Seharusnya Memohon Keselamatan Dunia dan Akhirat
SEHARUSNYA MEMOHON KESELAMATAN DUANI DAN AKHIRAT
Gelombang bencana serasa tak berhenti menerpa negeri ini, yang mayoritas berpenduduk muslim. Semenjak tsunami Aceh, semburan lumpur Lapindo, gempa bumi, tanah longsor, seolah tak henti-hentinya. Tak heran, maka kesedihan pun tak jua reda dan selalu membayang.
Maka saatnya, manusia mengakui kekerdilannya, kelumpuhannya serta ketidak-berdayaannya di hadapan Allah, al ‘Aziz, al Qahhar, al Jabbar, Rabbul ‘alamin. Kemudian benar-benar mengoptimalkan ‘ubudiyah (penghambaan diri) hanya kepada Dzat yang berhak. Yang selama ini senantiasa mencurahkan rizki dan kemudahan-kemudahan kepada kita. Saatnya manusia duduk bersimpuh, bertaubat, merenungi dan menyesali perbuatan-perbuatannya selama ini.
Akan tetapi sangat disesalkan, justru yang banyak terlihat adalah pemandangan memprihatinkan; bukan penghambaan kepada Allah yang dilakukan, tetapi menghidupkan ritual-ritual tolak bala’, yang kental nuansa kesyirikan telah menjadi pilihan yang ditempuh oleh sebagian manusia di tempat-tempat bencana; membuat sesaji, mengundang paranormal dan cara-cara lainnya untuk mengusir kesialan dan keburukan.
Padahal anjuran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam keadaan seperti ini, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah saja, menengadahkan dua tangan untuk memanjatkan doa, memohon keselamatan dunia dan akhirat. Inilah yang afdhal.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu ia berkata.
أتى النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ رجلٌ فقالَ : يا رسولَ اللَّهِ أيُّ الدُّعاءِ أفضلُ ؟ قالَ سَل ربَّكَ العفوَ والعافيةَ في الدُّنيا والآخرةِ . ثمَّ أتاهُ في اليومِ الثَّاني فقالَ يا رسولَ اللَّهِ أيُّ الدُّعاءِ أفضلُ قالَ سَل ربَّكَ العفوَ والعافيةَ في الدُّنيا والآخرةِ . ثمَّ أتاهُ في اليومِ الثَّالثِ فقالَ يا نبيَّ اللَّهِ أيُّ الدُّعاءِ أفضلُ قالَ سَل ربَّكَ العفوَ والعافيةَ في الدُّنيا والآخرةِ فإذا أُعطيتَ العفوَ والعافيةَ في الدُّنيا والآخرةِ ، فقد أفلحتَ
Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ia bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah doa yang paling afdhal?”.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Mintalah kepada Allah maaf dan ‘afiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat”.
Kemudian datang lagi di hari yang kedua, dan bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah doa yang paling afdhal?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Mintalah maaf kepada Allah ‘afiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat.
Kemudian datang lagi di hari yang ketiga, dan bertanya : “Wahai Nabi Allah, apakah doa yang paling afdhal?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Mintalah maaf kepada Allah ‘afiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat. Jika engkau telah dianugerahi ‘afiyah di dunia dan akhirat, sungguh engkau telah beruntung”. [1]
Pengertian al ‘afiyah di sini, seperti yang diungkapkan ulama, yaitu selamat dari al makarih, atau hal-hal yang tidak baik, yang mengandung konsekwensi mengenyahkan kejelekan-kejelekan yang lalu dan yang akan datang. Atau selamat dari penyakit-penyakit dan bencana.
Urgensi doa keselamatan dunia akhirat begitu jelas terpampang dalam hadits di atas. Sebab, jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu sama itu muncul melalui “pancingan” pertanyaan seseorang yang terulang sampai tiga kali.
Lebih jelas tentang pentingnya doa tersebut, Anas Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati suatu kaum yang tertimpa bencana. Maka beliau bersabda:
أَمَا هَؤُلاَءِ يََسْأَلُوْنَ الْعَافِيَةَ
Apakah mereka tidak memohon ‘afiyah? [2]
Inilah salah satu doa keselamatan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap pagi dan sore hari.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi). [HR Abu Dawud. Al Hakim berkata: “Shahihul isnad,” dan disepakati oleh adz-Dzahabi dan al Albani. Lihat al Kalimuth-Thayyib 27].
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_____
Footnote
[1] HR al Bukhari, al Adabul-Mufrad (495, 557), Bab man sa`ala ‘allahal ‘afiyah (Syarhu Shahihil Adabil-Mufrad), Husain bin Audah al ‘Awayisyah (2/289).
[2] HR al Bazzar dalam Musnadnya. Ash-Shahihah (2197)
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/66211-seharusnya-memohon-keselamatan-dunia-dan-akhirat.html