Mungkinkah Manusia Melihat Malaikat dalam Wujudnya yang Asli?
Malaikat diberi kemampuan untuk berubah dari wujud aslinya
Allah Ta’ala menjadikan malaikat memiliki kemampuan untuk berubah bentuk dari wujudnya yang asli. Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ ؛ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَاماً قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ ؛ فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاء بِعِجْلٍ سَمِينٍ ؛ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mengucapkan, “Salaamun”. Ibrahim menjawab, “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, “Silakan anda makan.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 24-27)
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَاناً شَرْقِيّاً ؛ فَاتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَاباً فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَراً سَوِيّاً
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika dia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus ruh Kami (malaikat) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam [19]: 16-17)
Dalam hadis Jibril yang terkenal, disebutkan bahwa malaikat Jibril ‘alaihis salam mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam wujud manusia, dan bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang iman, Islam, dan ihsan. ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ
“Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?’”
Baca Juga: Rincian Nama-Nama Malaikat dari Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah
Sampai di akhir hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai ‘Umar, tahukah kamu, siapakah penanya itu?”
‘Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya dia adalah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian.” (HR. Muslim no. 8)
Salman radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَأُنْبِئْتُ أَنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَتَى نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعِنْدَهُ أُمُّ سَلَمَةَ، قَالَ: فَجَعَلَ يَتَحَدَّثُ، ثُمَّ قَامَ فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُمِّ سَلَمَةَ: «مَنْ هَذَا؟» أَوْ كَمَا قَالَ: قَالَتْ: هَذَا دِحْيَةُ
“Saya pernah diberitahu bahwasanya Jibril ‘alaihis salam datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang pada saat itu Ummu Salamah ada di samping beliau. Setelah itu beliau mulai berbicara, lalu berdiri, dan akhirnya bertanya kepada Ummu Salamah, ‘Siapakah ini?’ (atau sebagaimana yang beliau katakan kepadanya). Ummu Salamah menjawab, ‘Ini Dihyah Al-Kalbi.:” (HR. Muslim no. 2451)
Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa malaikat diberi kemampuan untuk berubah bentuk (berubah wujud) dari wujudnya yang asli menjadi bentuk manusia yang sempurna (bentuk yang bagus).
Akan tetapi, terkadang malaikat berubah wujud menjadi bentuk manusia yang jelek, sebagai bentuk ujian kepada manusia. Ini sebagaimana kisah tiga orang dari Bani Israil yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ceritakan dalam sebuah hadis yang panjang.
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada tiga orang dari Bani Israil yang menderita sakit. Yang pertama menderita penyakit kusta, yang kedua berkepala botak ,dan yang ketiga buta. Kemudian Allah Ta’ala menguji mereka dengan mengutus malaikat menemui mereka. Pertama, malaikat mendatangi orang yang berpenyakit kusta lalu bertanya kepadanya, ‘Apa yang paling kamu sukai?’ Orang ini menjawab, ‘Warna kulit dan kulitku yang bagus karena sekarang ini manusia menjauh dariku.’”
Beliau melanjutkan, “Maka malaikat itu mengusap kulitnya hingga hilang dan berganti dengan warna dan kulit yang bagus. Lalu malaikat bertanya lagi, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Orang itu menjawab, ‘Unta.’ Perawi berkata, ‘Atau sapi’.” (Perawi ragu bahwa orang yang berpenyakit kusta ataukah yang berkepala botak. Yang satu berkata, “Unta” dan yang lainnya berkata, “Sapi.”)
Baca Juga: Metode Beriman kepada Malaikat
“Maka dia diberi unta yang bunting, lalu malaikat berkata, ‘Semoga pada unta itu ada keberkahan buatmu.’
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak dan bertanya kepadanya, ‘Apa yang paling kamu sukai?’ Orang ini menjawab, ‘Tumbuh rambut yang bagus dan penyakit ini pergi dariku karena sekarang ini manusia menjauh dariku.’”
Beliau melanjutkan, “Maka malaikat itu mengusap kepala orang ini hingga hilang dan berganti dengan rambut yang bagus. Lalu malaikat bertanya lagi, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Orang itu menjawab, ‘Sapi.’ Maka dia diberi seekor sapi yang sedang bunting lalu malaikat berkata, ‘Semoga pada sapi itu ada keberkahan buatmu.’
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang buta lalu bertanya kepadanya, ‘Apa yang paling kamu sukai?’ Orang ini menjawab, ‘Seandainya Allah Ta’ala mengembalikan penglihatanku sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat manusia.’ Beliau melanjutkan, ‘Maka malaikat itu mengusap mata orang ini hingga Allah Ta’ala mengembalikan penglihatannya.’ Lalu malaikat bertanya lagi, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Orang itu menjawab, ‘Kambing.’ Dia pun diberi seekor kambing yang bunting.
Kedua orang yang pertama tadi hewan-hewannya berkembang biak dengan banyak begitu juga orang yang ketiga, masing-masing mereka memiliki lembah untuk menggembalakan unta-unta, lembah untuk menggembalakan sapi-sapi, dan lembah untuk menggembalakan kambing-kambing.
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang tadinya berpenyakit kusta dalam bentuk keadaan seperti orang yang berpenyakit kusta lalu berkata, ‘Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah Ta’ala. Maka aku memohon kepadamu demi orang yang telah memberimu warna dan kulit yang bagus berupa seekor unta, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?’
Maka orang ini berkata, ‘Sesungguhnya hak-hak sangat banyak (untuk aku tunaikan).’ Lalu malaikat bertanya kepadanya, ‘Sepertinya aku mengenal Anda. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit kusta dan manusia menjauhimu dan kamu dalam keadaan faqir lalu Allah Ta’ala memberimu harta?’
Orang ini menjawab, ‘Aku memiliki ini semua dari harta warisan turun menurun.’ Maka malaikat berkata, ‘Seandainya kamu berdusta, semoga Allah Ta’ala mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.’
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya berkepala botak dalam bentuk keadaan orang yang berkepala botak, lalu malaikat berkata sebagaimana yang dikatakan kepada orang pertama tadi. Orang yang dahulunya berkepala botak ini menjawab seperti jawaban orang yang dahulunya berpenyakit kusta, lalu malaikat berkata, ‘Seandainya kamu berdusta, semoga Allah Ta’ala mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.’
Lalu malaikat mendatangi orang yang dahulunya buta dalam bentuk sebagai orang buta lalu berkata, ‘Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah Ta’ala. Maka aku memohon kepadamu demi Zat yang telah mengembalikan penglihatanmu berupa seekor kambing, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?’
Maka orang ini menjawab, ‘Dahulu aku adalah orang yang buta, lalu Allah Ta’ala mengembalikan penglihatanku. Aku juga seorang yang faqir, lalu Dia memberiku kecukupan. Karena itu, ambillah sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu selama kamu mengambilnya karena Allah Ta’ala.’
Maka malaikat itu berkata, ‘Tahan hartamu. Sesungguhnya kalian sedang diuji dan Allah Ta’ala telah rida kepadamu dan murka kepada kedua temanmu.’” (HR. Bukhari no. 3464)
Hadis ini menunjukkan bahwa malaikat diberi kemampuan untuk berubah wujud menjadi bentuk manusia yang jelek (terkena penyakit).
Baca Juga: Berapakah Jumlah Malaikat?
Tidak boleh membahas bagaimanakah cara malaikat berubah wujud
Meskipun kita mengetahui bahwa malaikat diberi kemampuan untuk berubah wujud, namun kita tidak boleh membahas, apalagi memikirkan dengan terlalu dalam, bagaimanakah cara malaikat berubah wujud. Tidak sebagaimana orang-orang ahlul kalam yang berdalam-dalam dalam membahas masalah ini. (Lihat Fathul Baari, 1: 21)
Menurut ahlus sunnah, tidak boleh membahas bagaimanakah cara atau metode malaikat berubah wujud. Hal ini karena tidak ada dalil yang menjelaskan masalah tersebut, sehingga hal ini termasuk ilmu gaib yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.
Abul ‘Abbas Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
“Membahas tentang cara perubahan wujud tersebut tidaklah menghasilkan apapun. Yang menjadi kewajiban kita adalah membenarkan dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut. Dan siapa saja yang mengingkari wujud malaikat, jin, dan kemampuan berubah wujudnya, maka dia kafir.” (Al-Mufhim, 6: 172)
Manusia tidak mungkin melihat malaikat dalam wujud yang asli
Perkara penting lainnya yang perlu ditegaskan adalah bahwa melihat malaikat dalam wujud yang asli sebagaimana yang Allah Ta’ala ciptakan itu hanya terjadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga untuk selain beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tidaklah mungkin melihat malaikat dalam wujud yang asli.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُواْ لَوْلا أُنزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنزَلْنَا مَلَكاً لَّقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لاَ يُنظَرُونَ ؛ وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكاً لَّجَعَلْنَاهُ رَجُلاً وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِم مَّا يَلْبِسُونَ
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?’ Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu dari malaikat, tentulah Kami jadikan dia seorang laki-laki, dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.” (QS. Al-An’am [6]: 8-9)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala katakan bahwa jika Allah mengutus rasul itu dari kalangan malaikat, bukan manusia, maka malaikat itu akan Allah jadikan dalam bentuk seorang lak-laki. Hal ini karena manusia tidak mampu melihat malaikat dalam wujud yang asli.
Ibnu Qutaibah berkata menjelaskan maksud ayat di atas, “Allah Ta’ala maksudkan, jika Kami menurunkan malaikat, maka tidak akan bisa dijangkau oleh indera kalian. Karena panca indera manusia tidaklah bisa melihat hakikat wujud malaikat (yang asli). Maka Kami akan jadikan terlebih dulu malaikat itu dalam bentuk (manusia) laki-laki yang semisal dengan kalian agar kalian bisa melihatnya dan bisa memahami apa yang dikatakan.” (Ta’wil Mukhtalaful Hadits, hal. 402)
[Selesai]
Baca Juga:
***
@Rumah Kasongan, 23 Rabi’ul awwal 1442/ 30 Oktober 2021
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel asli: https://muslim.or.id/70003-mungkinkah-manusia-melihat-malaikat-dalam-wujudnya-yang-asli.html