Beranda | Artikel
Taziyah
Jumat, 4 Agustus 2023

TA’ZIYAH

Disunnahkan berta’ziyah kepada yang mendapat musibah kematian sebelum dimakamkan atau sesudahnya. Dikatakan kepada yang mendapat musibah kematian seorang muslim:

إنَّ للهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ». متفق عليه.

‘Sesungguhnya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala apa yang Dia ambil dan bagi-Nya apa yang Dia beri, segala sesuatu di sisinya dengan waktu yang sudah ditentukan, maka hendaklah engkau sabar dan mengharap pahala.” Muttafaqun ‘alaih.[1]

Disunnahkan ta’ziyah kepada keluarga mayit dan tidak ada batas baginya. Ia berta’ziyah kepada mereka dengan sesuatu yang bisa menghibur mereka, menahan dari duka cita mereka, dan mendorong mereka untuk sabar dan ridha dalam batas-batas syara’, dan berdoa untuk mayit dan yang berduka.

Boleh berta’ziyah di setiap tempat : Pemakaman, pasar, mushalla, masjid, rumah.

Keluarga mayit boleh berkumpul dalam sebuah rumah atau satu tempat, lalu yang ingin berta’ziyah menuju mereka, memberi ta’ziyah, kemudian ia pulang.

Keluarga mayit tidak boleh menentukan pakaian khusus untuk ta’ziyah, seperti pakaian hitam umpamanya, karena padanya mengandung sikap murka terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dibolehkan berta’ziyah kepada orang kafir tanpa mendoakan mayat mereka jika mereka tidak menampakkan permusuhan terhadap agama Islam dan orang-orang muslim.

Disunnahkan membuat makanan untuk keluarga mayit dan mengirimnya kepada mereka, dan dimakruhkan bagi keluarga mayit untuk membuat makanan untuk manusia dan mereka berkumpul atasnya.

Hukum Menangisi Jenazah.
Boleh menangisi jenazah jika tidak disertai ratapan. Dan haram merobek pakaian, memukul pipi, meninggikan suara dan semisalnya. Dan mayit disiksa –maksudnya merasa sakit dan gelisah- dalam kuburnya bila diratapi atasnya dengan wasiat darinya.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم- عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم- تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُالرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم وَأَنْتَ يَا رَسُولَ الله فَقَالَ: «يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ» ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ- صلى الله عليه وسلم-: «إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ». متفق عليه

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata; Kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam). Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam mengambil Ibrahim dan menciumnya.

Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah Shallallahu ’alaihi  wa sallam berlinang air mata. Lalu berkatalah  ‘Abdurrahman bin ‘Auf  Radhiyallahu ‘anhu kepada beliau : “Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?”.

Beliau menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya  ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang)“.

Beliau lalu melanjutkan dengan kalimat yang lain dan bersabda: “Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim  pastilah bersedih”. Muttafaqun ‘alaihi

عن عبد الله بن جعفر رضي الله عنهما أن النبي- صلى الله عليه وسلم- أَمْهَلَ آلَ جَعْفَرٍ ثَلاثاً أَنْ يَأْتِيَهُمْ، ثُمَّ أَتَاهُمْ فَقَالَ: «لا تَبْكُوا عَلَى أَخِي بَعْدَ اليَومِ»، ثم قال: «ادْعُوا لِي بَنِي أَخِي» فَجِيءَ بِنَا كَأَنَّا أَفْرُخٌ فقال: «ادْعُوا لِي الحَلَّاقَ» فأمره فحلق رؤوسنا. أخرجه أبو داود والنسائي

Dari Abdullah bin Ja’far Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi tempo kepada keluarga Ja’far Radhiyallahu anhu selama tiga hari bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka. Kemudian beliau datang kepada mereka, lalu berkata, ‘Janganlah kamu menangisi saudaraku setelah hari ini.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Panggilkan anak-anak saudaraku untukku.’ Lalu kami dibawa, seolah-olah kami adalah anak-anak burung, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Panggilkan tukang cukur untukku.’ Lalu beliau menyuruhnya (agar mencukur rambut kami) lalu ia mencukur rambut kami.‘ HR. Abu Daud dan an-Nasa`i.[2]

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «المَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ». متفق عليه.

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Mayit disiksa di dalam kubur karena ratapan atasnya.’[3]

Ξ Ziarah kubur

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1]  HR. al-Bukhari no. 7377, ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 923
[2] Shahih/ HR. Abu Daud no. 4192, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud, dan an-Nasa`i no. 5227, Shahih Sunan an-Nasa`i no. 4823
[3]  HR. al-Bukhari no. 1292, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 927.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/84835-taziyah.html