Menjaga Produktifitas Seorang Muslim
Setelah bulan Ramadan, semestinya pola ibadah dan kebaikan yang sudah dilatih dan diterapkan di bulan Ramadan senantiasa diteruskan dan diterapkan bagi kaum muslimin dalam mempertahankan kualitas ibadahnya. Bahkan, bukan menjadi alasan untuk kaum muslimin bermalas malasan atau beralasan untuk bermudah-mudah dalam dalam menjalankan ibadah di luar bulan Ramadan. Justru bulan Ramadan menjadikan kaum muslimin lebih produktif dan lebih maksimal dalam menjalankan ibadah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi salah satu role model dan contoh manusia produktif. Bahkan, tercatat menjadi manusia paling berpengaruh nomor satu di dunia. Sejak kecil telah dijaga dan memberikan kemaslahatan dan kebermanfaatan untuk sekitarnya. Demikian juga dengan para pengikut setia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang senantiasa mengikuti Rasulullah dan ulama-ulama sesudahnya. Allah ‘Azza Wajalla, sesuai firman-Nya,
ٱلَّذِینَ یَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِیَـٰمࣰا وَقُعُودࣰا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَیَتَفَكَّرُونَ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَـٰذَا بَـٰطِلࣰا سُبۡحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.’” (QS. Ali Imran: 191)
Sebagaimana ungkapan ulama tabi’in, Hasan Al-Basri rahimahullah berikut ini,
“Juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu beruntung di keduanya. Dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan merugi di keduanya.”
“Dunia itu hanya tiga hari saja: 1) Hari kemarin, sudah pergi dengan segala isinya (tanpa bisa diulang kembali). 2) Hari esok, yang mungkin saja engkau tidak bisa menjumpainya (lantaran ajal menjemputmu). 3) Hari ini, itulah yang menjadi milikmu, maka isilah dengan amalan.”
Adapun langkah mudah dalam menjaga keitikamahan dan produktifitas kita dalam menjalankan pola ibadah dan kebaikan, yakni:
Mengikhlaskan niat beribadah hanya untuk Allah ‘Azza Wajalla
Niat menjadi kekuatan yang besar dalam kita menjalani kehidupan sebagai seorang hamba. Niat yang ikhlas menuntun manusia pada jalan kebaikan dan keistikamahan. Seorang yang ikhlas dalam menjalankan hidup dan beribadah akan memahami bahwa amalan dan ibadah yang ia lakukan itu akan diganjar pahala. Lalu dengan itu, semangat ibadahnya dan semangat hidupnya pun akan bangkit. Sebagaimana dalam hadis, disampaikan,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وإنما لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنكحها فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya. Dan sesungguhnya sesesorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (dinilai) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena harta dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bersama dengan teman-teman yang saleh dan semangat dalam menuntut ilmu
Jika kita mau mengenali seseorang, maka kenalilah sahabat terdekatnya. Begitulah kiranya, jika kita menjadikan teman terdekat sebagai gambaran diri adalah teman-teman saleh yang dapat membantu dalam berdiskusi dan meneliti masalah agama. Jika berteman dengannya, semakin dekat kita kepada Allah ‘Azza Wajalla. Carilah kebersamaan bersama mereka selama mereka senantiasa membantu dalam menuntut ilmu baik ilmu syar’i maupun ilmu dunia yang menghantarkan pada kebaikan-kebaikan akhirat.
Bersabar dalam ketaatan
Kesabaran muaranya pada kebaikan. Kesabaranlah yang menghantarkan kembali pada ilmu dan kebaikan. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi shallallahu ’alaihi wasallam,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (QS. Al Kahfi: 28)
Maka, salah satu hal yang menguatkan keistikamahan dan produktifitas diri, yakni bersabar dalam menuntut ilmu. Jika seseorang mampu bersabar dalam ketaatan dan kelelahan, lalu senantiasa kembali semangat dalam menuntut ilmu, maka itu menjadi wasilah terbesar bagi seorang manusia dalam menemukan jalan kebaikan dan kebermanfatan baik bagi diri dan orang lain.
Baca juga: Nikmat Waktu Luang, untuk Apa?
***
Penulis: Kiki Dwi Setiabudi S.Sos.
Artikel asli: https://muslim.or.id/85102-menjaga-produktifitas-seorang-muslim.html