Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ
“Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat bagaikan dua jari ini.” [Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuk] (HR. Muslim no. 7597)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berkhutbah matanya memerah, suaranya begitu keras, dan terlihat begitu marah sehingga seolah-olah beliau meneriaki pasukan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat bagaikan dua jari ini.”
Al Qodhi mengatakan, ”Ini menunjukkan sangat dekatnya kiamat dan diutusnya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Juga menunjukkan bahwa tidak ada jari di antara keduanya dan berarti tidak ada Nabi lagi antara diutusnya beliau shallallahu ’alaihi wa sallam dan hari kiamat. (Syarh Muslim, 3/247)
Dalam tafsir Al Baghowi (tafsir surat An Nahl : 2), Ibnu Abbas mengatakan, ”Diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tanda datangnya hari kiamat. Tatkala Jibril ‘alaihis salam yang menjadi utusan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati penghuni langit. Para penghuni langit tersebut mengatakan, ”Allahu akbar, sebentar lagi terjadi kiamat.”
Kejadian di Hari Kiamat
Diceritakan dalam surat Al Qori’ah :
الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3) يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ (5) فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ (11)
Ketahuilah bahwasanya Al Qori’ah merupakan salah satu nama kiamat sebagaimana kiamat juga dinamakan Al Haqqoh dan Al Ghosiyah. Kenapa dinamakan demikian? Karena pada saat itu hati begitu gelisah karena terkejut (takut). Kemudian Allah berfirman,’Apa itu Al Qori’ah’? Konteks kalimat ini dalam konteks kalimat tanya. Para ulama mengatakan bahwa setiap konteks kalimat seperti ini menunjukkan sangat besar dan ngerinya perkara yang disebutkan. Pada ayat selanjutnya Allah berfirman, ’Pada hari itu manusia adalah seperti firosy yang bertebaran’. Apa itu firosy? Para ulama mengatakan bahwa firosy adalah binatang kecil yang beterbangan.
Tatkala ada cahaya pada malam hari binatang itu saling berdesakan dan berebutan. Binatang ini penglihatannya begitu lemah sehingga tidak tahu arah dan tujuan. Itulah gambaran keadaan manusia tatkala hari kiamat, tatkala bangkit dari kuburnya. Manusia sangat bingung, berdesak-desakan tanpa tahu arah dan tujuan. Kemudian bagaimana keadaan gunung-gunung yang terpancang begitu kokohnya di bumi ini? Allah berfirman mengenai hal tersebut, ”dan gunung-gunung adalah seperti ’ihni yang dihambur-hamburkan”.
Para ulama mengatakan bahwasanya ’ihni di situ adalah bulu domba (shuf). Ada pula yang mengatakan bahwa ’ihni adalah kapas. Jadi ’ihni adalah suatu benda yang sangat ringan. Yang apabila diletakkan pada tangan, bulu (kapas) akan berhamburan tidak karuan. Itulah keadaan bumi pada hari kiamat nanti. Gunung-gunung akan hancur luluh sebagaimana dijelaskan pada firman Allah lainnya,
Kemudian pada hari kiamat nanti Allah akan membagi manusia menjadi dua golongan. Yang pertama adalah : yang berat timbangannya, maksudnya adalah berat timbangan kebaikan daripada kejelekannya. Yang kedua adalah : yang ringan timbangannya, maksudnya adalah berat timbangan kejelekannya daripada kebaikannya.
Untuk golongan pertama, Allah menjanjikan kepada mereka ’berada dalam kehidupan yang diridhoi’. Masya Allah!! Semoga Allah memudahkan kita termasuk golongan yang pertama ini. Itulah balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholih. Allah menjanjikan bagi mereka kehidupan yang menyenangkan, tidak ada kesusahan, tidak ada lagi kesedihan dan rasa takut. Semua akan mendapatkan ketenangan di dalamnya yaitu hidup di surga yang kekal. Sedangkan golongan kedua adalah golongan yang sangat menyedihkan kehidupannya. Semoga Allah menjauhkan kita darinya. Di mana golongan ini adalah golongan yang ringan timbangan kebaikannya. Dan di sini ada dua kemungkinan, bisa saja orang kafir yang tidak punya kebaikan sama sekali dan orang muslim yang lebih banyak kejelakan daripada kebaikannya. Na’udzu billahi min dzalik. Bagaimana kondisi golongan yang kedua ini? Allah berfirman,
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9)
”Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
Apa yang dimaksud ummu dalam ayat tersebut? Ada dua tafsiran mengenai hal tersebut. Sebagian ulama menafsirkan ummu adalah tempat kembali. Padahal ummu secara bahasa berarti ibu. Kenapa disebut demikian? Karena tempat kembali seseorang adalah ibunya. Tatkala nangis pasti akan menuju ke ibunya agar redah. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa ummu adalah otak kepala. Maksudnya adalah seseorang akan dilemparkan di neraka dengan otaknya (kepalanya). Nas’alullahas salamah (kita memohon kepada Allah keselamatan dari hal itu). Makna keduanya bisa kita gunakan. Kemudian apa itu Hawiyah? (Yaitu) api yang sangat panas. Dan ingatlah panasnya api neraka tidaklah sama dengan api di dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”
Subhanallah!! Berarti sangat dahsyat sekali siksaan di dalamnya. Lihatlah di sini Allah menyebut mizan (timbangan). Di akhirat kelak Allah, setiap orang bersama dengan amalan dan catatan amalnya akan ditimbang pada satu timbangan. Namun ingat walaupun di sini dikatakan yang ditimbang adalah orangnya dan amalan serta kitabnya, bukan berarti orang yang gemuk, timbangannnya akan menjadi berat. Terdapat dalam hadits bahwa datang seorang laki-laki yang besar badannya pada hari kiamat. Di sisi Allah, tidaklah satu lengan tangannya dapat mengganti berat dosa-dosanya yang menumpuk. Kemudian dikatakan dalam hadits lainnya bahwa bekas nampan memberi orang minum lebih berat dari gunung Uhud. Masya Allah.
Baca Juga:
Kenikmatan Yang Terlupakan
Saudaraku, ingatlah akan hari di mana kita akan dikembalikan kepada Dzat yang telah menciptakan kita, hari di mana semua perbuatan kita akan dihisab. Maka renungkanlah perkataan sahabat Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu,
Ingatlah waktu luang! Jangan sampai dimanfaatkan untuk hal yang sia-sia
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (18/219) membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,
Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan,
Ya Allah, kami meminta kepada Engkau surga dan amalan yang akan mengantarkan kami kepadanya. Dan kami berlindung kepada Engkau (Ya Allah) dari neraka dan amalan yang akan mengantarkan kami kepadanya. Dan kami memohon kepada-Mu agar menjadikan setiap apa yang Engkau takdirkan bagi kami adalah baik. Amin Ya Mujibbad Da’awat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shollallahu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Rujukan utama : Tafsir Al Baghowi dan Tafsir Juz ‘Amma Al ‘Utsaimin
Disusun di Pondok Sahabat Pogung Kidul oleh Abu Isma’il Muhammad Abduh Tuasikal Pukul 11.00 siang, menjelang jumatan 14 Dzulqo’dah 1428, 23-11-07 Semoga Allah membalas amalan ini. Amin.
Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST
Baca Juga: