Ziarah ke Masjid Nabawi
ZIARAH KE MASJID NABAWI
Keistimewaan Masjid-masjid yang Tiga
Masjid-masjid yang tiga adalah : Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.
- Masjidil Haram dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissallam dan putranya Nabi Ismail Alaihissallam. Ia adalah kiblat kaum muslimin dan kepadanya haji mereka. Ia adalah permulaan bait (rumah) yang diletakkan (di muka bumi) untuk manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya penuh berkah dan petunjuk untuk semesta alam.
Masjid Nabawi dibangun oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, ia dibangun di atas dasar taqwa.
Masjidil Aqsha dibangun oleh Nabi Ya’qub Alaihissallam, ia adalah kiblat pertama kaum muslimin.
- Dilipat gandakan pahala shalat di ketiga masjid ini. Karena berbagai keistimewaannya maka tidak boleh dilaksanakan perjalanan jauh (untuk tujuan ibadah) kecuali menuju ketiga masjid ini.
Diharamkan melakukan perjalanan jauh (untuk tujuan ibadah) untuk ziarah kubur secara mutlak, baik itu qubur nabi ataupun lainnya.
Hukum Ziarah ke Masjid Nabawi
Disunnahkan bagi muslim ziarah ke Masjid Nabawi, dan apabila ia memasukinya, hendaklah ia shalat tahiyatul masjid dua rakaat di dalamnya.
Kemudian pergi ke kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdiri di hadapannya dan memberi salam kepada beliau seraya membaca:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ.
“Semoga kesejahteraan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi.”
Kemudian hendaklah ia membaca doa yang warid (yang dianjurkan dibaca) ketika ziarah kubur. Kemudian ia melangkah satu langkah ke sebelah kanannya dan memberi salam kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu seperti itu. Kemudian melangkah satu langkah ke sebelah kanannya lagi dan memberi salam kepada Umar Radhiyallahu anhu seperti itu pula.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَامِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ اِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ. أخرجه أحمد
“Tidak ada seorang hamba yang memberi salam kepadaku, melainkan Allah akan mengembalikan ruhku sehingga aku menjawab salam kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).[1]
Keutamaan Shalat di Masjid Nabawi:
Shalat di Masjid Nabawi di Madinah mengimbangi pahala seribu kali shalat di masjid lainnya selain Masjid Haram.
- Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِيْ هذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ اِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامِ.
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari seribu shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. (Muttafaqun ‘alaih).[2]
- Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِيْ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ, وَمِنْبَرِيْ عَلَى حَوْضِيْ. متفق عليه
‘Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di telagaku. (Muttafaqun ‘alaih).[3]
- Disunnahkan ziarah ke Baqi’, para syuhada Uhud, memberi salam kepada mereka, berdoa dan memohon ampunan untuk mereka, dan membaca saat ziarah kubur:
اَلسَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَ يَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ, وَاِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُوْنَ.
“Kesejahteraan semoga tercurah kepada penghuni negeri (alam barzakh), dari kaum mukminin dan muslimin, semoga Allah memberi rahmat kepada yang terdahulu dan yang kemudian dari kita, dan sesungguhnya insya Allah, kami akan menyusul kalian.(HR. Muslim).[4]
Atau ia membaca:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَاِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ للاَحِقُوْنَ, أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
‘Kesejahteraan semoga tercurah kepadamu wahai penghuni negeri (alam barzakh), dari kaum mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya insya Allah, kami akan menyusul. Aku memohon ‘afiyah untuk kami dan kalian.(HR. Muslim).[5]
Keutamaan Shalat di Masjid Quba.
Disunnahkan bagi muslim agar berwudhu di rumahnya dan pergi menuju Masjid Quba, berkendaraan atau berjalan kaki, shalat di dalamnya dua rakaat, sesungguhnya hal itu sama dengan umrah.
Sahl bin Hanif Radhiyallahu anhu berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيْهِ صَلاَةً كَانَ لَهُ َكأَجْرِ عُمْرَةٍ.
“Barang siapa yang berwudhu` di rumahnya, kemudian ia datang ke Masjid Quba`, lalu shalat di dalamnya, niscaya baginya seperti pahala umrah.” (HR. an-Nasa`i dan Ibnu Majah).[6]
Ziarah ke Masjid Nabawi di Madinah bukan termasuk manasik haji atau umrah. Sempurna haji dan umrah tanpa ziarah ke Masjid Nabawi. Sesungguhnya disunnahkan ziarah ke masjidnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat di dalamnya pada waktu kapanpun.
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Hasan. HR. Ahmad No 10827, Abu Daud No. 2041, Shahih Sunan Abu Daud No. 1795.
[2] HR. Bukhari No. 1190, dan Muslim No. 1395.
[3] HR. Bukhari No. 1196. dan Muslim No. 1391
[4] HR. Muslim No. 974.
[5] HR. Muslim No. 975.
[6] Shahih/ HR. An-Nasa`i No. 699, Shahih Sunan An-Nasa`i No. 675, dan Ibnu Majah No. 1412, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Ibnu Majah No. 1160.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/83633-ziarah-ke-masjid-nabawi.html