa sambil melompat kegirangan. Lahirnya anak yang didambakan akan membungahkan para ayah dan membuatnya lalai akan peluh yang ada di kening sang istri. Begitu juga berbagai hal lain yang dimimpikan manusia, tentunya akan melahirkan kebahagiaan di dalam hati mereka, tatkala apa yang diangan-angankan tersebut berhasil ia capai.
Demikianlah remah-remah kebahagiaan yang Allah Ta’ala simpankan di kotak-kotak kehidupan manusia. Seperti itulah kebahagiaan semu yang dibagikan kepada setiap hamba yang bernyawa. Namun, tahukah Anda? Kebahagiaan yang hakiki tidaklah dirasakan semua insan. Mengapa? Karena ia ditempatkan di kotak khusus yang hanya bisa diraih oleh manusia-manusia istimewa. Kebahagiaan ini hanya dimiliki oleh mereka yang menemukan dan mewujudkan perkara paling penting di dalam hidup mereka. Apakah itu? Hal terpenting dari hidup adalah tujuan kehidupan itu sendiri. Yakni tujuan penciptaan manusia dan seluruh makhluk yang ada di alam raya, termasuk Anda.
Tujuan penciptaan
Coba Anda pikirkan dan perhatikan keadaaan di sekitar Anda! Bahwa segala gerak dan diam yang dilakukan oleh makhluk, pasti memiliki tujuan. Dari ayam yang berkokok ketika dini hari, burung-burung yang berterbangan di atas angkasa, hewan melata yang bertebaran di permukaan bumi, sampai singa pejantan yang mengendus keberadaan singa betina, semuanya itu memiliki tujuan. Termasuk seluruh aktivitas yang dilakukan manusia, dari ia bangun tidur hingga tidur lagi, pasti memiliki tujuan yang ia ingin capai.
Jika makhluk saja memiliki keinginan yang ingin ia raih, bagaimana lagi dengan Sang Khalik yang menciptakan tujuh lapis langit beserta bumi dan segala isinya, merajai, serta mengatur seluruh detak dan perputaran di alam semesta? Tentu lebih-lebih lagi, bahwa Dia pasti memiliki kehendak yang ingin diwujudkan. Simaklah apa yang Allah katakan tentang perkara ini,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu (sekedar) main-main?” (QS. Al-Mu’minun: 115)
Orang yang memiliki akal yang sehat dan hati yang bersih tentu akan mengatakan, “Tidak, ya Rabb!” Dengan demikian, apakah tujuan Allah mengadakan semua yang ada di jagad raya ini? Tentunya kita sebagai manusia tidak bisa menebak dan menerkanya. Mengapa? Karena ia perkara yang transeden dan di luar jangkauan akal manusia. Namun, Allah tidak membiarkan anak Adam terombang-ambing mencari sendiri tujuan kehidupan mereka. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam kepada setiap generasi untuk menyampaikan hikmah kehidupan dan kematian. Bersama mereka ‘alaihimussalam, Allah Ta’ala turunkan kitab-kitab serta suhuf-suhuf sebagai petunjuk dan pedoman hidup agar para hamba dapat merealisasikan tujuan penciptaan tersebut secara benar.
Di dalam Al-Qur’an yang mulia, Allah Ta’ala setidaknya menyebutkan 3 tujuan pewujudan manusia bersama ciptaan yang lain, yaitu: 1) untuk mengenal Allah Ta‘ala; 2) untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata; dan 3) untuk diuji oleh Allah Ta’ala.
***
Disarikan pada Malam 20 Ramadan 1444 H
Di bawah langit kota Yogyakarta,
Oleh Al-Faqir yang membutuhkan rahmat dan ampunan dari Rabb-Nya,
Penulis: Sudarmono Ahmad Tahir, S.Si., M.Biotech.
Artikel asli: https://muslim.or.id/84461-tegar-di-atas-jalan-kebahagiaan-bag-1.html