Beranda | Artikel
Sunnah Menghadapkan Orang Yang Sakit Ke Arah Kiblat Ketika Akan Meninggal
Minggu, 3 Maret 2013

Mungkin ada di antara kita yang belum pernah mendengar sunnah ini[1]. Bagi tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) bisa menerapkan sunnah ini ketika di rumah sakit atau ketika sedang praktek.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

والسنّة أن يسُتقبل بالمريض القبلة إذا تيسر ذلك عند حضور الوفاة ؛ وإلا فلا حرج

Termasuk Sunnah menghadapkan ke kiblat orang yang sakit ketika hendak meninggal, jika tidak memungkinkan, tidak mengapa.”[2]

 

Dalil dan contoh perbuatan dari salafus shalih

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

ويستحب أن يضجع على جنبه الأيمن ، مستقبل القبلة ، لما روت سلمى أم ولد رافع قالت : ” قالت فاطمة بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم ورضي الله عنها : ضعي فراشي هاهنا واستقبلي بي القبلة ، ثم قامت فاغتسلت كأحسن ما يغتسل ولبست ثيابا جددا ، ثم قالت : تعلمين أني مقبوضة الآن ، ثم استقبلت القبلة وتوسدت يمينها

Disunnahkan membaringkan pada sisi kanannya dan menghadapkan ke kiblat. Karena terdapat riwayat dari Salma Ummu Walad dari Rafi’, ia berkata: Fatimah Binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam radhiallahu ‘anha berkata: “letakanlah kasurku di sini dan hadapkanlah ke arah kiblat”, kemudian ia (Fatimah) berdiri dan mandi dengan sebaik-baiknya kemudian memakai pakaian baru. Kemudian ia berkata; “engkau mengetahui bahwa aku hendak akan meninggal (dicabut nyawa) sekarang”. Kemudian ia menghadap kiblat dan berbaring dengan sisi kanannya.”[3]

 

Abdur Razzaq Ash-Shan’aniy rahimahullah meriwayatkan,

أن البراء بن معرور الأنصاري لما حضره الموت قال لأهله وهو بالمدينة : استقبلوا بي الكعبة.

“Al-Barra’ bin Ma’rur Al-Anshariy ketika hendak meninggal ia berkata kepada keluarganya (yang di Madinah), “Hadapkanlah aku ke arah Ka’bah!”[4]

Al-Qhadi Abu At-Thayyib dalam kitabnya Al-Mujarad,

استقبال القبلة به مستحب ليس بواجب والصحيح الأول ، واتفقوا على أنه يستحب أن يضجع على جنبه الأيمن ، فلو أضجع على جنبه الأيسر مستقبل القبلة جاز

Menghadapkan ke kiblat adalah mustahab (sunnah) bukan wajib hukumnya dan yang shahih adalah yang pertama, (ulama) bersepakat bahwa disunnahkan membaringkannya di sisi kanan, seandainya dibaringkan diarah kiri menghadap kiblat, boleh juga.”[5]

 

Tata cara menghadapkan ke kiblat

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

يستحب أن يستقبل به القبلة ، وهذا مجمع عليه ، وفي كيفيته المستحبة وجهان أحدهما : على قفاه وأخمصاه إلى القبلة ، ويرفع رأسه قليلا ليصير وجهه إلى القبلة … وعليه عمل الناس . والوجه الثاني : وهو الصحيح المنصوص للشافعي في البويطي . وبه قطع جماهير العراقيين ، وهو الأصح عند الأكثرين من غيرهم ، وهو مذهب مالك وأبي حنيفة : يضجع على جنبه الأيمن مستقبل القبلة كالموضوع في اللحد ، فإن لم يمكن لضيق المكان أو غيره فعلى جنبه الأيسر إلى القبلة ، فإن لم يمكن فعلى قفاه ، والله أعلم .

“Disunnahkan untuk menghadapkannya ke arah kiblat, dan ini telah disepakati. Adapun tata caranya, ada dua cara :

Pertama: dibaringkan di atas tengkuk dan punggungnya ke arah kiblat, dan kepalanya diangkat sedikit agar wajahnya menghadap kiblat… Perbuatan inilah yang diamalkan oleh orang-orang.

Kedua: inilah yang shahih dinukil dari Asy-Syafi’i dalam riwayat Al-Buwaithi. Pendapat inilah yang dipilih oleh mayoritas ulama Irak dan yang paling shahih menurut mayoritas ulama lainnya dibandingkan selain mereka. Inilah madzhab Malik dan Abu Hanifah, yaitu orang yang akan mati itu tidur miring ke sebelah kanan menghadap kiblat, seperti jenazah yang diletakkan di liang lahat. Apabila itu tidak bisa dilakukan karena sempitnya tempat atau yang lainnya, maka miring ke sebelah kirinya sambil menghadap kiblat. Jika itu tidak bisa juga, maka di atas tengkuknya (cara yang pertama). Wallaahu a’lam[6]

 

Alhamdulillah, Semoga bermanfaat.

wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam

 

@pogung Lor-Jogja, 20 Rabi’ul Awwal 1434 H

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

 


[1] Ada juga ulama yang menganggap hal ini adalah bid’ah, misalnya syaikh Al-Albani dalam kitab Ahkamul Jana’iz dan muridnya syaihk Ali Hasan Al-Halabi dalam kitab ringkasan buku gurunya. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata,

وأما قراءة سورة ( يس ) عنده ، وتو جيهه نحو القبلة فلم يصح فيه حديث

“Adapun bacaan surat Yaasiin di sisi mayit dan menghadapkannya ke arah kiblat, maka tidak ada satupun hadits shahih” (Ahkamul Jana’iz hal. 11, syamilah)

Akan tetapi pendapat terkuat wallahu a’lam hal ini termasuk sunnah, sebagaimana akan dipaparkan dalil-dalilnya

[2] Ahkamul shalatil Maridh, pertanyaan no. 25, bisa diakses juga di: : http://www.binbaz.org.sa/mat/2196

[3] Al-Majmu’ Syarhul Muhadzzab, sumber: http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1848&startno=0&start=0&idfrom=2896&idto=2896&bookid=14&Hashiya=2

[4] HR. Abdurazzaaq dalam Al-Mushannaf, 3/392 no. 6064 , syamilah

[5] Al-Majmu’ Syarhul Muhadzzab 5/525, Darul Fikr, syamilah

[6] Al-Majmu’ Syarhul Muhadzzab 5/105, Darul Fikr, syamilah


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/sunnah-menghadapkan-orang-yang-sakit-ke-arah-kiblat-ketika-akan-meninggal.html