Beranda | Artikel
Sepuluh Kiat Melawan Godaan Setan
1 hari lalu

Dalam usaha menuju kebahagiaan hakiki dan menggapai rida Allah, manusia selalu mendapatkan berbagai rintangan. Di antara rintangan terbesar adalah setan yang selalu menggoda dan membujuk rayu manusia untuk menjadi pengikutnya dalam kesesatan. Dia berusaha menghiasi keburukan sehingga manusia tertarik kepadanya, dan menjelek-jelekkan kebaikan sehingga manusia menjauhinya.

Ikrar iblis untuk terus menyesatkan manusia

Upaya setan untuk terus menyesatkan manusia ini bermula dari rasa hasad Iblis kepada Nabi Adam yang lebih diutamakan oleh Allah daripada dirinya, sehingga dia pun sombong tidak mau sujud kepada Adam. Lalu, Iblis pun bersumpah janji di hadapan Allah akan berusaha menyesatkan Adam dan anak keturunannya.

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ  قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ  إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ  قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي ‌لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘(Kalau begitu), maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan.’ Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.’” (QS. Al-Hijr: 36-39)

Dalam ayat lain, Allah berfirman,

zakistees konveksi seragam

لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا  وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ ‌فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا

Allah melaknat setan. Dan setan itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.’ Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 118-119)

Perlunya melakukan perlawanan terhadap setan

Seorang mukmin yang memiliki ketulusan niat untuk menggapai rida Allah, tentu akan berusaha semaksimal mungkin menghadapi rintangan yang ada. Maka, dia akan berusaha melakukan perlawanan terhadap setan dan gangguannya. Apabila dia bersungguh-sungguh dalam usahanya ini, niscaya Allah akan memberi pertolongan dan kemudahan kepadanya.

Allah berfirman,

وَالَّذِينَ ‌جَاهَدُوا ‌فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

As-Suddi dan yang lain mengatakan bahwa ayat ini turun sebelum diwajibkan berperang. Ibnu Athiyyah berkata, “Ayat ini sebelum adanya jihad yang makruf (yakni: perang -pen), sehingga dia adalah jihad yang bersifat umum untuk menegakkan agama Allah dan mencari rida-Nya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16:390)

Dan jihad dengan makna yang umum mencakup jihad melawan empat hal. Di antaranya adalah jihad melawan setan.

Ibnul Qayyim berkata, “Jihad itu ada empat tingkatan. Jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan, jihad melawan orang-orang kafir, dan jihad melawan orang-orang munafik.” (Zadul Ma’ad, 3:9)

Lalu, beliau menjelaskan tentang jihad melawan setan, “Adapun jihad melawan setan, maka ada dua tingkatan:

Pertama adalah jihad melawannya dengan menolak berbagai hal yang dilemparkan oleh setan kepada seorang hamba, berupa syubhat, dan keraguan yang bisa merusak keimanan.

Kedua adalah jihad melawan setan dengan menolak berbagai hal yang dilemparkan setan kepada hamba yang berupa syahwat dan keinginan-keinginan yang merusak.” (Zadul Ma’ad, 3:10)

Baca juga: Benarkah Godaan Wanita Lebih Besar daripada Godaan Setan?

Upaya yang bisa dilakukan untuk melawan setan

Pertama: Mengetahui bahwa setan adalah musuh kita

Seseorang yang tidak mengetahui siapa musuhnya, tidak akan mungkin melakukan perlawanan kepadanya. Maka, hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang mukmin dalam melawan setan adalah, meyakini bahwa setan adalah musuh yang sebenarnya baginya. Yang terus berusaha menjerumuskannya dalam kebinasaan.

Allah berfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ ‌لَكُمْ ‌عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Kedua: Meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah

Manusia adalah makhluk yang lemah. Dia tidak bisa melakukan mengerjakan suatu kebaikan dan menghindari keburukan, kecuali dengan pertolongan Allah. Terlebih lagi ketika dia ingin menghadapi musuh yang tidak bisa dia lihat dan tidak bisa dia dengar. Maka, semakin besar kebutuhannya untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Allah berfirman,

وَإِمَّا ‌يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36)

Ketiga: Ikhlas

Sebesar apa pun usaha yang dilakukan setan menyesatkan manusia, ternyata ada orang-orang yang setan sendiri mengakui tidak bisa menyesatkannya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keikhlasan dalam hatinya.

Allah berfirman,

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ‌الْمُخْلَصِينَ

“Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.’ ” (QS. Al-Hijr: 39-40)

Syekh As-Sa’di menjelaskan tentang makna kata “المخلَصين” (hamba-hamba yang terpilih) di dalam ayat tersebut, “Yaitu, yang Engkau pilih mereka karena keikhlasan, keimanan, dan tawakal mereka.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 431)

Dalam Tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa ulama (qiraah) dari Madinah dan dari Kufah membaca kata tersebut dengan difathah huruf lamnya. Sehingga dibaca “mukhlasin” yang artinya orang-orang yang dipilih. Sedangkan ulama ahli qiraah lainnya membaca kata tersebut dengan dikasrah huruf lamnya. Sehingga dibaca “mukhlisin” yang artinya adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya untuk Allah dan membersihkannya dari kerusakan dan riya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 12:212)

Keempat: Bertawakal kepada Allah

Tawakal kepada Allah maknanya adalah bersandarnya hati hanya kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menghindari keburukan, disertai dengan melakukan usaha yang disyariatkan dan diizinkan oleh Allah. Tawakal merupakan ibadah yang sangat agung dan juga penting. Dia memiliki banyak keutamaan. Di antaranya adalah orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan dikuasai dan dipengaruhi oleh setan. Allah berfirman,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ  إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ  إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ ‌يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ 

“Maka, apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur`ān, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang menyekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 98-100)

Kelima: Menjauhi langkah-langkah setan

Perlu kita ketahui, ketika setan ingin menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan dan kebinasaan, dia tidak menggunakan satu cara saja. Bahkan, setan memiliki begitu banyak langkah dan cara untuk menyesatkan manusia. Oleh karena itu, apabila kita ingin melawan setan, sangat perlu bagi kita untuk mengetahui apa saja langkah-langkah yang ditempuh oleh setan, untuk kemudian kita jauhi. Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا ‌خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ ‌خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 21)

Qatadah berkata, “Semua kemaksiatan adalah termasuk langkah-langkah setan.” (Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nur: 21)

Syekh As-Sa’di berkata, “Dan langkah-langkah setan mencakup semua kemaksiatan yang berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan.” (Taisirul Karimir Rahman, hal. 563)

Keenam: Membekali diri dengan ilmu

Kebodohan manusia merupakan kondisi yang disukai setan. Dengan kebodohan, setan mendapatkan kesempatan besar untuk menjerumuskan manusia dalam kesalahan dan dosa.

Sebagaimana telah dijelaskan para ulama, salah satu senjata setan untuk menyesatkan manusia adalah syubhat. Yaitu, kerancuan-kerancuan yang dilemparkan setan untuk menipu manusia sehingga dia menganggap yang batil sebagai kebenaran, dan menganggap yang benar sebagai kebatilan. Senjata ini tentu hanya akan berhasil pada orang-orang yang tidak memiliki ilmu tentang kebenaran dan kebatilan. Maka, untuk melawan setan dalam hal ini, kita harus membekali diri dengan ilmu yang benar.

Ibnul Qayyim berkata, “Fitnah itu ada dua macam; fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Dan yang paling besar (bahayanya) adalah fitnah syubhat. Kadang-kadang keduanya terkumpul pada diri seorang hamba dan terkadang hanya satu saja yang ada. Maka, fitnah syubhat adalah disebabkan karena lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu.” (Ighatsatul Lahfan, 2:887)

Syekh Ali Hasan memberikan komentar atas ucapan Ibnul Qayyim di atas, “Dan dari pintu sedikitnya ilmu inilah, setan bisa masuk (menyesatkan) banyak orang-orang yang lali. Setan menghias-hiasi dan memperindah (keburukan) sehingga mereka jatuh dalam jaring-jaring setan. Maka, ilmu yang bermanfaat adalah kunci semua kebaikan dan penolak semua keburukan.” (Catatan kaki no.1 Ighatsatul Lahfan, 2:887)

Ketujuh: Menetapi kesabaran

Selain syubhat, senjata lain yang digunakan setan adalah syahwat. Yaitu, kecenderungan pada diri manusia untuk memuaskan hawa nafsunya. Dengan adanya syahwat pada diri manusia, setan bisa menggoda dan membujuk seseorang yang sebenarnya telah memiliki ilmu sehingga dia melakukan kemaksiatan yang cocok dengan hawa nafsunya. Maka, untuk menghadapi hal ini, di samping ilmu yang harus dimiliki, kita juga harus memiliki kesabaran untuk menahan diri dari menuruti keinginan hawa nafsu melakukan kemaksiatan.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ ‌وَنَهَى ‌النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى  فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)

Kedelapan: Memperbanyak zikir kepada Allah

Disebutkan dalam hadis bahwa Allah memerintahkan Yahya bin Zakariya dengan lima kalimat agar diamalkan. Di antaranya disebutkan:

وآمُركم أن تَذكُروا اللهَ؛ فإنَّ مَثلَ ذلك كمَثلِ رجلٍ خرَج العدوُّ في أثَرِه سِراعًا حتَّى إذا أتى على حِصنٍ حَصينٍ، فأحرَز نفسَه منهم، كذلك العبدُ لا يُحرِزُ نفسَه مِن الشَّيطانِ إلَّا بذِكْرِ اللهِ

Dan aku perintahkan kalian untuk berzikir kepada Allah. Karena perumpamaannya bagaikan seseorang yang dikejar oleh musuh di belakangnya dengan cepat, sehingga apabila dia telah sampai pada benteng yang kokoh, maka dia pun melindungi diri dari mereka. Demikianlah perumpamaan seorang hamba, dia tidak bisa melindungi diri dari setan, kecuali dengan zikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2863)

Kesembilan: Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu zikir terbaik. Di samping bahwa Al-Qur’an berisi petunjuk dan obat bagi penyakit di dalam dada.

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ ‌وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Maka, apabila seorang hamba membaca Al-Qur’an, dia akan dijauhi oleh setan. Terlebih lagi apabila dia mau merenungi isi kandungannya, serta mengamalkannya, niscaya setan akan menjauh darinya. Renungilah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ. إِنَّ ‌الشَّيْطَانَ ‌يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Jangan kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan, sesungguhnya setan akan kabur dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 780)

Kesepuluh: Menetapi Jama’ah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ ثَلاثَةٍ فِي قَرْيةٍ، وَلَا بَدْوٍ، لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إلاَّ قَد اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِم الشَّيْطَانُ. فَعَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ، فَإنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الغَنَمِ ‌القَاصِيَة

Tidaklah tiga orang berada pada suatu kampung atau suatu padang sahara yang tidak ditegakkan padanya salat, melainkan setan akan menguasai mereka. Maka, hendaknya kalian menetapi jama’ah. Karena serigala hanya akan memangsa kambing yang menyendiri (dari jama’ah).” (HR. Abu Daud no. 547)

Jama’ah yang dimaksud, tentunya adalah orang-orang yang berpegang pada kebenaran. Bukan sembarang jama’ah atau kumpulan orang-orang, walaupun di atas kebatilan.

Abdullah bin Mas’ud berkata kepada Amr bin Maimun, “Tahukah kamu apa itu jama’ah?” Dia menjawab, “Aku tidak tahu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya mayoritas jama’ah (orang-orang) mereka menyelisihi jama’ah. Jama’ah (sesungguhnya) adalah apa yang sesuai dengan kebenaran walaupun kamu sendirian.” (Ad-Durar As-Saniyyah fil Ajwibah An-Najdiyah, 12:109)

Wallahul Musta’an

Baca juga: Penjelasan Hadis Tanduk Setan dari Timur

***

Penulis: Abu Ubaidillah Apri Hernowo


Artikel asli: https://muslim.or.id/102293-sepuluh-kiat-melawan-godaan-setan.html