HOAX atau hoaks adalah informasi bohong.
Seorang muslim harus pandai menyikapi berita dengan kroscek terlebih dahulu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan untuk tatsabbut (meninjau ulang) berita dari orang fasik agar hati-hati menyikapi beritanya. Karena bisa jadi berita yang sampai itu dusta atau keliru.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:707)
Dalam Al-Mukhtashar fii At-Tafsir (hlm. 516) disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengerjakan apa yang disyariatkan, jika seorang yang fasik datang kepadamu dengan membawa kabar tentang suatu kaum maka periksalah kebenaran kabar berita tersebut dan janganlah tergesa-gesa membenarkannya, karena dikhawatirkan kalian akan menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa kalian ketahui yang sebenarnya apabila kalian membenarkan kabar itu tanpa menelitinya terlebih dahulu, sehingga setelah menimpakan musibah kepada mereka kalian menjadi menyesal ketika mengetahui kebohongan kabar itu.”
Cara agar kita tidak termakan berita hoax
- Hati-hati judul berita hoaks sering kali memiliki judul yang bersifat provokatif dan mengundang sensasi.
- Cari tahu sumber berita aslinya dan cermati dengan baik.
- Cek keaslian foto dan video tidak hanya tulisan saja.
- Lebih kritis membaca, jangan sampai berita atau informasi yang kita terima langsung dipercaya begitu saja dan disebarkan ke orang lain.
Aturan menerima berita secara umum
- lihat si pembawa berita, harus benar-benar tsiqqah (jujur);
- harus menyampaikan sesuatu sesuai dengan kapasitasnya (keahliannya, memiliki latar belakang ilmu);
- menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang dipahami oleh pendengar.
Tiga syarat di atas menjadi aturan dasar dalam menerima hadits dan kita bisa terapkan untuk menerima berita-berita saat ini.
(Faedah dari kajian bersama Ustadz Dr. Sufyan Baswedan, Lc. M.A.)
Yang mesti dilakukan
- Membudayakan membaca yang baik dan benar agar mendapatkan inti sari dari sebuah berita. Jangan membaca hanya sepenggal dan jangan sampai terpedaya oleh judul-judul berita yang isinya bisa jadi merupakan provokasi.
- Bijak dalam memanfaatkan internet. Coba memanfaatkan kegiatan yang lebih positif, seperti membaca buku dan semisalnya.
Semoga kita cerdas dalam menyaring berita. Wallahu waliyyut taufid, hanya Allah yang memberi taufik.
—
Gunungkidul, 30 Dzulqa’dah 1442 H, 9 Juli 2021
Artikel Rumaysho.Com