Bismillah.
Allahumma yassir wa a’in ….
Setiap makhluk yang Allah ciptakan di alam raya ini memiliki kodrat tersendiri. Kodrat yang ada pada diri makhluk menjadi jati dirinya dalam menelusuri kehidupan. Itulah keadaan paling ideal yang ada pada diri setiap makhluk dalam meniti jalan hidupnya. Seakan telah menjadi SOP (stadard operating procedure) bagi setiap makhluk yang ingin meniti kehidupan yang nyaman di dunia. Karena itu, setiap orang sepakat. Secara makna bahasa, “kodrat” ini disebut dengan “fitrah”. Para ulama bahasa, mendefinisikan “fitrah” dengan ‘ibtida’ul khilqah‘ (kondisi asal penciptaan).
Fitrah antara satu jenis manusia tentu berbeda dengan fitrah jenis manusia lainnya. Fitrah lelaki jelas berbeda dengan fitrah wanita. Karena itu, masing-masing mengemban tugas yang terkadang berbeda. Hal ini telah Allah tegaskan dalam Alquran, melalui firman-Nya,
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى
“Laki-laki tidaklah sama dengan wanita ….” (Q.S. Ali Imran:36)
Bagi Anda yang ingin hidup normal, jangan coba-coba melawan fitrah Anda. Dijamin, Anda akan mengalami kegelisahan dan perasaan tidak nyaman lainnya. Bagi Anda yang ditakdirkan menjadi seorang wanita, jalanilah kehidupan yang feminin, dan jangan sampai punya keinginan untuk mengubah diri, dengan berupaya menyerupai lelaki. Demikian juga sebaliknya, Anda yang ditakdirkan menjadi laki-laki, tunjukkan gaya hidup maskulin, karena Anda tidak memiliki plihan lain selain menjadi laki-laki. Berusaha mengubah diri, bergaya banci, atau bahkan trans-seksual, berusaha menyalahi kodrat, apa pun tujuannya, akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan Anda.
Baiklah, sekarang kita lebih fokus. Judul yang saya pampang agak mentereng. Mungkin sebagian orang merasa tersindir. Apa pun itu, tidak ada salahnya jika Anda sedikit merenungkan pesan singkat ini. Saya tidak menyinggung tentang hukum, karena mungkin sudah cukup dengan banyaknya tulisan pasa ustadz yang menjelaskan hukum wanita karier.
Sesungguhnya, acuan utama untuk mengetahui fitrah manusia adalah wahyu dan informasi dari Allah, dengan bahasa lain: Alquran dan Sunah, karena yang paling tahu tentang kodrat dan fitrah kita adalah Dzat yang menciptakan kita. Keterangan tentang fitrah tersebut, terkadang Allah tuangkan dalam bentuk perintah atau berita. Jika Anda telah memahami, apa pun alasannya, Anda harus setuju dengan hal ini. Jika Anda setuju, mari kita menengok dalil-dalil yang menyebutkan sebagian fitrah kita.
Fitrah maskulin
Di antara fitrah yang Allah tetapkan untuk putra Adam adalah:
1. Mencari nafkah untuk keluarga.
Dalil tentang masalah ini banyak sekali. Saya sebutkan yang inti saja.
Allah berfirman,
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Merupakan kewajiban bapak (orang yang mendapatkan anak) untuk memberikan nafkah kepada istrinya dan memberinya pakaian dengan cara yang wajar ….” (Q.S. Al-Baqarah:233)
Allah juga berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ
“Agar orang yang memiliki kekayaan memberikan nafkah kepada (istri yang dicerai) dengan kekayaannya, sementara barang siapa yang rezekinya disempitkan, hendaknya dia memberi nafkah sesuai karunia yang Allah berikan kepadanya.” (Q.S. Ath-Thalaq:7)
Banarlah apa kata orang: kehormatan laki-laki adalah bekerja. Bagi Anda yang merasa lelaki, bersiaplah menerima konsekuensi ini. Tidak mungkin Anda memajang ketampanan dan kegagahan untuk dinikmati orang lain, sementara kebutuhan Anda dan keluarga disuplai pihak lain.
2. Lelaki menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Allah berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Lelaki adalah pemimpin bagi wanita, disebabkan kelebihan yang Allah berikan kepada sebagian manusia (lelaki) di atas sebagian yang lain (wanita) dan disebabkan mereka memberi nafkan dengan hartanya ….” (Q.S. An-Nisa’:34)
Berdasarkan ayat di atas, ada dua sebab sehingga Allah jadikan lelaki memiliki kodrat memimpin rumah tangga. Pertama, kelebihan yang Allah berikan kepada lelaki. Kedua, lelaki menanggung nafkah untuk istri dan keluarganya.
Untuk faktor pertama, itu bawaan dalam diri setiap lelaki. Allah jadikan mereka sebagai pemimpin keluarga. Adapun faktor kedua, sifatnya kondisional. Karena itu, faktor kedua belum tentu ada dalam setiap diri seorang lelaki. Bagi Anda yang ingin mempertahankan wibawa, tentunya Anda tidak ingin menjadi pemimpin yang seperti “boneka”. Orang di luar menyebut Anda “kepala rumah tangga”, namun hakikatnya, Anda termasuk golongan “suami takut istri”. Kami yakin, umumnya, jika Anda tidak memiliki faktor kedua, wibawa Anda sedikit dihargai murah di hadapan istri karena Anda tidak meningkatkan “nilai jual” Anda dengan pemberian nafkah.
Fitrah feminin
Kebalikan dari dua fitrah maskulin, Allah memberikan kodrat bagi wanita:
1. Dinafkahi oleh suaminya dan berada di bawah kekuasaan suami.
Di samping dalil di atas, sisi lain Allah menjadikan wanita lebih rendah dibandingkan lelaki adalah sifat lemah yang ada pada diri setiap wanita. Diakui maupun tidak, Anda harus menyadari hal ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika khotbah hari raya di hadapan kaum wanita,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“… Saya belum pernah melihat makhluk yang kurang akal dan agamanya, namun bisa membuat lelaki cerdas menjadi mabuk kepayang, selain kalian (para wanita) ….” Kemudian, beliau memberikan contoh alasan; wanita disebut kurang akalnya karena persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki dan disebut kurang agamanya karena ketika wanita mengalami haid, dia tidak boleh shalat dan tidak boleh berpuasa. (H.R. Bukhari)
Ingat! Hadis ini sama sekali bukan untuk memojokkan kaum ibu. Sekali lagi, bukan! Karena itu, jangan keburu protes ketika Anda membacanya. Lihatlah para sahabat wanita yang mendengar hadis ini, tidak ada seorang pun yang protes dengan informasi yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal, mereka jauh lebih sempurna kepribadiannya dibandingkan para wanita masa kini.
2. Tinggal di rumah.
Barangkali, bagian ini yang perlu untuk lebih ditekankan karena umumnya masyarakat belum menerima. Padahal, aturan Allah, agar para wanita tetap tinggal di rumah, tujuannya adalah demi kesejahteraan masyarakat. Allah berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Menetaplah di rumah kalian (para wanita) dan janganlah kalian bertabarruj (menampakkan aurat di hadapan lelaki lain), sebagaimana yang dilakukan para wanita jahiliah sebelum Islam ….” (Q.S. Al-Ahzab:33)
Allah gandengkan perintah untuk tinggal di rumah dengan larangan tabarruj karena umumnya wanita yang sering keluar rumah bisa dipastikan akan bertabarruj, dengan menampakkan aurat dan keindahan dirinya kepada lelaki lain. Satu hal penting yang patut kita renungkan, sesungguhnya, Allah perintahkan para wanita agar tidak sering keluar rumah karena ini telah menjadi jalan hidupnya yang paling ideal. Dengan kata lain, perintah ini merupakan bentuk pengembalian wanita ke dalam kondisi normalnya sebagai wanita. Bukan untuk tujuan menyusahkan wanita.
Ini berdasarkan prinsip: semua perintah Allah bertujuan demi kemaslahatan kehidupan manusia, di dunia dan akhirat.
Jika Anda mengakui hal ini, sebagaimana layaknya kehidupan manusia, kehidupan keluarga akan berada dalam kondisi ideal, ketika masing-masing menjalankan fungsi sebagaimana kodratnya.
Sebut saja, keluarga yang sesuai fitrah. Seorang suami bekerja dan dia memiliki wibawa. Dia menjalankan tugas sebagai kepala rumah tangga sejati. Dia yang memutuskan setiap perkara rumah tangga dan siap berada di depan, menanggung setiap konsekuensi pahit yang harus diterima keluarganya. Sebaliknya, sang Istri. Dia ibarat permaisuri bagi suaminya, tidak “melangkahi” wilayah suami, tidak merasa paling menang, dia siapkan kebutuhan suami di rumahnya.
Mungkinkah ini terjadi pada keluarga wanita karier?
Semua orang bisa menjawab, itu mungkin. Namun, ingat, wanita ini akan menghadapi tantangan yang sangat serius ketika harus memerankan dua lakon: menjadi wanita karir sekaligus menjadi ibu rumah tangga. “Ah … masalah kesibukan itu, tinggal atur jadwal dengan cermat dan disiplin.” Mungkin ini bisa menjadi solusi yang diterima. Akan tetapi, perjuangan tidak sampai di situ. Permasalahan masih berlanjut pada urusan prestise ….
Lumrahnya manusia, dia tidak mau berada di bawah kekuasaan orang lain, ketika dia merasa bahwa dirinya bisa mandiri dan memenuhi kebutuhannya. Kata kuncinya adalah “penghasilan”. Orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih menampakkan kewibawaannya dibandingkan orang yang berpenghasilan rendah.
Tak jauh-jauh, ini pun bisa terjadi pada keluarga wanita karier. Bisa Anda bayangkan, ketika ada seorang istri yang kariernya lebih melejit dibandingkan suaminya. Setoran bulanan lebih banyak dibandingkan Suami. Kesibukan kariernya lebih padat dibandingkan Suami.
Meskipun ini masalah pekerjaan, tetapi tidak dipungkiri, ini akan berimbas pada pola kehidupannya dalam keluarga. Bisa jadi, sang istri yang menjadi “Asisten Pribadi Direktur” ini akan merasa dirinya telah dikuasai suami yang kurang smart, kurang visioner, kurang ini, kurang itu; tidak sebagaimana direkturnya. Pupus sudah rasa hormatnya kepada Suami. Jadilah, banyak wanita karier yang mulai disibukkan dengan pekerjaan baru, bukan hanya pergi ke kantor tetapi juga pergi ke pengadilan agama.
Barangkali, inilah yang melatar-belakangi banyaknya angka perceraian dengan gugat cerai dari pihak wanita. Erat hubungannya dengan masalah ekonomi keluarga, data hasil googling tentang gugat cerai ternyata tidak berbeda. Berikut ini di antara data yang kami peroleh.
“Pada lima tahun lalu, angka perceraian masih di bawah 100 ribu, tetapi kini telah mencapai sekitar 200 ribu. Dari jumlah tersebut, hampir 70 persen kasus perceraian terjadi karena istri yang menceraikan suaminya, dan hanya 30 persen suami yang menceraikan istrinya,” kata Dirjen Bimas Islam Departemen Agama, Nasaruddin Umar, kemarin. Hal itu disebabkan, kata Nasaruddin, karena perempuan semakin pintar, semakin mapan, dilindungi oleh berbagai undang-undang (UU) dan semakin sadar akan perlunya menyuarakan kesetaraan gender dan hak-haknya. Kaum perempuan saat ini banyak yang meniti karier sukses di berbagai perusahaan. Anda bisa dapatkan informasi ini di: www.saga-islamicnet.blogspot.com.
Kami berharap, keluarga kita menjadi keluarga yang ideal, meniti fitrah kaluarga sebagaimana yang Allah tetapkan dalam Alquran dan Sunah. Allahu a’lam.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK