Masjid kita harusnya terawat, dalam keadaan bersih dan wangi. Bahkan hal ini ada anjuran dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
Kitab Shalat
بَابُ المسَاجِدِ
Bab Seputar Masjid
Perintah Mendirikan, Merawat, Membersihkan, Memberi Wewangian pada Masjid
Hadits #251
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: أَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبِنَاءِ الْمَسَاجِدِ فِي الدُّورِ، وَأَنْ تُنَظَّفَ، وَتُطَيَّبَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَأَبُو دَاوُدُ، وَالتِّرْمِذِيُّ، وَصَحَّحَ إرْسَالَهُ.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid-masjid di kampung-kampung dan hendaknya dibersihkan dan diberi wewangian. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini mursal) [HR. Abu Daud, no. 455; Tirmidzi, no. 594; Ibnu Majah, no. 759; Ahmad, 43:396, dari jalur Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Hadits ini diperselisihkan antara mursal ataukah mawshul. Imam Tirmidzi menguatkan bahwa hadits ini mursal].
Faedah hadits
- Dianjurkan membangun masjid di kampung-kampung (ad-duur, artinya kabilah-kabilah).
- Pembangunan masjid di kampung-kampung bertujuan untuk mengumpulkan penduduk kampung dalam shalat lima waktu sehari semalam. Di situ bisa ada bentuk ibadah kepada Allah. Orang-orang yang tidak tahu juga jadi belajar. Orang-orang yang malas juga jadi semangat. Di dalam masjid, saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa akan terwujud.
- Masjid hendaklah diurus sehingga tetap terawat dan bersih.
- Masjid hendaklah dibuat wangi sehingga orang-orang senang dan betah ketika berada di dalamnya saat shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan menuntut ilmu agama.
- Ada keutamaan menjaga kebersihan masjid, bahkan yang merawat masjid sampai dimuliakan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, beliau berkisah tentang seorang wanita yang biasa membersihkan masjid (di masa Nabi).
فَسَأَلَ عَنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: مَاتَتْ, فَقَالَ: “أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي”? فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا. فَقَالَ: “دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهَا”, فَدَلُّوهُ, فَصَلَّى عَلَيْهَا
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan tentang kabar wanita itu, para sahabat menjawab, “Ia telah meninggal.”
”Mengapa kalian tidak mengabariku?” Tanya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kepada sahabatnya.
Para sahabat mengira, bahwa pekerjaannya tersebut tidak terlalu terpandang.
“Tunjukkan aku makamnya”, pinta Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Mereka pun menunjukkan makam wanita tersebut, kemudian beliau menshalatkannya.” (HR. Muslim, no. 956)
Baca juga: Berjaya dari Masjid
Referensi:
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan ketiga, Tahun 1431 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:466-468.
—
Senin siang, 27 Safar 1443 H, 4 Oktober 2021
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
Artikel Rumaysho.Com