Beranda | Artikel
Kemunafikan
Jumat, 26 November 2021

Bab II
Sebab-Sebab yang Menjadikan Penghuni Kubur Diadzab

Di antara Sebab-Sebab Siksa Kubur.
2. Kemunafikan
Siapa saja yang menghayati firman-firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyifati orang-orang munafik dengan kehinaan, niscaya dia akan meyakini bahwa merekalah yang berhak untuk mendapatkan tempat yang paling bawah di dalam Neraka. Hanya kepada Allah kita semua berlindung semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat seperti mereka dan hanya kepada Allah kita semua memohon kasih sayang-Nya dan keselamatan.

Mereka adalah kelompok yang sangat berpotensi untuk mendapatkan siksa kubur, dalam hal ini ayat-ayat al-Qur-an menerangkan:

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ مُنٰفِقُوْنَ ۗوَمِنْ اَهْلِ الْمَدِيْنَةِ مَرَدُوْا عَلَى النِّفَاقِۗ لَا تَعْلَمُهُمْۗ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْۗ سَنُعَذِّبُهُمْ مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّوْنَ اِلٰى عَذَابٍ عَظِيْمٍ

Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.” [At-Taubah/9: 101].

Qatadah dan Rabi’ bin Anas mengomentari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

سَنُعَذِّبُهُمْ مَّرَّتَيْنِ

“… Nanti mereka akan Kami siksa dua kali …” [At-Taubah/9: 101].

Dengan ungkapan mereka, “Salah satunya di dunia dan yang lainnya adalah siksa di dalam kubur.”[1]

Sebagaimana as-Sunnah pun menunjukkan hal tersebut di dalam hadits-hadits yang menjelaskan pertanyaan dua Malaikat dan fitnah kubur, tegasnya ketika membicarakan keadaan orang kafir, di dalamnya dinyatakan dengan jelas ungkapan al-Munafik atau al-Murtab (orang yang ragu) di dalam sebagian riwayat[2]:

Sebagaimana di dalam hadits Anas:

…وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيُقَالُ لَهُ…

“… adapun orang kafir dan munafik, maka dikatakan kepadanya…”

Di dalam  hadits Asma’:

…وَأَمَّا الْمُنَافِقُ أَوِالْمُرْتَابُ فَيُقَالُ لَهُ…

“… adapun orang munafik atau al-Murtab, maka dikatakan kepadanya…”

Di dalam hadits Abi Hurairah:

…وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ…

“… dan jika dia adalah orang yang munafik, dia berkata…”

Di dalam hadits Jabir:

…وَأَمَّا الْمُنَافِقُ فَيُقْعَدُ إِذَا تَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ…

“… adapun orang munafik, maka dia didudukkan ketika keluarganya meninggalkannya…”

Wahai para kafilah yang sedang melakukan perjalanan menuju tempat kebahagiaan!

Awas! Berhati-hatilah dari kemunafikan dengan penuh waspada dan menjauhlah kalian dari orang-orang munafik, persahabatan dengannya menimbulkan kehinaan sedangkan bercinta-kasih dengan mereka mengakibatkan kemarahan Allah Yang Maha Kuasa yang berakhir kepada siksa yang sangat pedih, dan masuknya ke dalam Neraka.

[Disalin dari Al-Qabru ‘Adzaabul Qabri…wa Na’iimul Qabri Penulis Asraf bin ‘Abdil Maqsud bin ‘Abdirrahim  Judul dalam Bahasa Indonesia KUBUR YANG MENANTI Kehidupan Sedih dan Gembira di Alam Kubur Penerjemah Beni Sarbeni Penerbit  PUSTAKA IBNU KATSIR]
______
Footnote
[1] Perkataan Qatadah diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Itsbaat ‘Adzaabil Qabri (56), sedangkan perkataan Rabi’ bin Anas diungkapkan di dalam kitab ad-Durrul Mantsuur (III/272), karya Syaikh Ibnu Abi Hatim.
[2] Lihat riwayat-riwayat ini di dalam kitab Itsbaat ‘Adzaabil Qabri dan kitab Su-alul Malakaini, karya al-Baihaqi serta di dalam kitab kami, al-Hayaatul Barzakhiyyah, hal. 9, 32.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/45472-kemunafikan.html